Meski PDB AS Minus, Wall Street Dibuka Melaju ke Zona Hijau

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
29 April 2020 20:45
Trader Timothy Nick works in his booth on the floor of the New York Stock Exchange, Thursday, Jan. 9, 2020. Stocks are opening broadly higher on Wall Street as traders welcome news that China's top trade official will head to Washington next week to sign a preliminary trade deal with the U.S. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Bursa saham Amerika Serikat (AS) (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka melesat nyaris 400 poin pada pembukaan perdagangan Rabu (28/4/2020), menyusul kabar positif dari obat COVID-19 dan kinerja tokcer emiten unggulan di Wall Street.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 394,8 poin (+1,6%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan tak berubah 10 menit kemudian dengan reli 396,05 poin (+1,64%) ke 24.497,6. Indeks Nasdaq menguat 186,41 poin (+2,17%) ke 8.794,14, dan S&P 500 tumbuh 52,48 poin (+1,83%) ke 2.915,87.

Menurut Gilead Sciences, studi obat remdesivir oleh Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS kian dekat pada jawaban yang memuaskan. Hal ini membangkitkan harapan akan pengobatan virus corona (strain baru). Saham Gilead pun meroket 9,3% di sesi pembukaan.

Saham emiten unggulan lain juga menguat menyusul kinerja positif per kuartal I-2020. Saham Alphabet (induk usaha Google) melonjak 8,6% karena pendapatan iklan YouTube melampaui ekspektasi. Saham Facebook melonjak 4,2%, Amazon naik 0,6% dan Apple terangkat 1,7%.

Perhatian pasar di sesi siang bakal tertuju pada bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneternya pada pukul 14:00 waktu setempat (02:00 WIB). Investor akan mencermati pernyataan bos The Fed Jerome Powell mengenai peluang suku bunga acuan dipertahankan di level nyaris 0%.

"Sepertinya kok The Fed tak akan menaikkan suku bunga acuan di atas 0% sampai pandemi berakhir, yang menurut kami bakal terjadi pada 2023," tutur Jim Caron, kepala perencana kebijakan makro Morgan Stanley Investment Management.

Meski tak ada yang memperkirakan bahwa suku bunga acuan AS (Fed Funds Rate) akan diubah, tetapi bank sentral Negeri Sam itu berpeluang menyesuaikan tingkat Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan dan mengumumkan rencana pembelian aset dari pasar.

Kabar negatif dari anjloknya ekonomi AS sebesar -4,8% pada kuartal pertama tahun ini kurang direspon pasar, karena ekonom dalam survei Dow Jones telah memperkirakan bahwa PDB Negara Adidaya tersebut bakal terkontraksi 3,5%. Kontraksi ekonomi menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi sebuah negara tidak bertambah dan bahkan menyusut.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular