Newsletter

Obat Corona Gilead Sukses Diuji, Pasar Keuangan Siap Menguat!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 April 2020 06:48
New York Stock Exchange (NYSE)
Foto: REUTERS/Andrew Kelly
Bursa saham AS (Wall Street) melesat pada perdagangan Rabu (29/4/2020) merespon perkembangan positif dari obat virus corona yang diproduksi Gilead Science Inc., raksasa farmasi AS. Selain itu, Bank Sentral AS (The Fed) juga berjanji akan mempertahankan suku bunga dekat 0% selama yang diperlukan.
Indeks S&P 500 melesat 2,7% ke 2.939,51, Dow Jones menguat 2,2% ke 24.633,86, dan Nasdaq memimpin sebesar 3,6%.

Sepanjang bulan ini indeks S&P 500 sudah membukukan penguatan lebih dari 13%, dan akan menjadi bukan terbaik sejak tahun 1974. Sementara Dow Jones tercatat menguat 12,4%, dan menuju kinerja bulanan terbaik sejak 1987.

Sebelumnya pada Jumat (17/4/2020) dua pekan lalu, kabar bagus datang dari Gilead Sciences Inc., raksasa farmasi AS, yang dikatakan memiliki obat yang efektif melawan virus corona.

CNBC International mengutip media STAT melaporkan rumah sakit di Chicago merawat pasien Covid-19 yang parah dengan obat antivirus remdesivir yang dalam uji coba klinis dan diawasi ketat. Hasilnya, pasien tersebut menunjukkan pemulihan yang cepat dari demam dan gangguan pernapasan.

Tetapi pekan lalu, pelaku pasar dibuat kecewa setelah Financial Times melaporkan obat dari Gilead tersebut tidak mampu memperbaiki kondisi pasien. Financial Times mengutip sebuah dokumen yang secara tidak sengaja dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), dan merupakan hasil uji klinis di China, sebagaimana dilansir CNBC International.



Namun, Gilead mengatakan hasil tersebut terjadi akibat "karakteristik yang tidak sesuai" sehingga "tidak bisa disimpulkan"

"Kami menyesal WHO merilis sebuah informasi terkait penelitian secara prematur, dimana rilis tersebut kini telah dihapus. Para peneliti dalam penelitian ini tidak memiliki izin untuk mempublikasikan hasilnya" kata juru bicara Gilead, sebagaimana dilansir CNBC International.

"Lebih lanjut, kami percaya rilis tersebut berisi karakteristik yang tidak sesuai dalam penelitian. Yang penting, penelitian tersebut dihentikan lebih awal karena kecilnya sampel, sehingga secara statistik tidak bisa menghasilkan kesimpulan yang berarti. Saat ini tren menunjukkan remdesevir menunjukkan potensi yang bagus, terutama jika digunakan pada pasien dengan tahap awal COVID-19" ujar juru bicara Gilead.

AS sebenarnya juga sedang menguji remdesivir tetapi hasil penelitiannya masih belum dipublikasikan. Jumat lalu, Reuters melaporkan hasil pengujian tersebut akan dirilis pada pertengahan Mei, dan kemungkinan hasil preliminary akan dikeluarkan lebih dulu.

Hasil uji coba di AS tersebut dianggap lebih reliabel dalam menarik kesimpiulan sehingga dinanti pelaku pasar.



Tahap awal uji klinis remdesivis tersebut yang dilakukan oleh National Institute of Allergy and Infectous Diseasea sudah mencapai tahap akhir, dan Gilead mengatakan ekspektasi pengobatan virus corona semakin tinggi.

Direktur National Institute of Allergy and Infectous Diseasea, Dr. Anthony Fauci, mengatakan remdesivir menunjukkan hasil yang positif yang "jelas" dalam mengobati pasien virus corona.

Gilead juga merilis hasil uji klinis sendiri yang menunjukkan peningkatan kondisi pasien positif Cobvid-19 saat menggunakan remdesivir buatannya.

"Pasar bereaksi menguat jika ada berita-berita seperti ini" kata Megan Horneman, direktur strategi portofolio di Verdence Capital Advisors, sebagaimana dilansir CNBC International.

"Jika kita memiliki vaksin, saya pikir kita akan melihat pemulihan ekonomi yang berbeda. Ketika kita memiliki pengobatan, saya pikir kita akan melihat pemulihan ekonomi sedikit lebih cepat" kata Horneman.

Kabar bagus dari Gilead dan The Fed membuat pelaku pasar mengabaikan kontraksi tajam ekonomi AS di kuartal I-2020. Data yang dirilis kemarin menunjukkan perekonomian AS berkontraksi alias minus 4,8%, dan menjadi yang terdalam sejak krisis finansial 2008.

(pap/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular