Newsletter

Dari Vaksin Corona hingga Perry Warjiyo, Bisa Angkat Pasar?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 April 2020 06:23
Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan perkembangan ekonomi terkini (Youtube Bank Indonesia)
Foto: Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan perkembangan ekonomi terkini (Youtube Bank Indonesia)
Dari dalam negeri, selain perkembangan kasus COVID-19, konferensi pers Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bisa mempengaruhi pergerakan pasar.

Hingga Selasa kemarin, jumlah kasus COVID-19 di Indonesia tercatat sebanyak 9.511 kasus, dengan 773 meninggal, dan 1.254 dinyatakan sembuh. Tren penambahan kasus di Indonesia masih naik, meski masih terkendali, belum ada lonjakan kasus perhari yang siginifikan.

Sementara itu, Gubernur Perry akan menyampaikan Perkembangan Ekonomi Terkini melalui video conference, yang dijadwalkan pukul 8:30 WIB. Semenjak pasar keuangan mengalami gejolak di bulan Maret, Gubernur Perry secara rutin memberikan Perkembangan Ekonomi Terkini, dan kerap menebar optimisme di pasar.

Pada pekan lalu misalnya, ia mengatakan puncak kepanikan global akibat pandemi COVID-19 sudah berlalu, puncaknya di pekan kedua Maret.
Hal ini ditunjukkan dari premi risiko global atau biasa dilihat dari global volatility index.

"Data terakhir menunjukkan 43,8. Artinya memang kepanikan pasar keuangan global puncaknya pada pekan kedua Maret 2020. Berangsur mereda dan sekarang 43,8," kata Perry dalam video conference di Channel Youtube BI, Rabu (22/4/2020).

Saat ini volatility index bahkan sudah berada di level 33.

"Ketidakpastian masih berlangsung, sebelum Covid-19 masih tinggi, tapi relatif rendah saat setelah pekan kedua Maret 2020," tambahnya



Perry juga mengatakan dana asing yang masuk ke pasar surat berharga negara (SBN) mencapai Rp 4,37 triliun.

"Kami pantau, data-data yang transaksi harian, dari non residence atas investasi portofolio SBN, saham dari 13-20 April lalu. Dari pemantauan kami terjadi inflow asing dari non residence terhadap SBN. Data kami menunjukkan, 13-20 April inflow Rp 4,37 triliun," ujar Perry.

Perry menjelaskan, asing tampaknya melihat keuntungan yang lebih besar berinvestasi di surat utang pemerintah Indonesia. Berdasarkan perhitungan riil yield, yield setelah dikurangi ekspektasi inflasi sebesar 4,6%

Selain itu, Perry juga menyebut CAD di tahun ini akan lebih rendah dan menjadi pijakan bagi rupiah untuk menguat.

"Defisit transaksi berjalan pada kuartal I-2020 lebih rendah dari 1,5% PDB. Untuk keseluruhan 2020 akan lebih rendah dari 2% PDB, jauh lebih terkendali. Secara fundamental, ini akan membawa penguatan nilai tukar rupiah"

Selain itu, anjloknya harga minyak mentah disebut akan menguntungkan bagi Indonesia.

"Bagi ekonomi, secara netto positif dari sisi ekonomi dan sisi moneter. Kalau moneter, ingat kita kan net importir dari minyak, dan mengurangi defisit neraca perdagangan minyak. Secara defisit transaksi berjalan dan perdagangan akan memperbaiki [ekonomi] Indonesia," imbuh Perry.

Menurut Perry, jika harga minyak turun nantinya subsidi juga turun dan itu secara keseluruhan membuat neraca pembayaran akan positif.

Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia juga diperkirakan akan tinggi pada tahun depan, setelah pandemi COVID-19 berakhir.

"Tahun depan kalau ekonomi sudah mulai pulih, reformasi ekonomi Indonesia seperti Omnibus Law itu akan membuat meningkat. Tahun ini kami perkirakan pertumbuhan ekonomi adalah 2,3%, tahun depan seperti apa? Pertumbuhannya akan lebih tinggi, perkiraan kami bisa mencapai 6%," papar Perry.

Pasar keuangan Indonesia, sering merespon positif paparan Gubernur Perry, rupiah yang merasakan dampak instan. Rupiah nyaris selalu menguat, meski sebelumnya berada di zona merah, saat Gubernur Perry memaparkan Perkembangan Ekonomi Terkini.

Perry Effect, diharapkan kembali muncul pada hari ini. (pap/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular