Newsletter

Obat Corona Gilead Sukses Diuji, Pasar Keuangan Siap Menguat!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 April 2020 06:48
Bank Sentral Eropa ECB , european central bank
Foto: Bank Sentral Eropa (REUTERS/Alex Domanski)
Sementara itu, bank sentral (Eropa European Central Bank/ECB) akan mengumumkan kebijakan moneter sore ini. Sebelumnya ECB sudah menggelontorkan QE senilai 750 miliar euro guna melawan pandemi COVID-19. ECB pada Rabu (22/4/2020) pekan lalu bahkan melonggarkan aturannya agar bisa membeli "junk" bond sehingga industri perbankan tetap memiliki akses likuiditas di tengah pandemi Covid-19.

ECB juga menyatakan akan menambah kebijakan jika diperlukan untuk mencegah terjadinya krisis utang di zona euro.

CNBC International melaporkan, dengan nilai QE 750 miliar euro dan dengan laju pembelian aset yang dilakukan saat ini, stimulus dari ECB tersebut diprediksi akan habis pada bulan Oktober.

Oleh karena itu, ECB dibawah pimpinan Christine Lagarde di prediksi bisa saja menerapkan kebijakan "helikopter uang".

Istilah tersebut yang diperkenalkan oleh ekonom Milton Friedman pada tahun 1969 untuk menyebut pelonggaran moneter yang tak biasa, dimana bank sentral mencetak uang dan diberikan langsung ke masyarakat.

Kebijakan yang mirip dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT) tetapi dilakukan oleh bank sentral dan dengan mencetak uang. Tujuannya, agar belanja konsumen meningkat, dan pemulihan ekonomi dari resesi menjadi lebih cepat.

Lagarde mengatakan sejauh ini ECB tidak pernah membahas mengenai "helikoper uang", oleh karena itu ECB belum mengambil sikap resmi terkait hal tersebut.

John Wraith, kepala strategi suku bunga di UBS mengatakan jika QE yang dilakukan ECB dalam 6 sampai 12 bulan ke depan menunjukkan memberikan dampak yang tidak signifikan maka kebijakan "helikopter uang" kemungkinan akan diterapkan.



CNBC Internasional melaporkan, Gubernur Bank Sentral Prancis, François Villeroy de Galhau, di awal bulan ini mengatakan jika ada risiko besar kepada stabilitas harga (inflasi), yang menjadi mandat utama EC, maka "helikopter uang" dapat diberikan ke perusahaan, mendunkung dunia usaha ketimbang memberikan langsung ke masyarakat.

Analis lainnya mengatakan ketimbang menerapkan kebijakan "helikopter uang", ECB dikatakan sebaiknya menerapkan suku bunga negatif pada program pinjaman jangka panjang melalui program (Targeted Longer-Term Refinancing Operations/TLTRO) yang dimiliki ECB.

dengan TLTRO negatif, artinya ECB memberikan pinjaman ke bank umum untuk disalurkan, plus bank tersebut diberikan uang. Tetapi bank sentral tersebut harus menyalurkan kredit ke masyarakat dengan suku bunga 0%.

"Contoh ekstrim dari ini, misalnya TLTRO tenor 10 tahun dengan suku bunga -1%, uang akan diberikan ke bank dengan syarat mereka memberikan pinjaman ke nasabahnya dengan suku bunga 0%" kata Ducrozet dari Pictet Wealth Management, sebagaimana dilansir CNBC International.

Dengan kebijakan tersebut, pertumbuhan ekonomi mampu terdorong sekaligus dapat menjawab kritik independensi bank sentral jika menerapkan kebijakan "helikopter uang", dimana kemungkinan ada campur tangan pemerintah dalam penentuan siapa saja yang layak mendapatkan bantuan.

Spekulasi-spekulasi yang berhembus terkait gelontoran stimulus dari bank sentral membuat pelaku pasar bersemangat, dan mulai masuk kembali ke aset-aset berisiko yang bisa membuat IHSG, rupiah, maupun obligasi kembali menguat.

Selain itu, data purchasing managers' index (PMI) manufaktur China bisa mempengaruhi sengtimen pasar pagi ini. Data tersebut akan menggambarkan sebesar jauh ekspansi sektor manufaktur Negeri Tiongkok setelah sukses meredam pandemi Covid-19. Semakin tinggi ekspansi, tentunya akan menunjukkan pemulihan ekonomi V-shape, atau merosot tajam akibat Covid-19, tetapi langsung melesat tinggi begitu virus tersebut berhasil dihentikan penyebarannya. 

Selain itu ada juga rilis data pertumbuhan ekonomi dari negara-negara Eropa, tetapi seperti rilis data pertumbuhan ekonomi AS, data tersebut juga akan kurang berpengaruh terhadap peregerakan pasar. Para investor sudah maklum jika perekonomian mengalami kontraksi, yang terpenting adalah bagaimana bisa segera bangkit. (pap/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular