Newsletter

Pasien COVID-19 Dunia Sudah Tembus Sejuta, Mau ke Mana Kita?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
03 April 2020 06:18
Cermati Sentimen Penggerak Hari Ini
Foto: Vaksi (AP/John Minchillo)
Jumlah pasien yang terkonfirmasi virus corona strain baru di seluruh dunia telah mencapai angka 1 juta orang. Ini menjadi penanda (milestone) yang perlu diperhatikan, karena angka tersebut dicapai dalam waktu kurang dari 3 bulan sejak virus ini teridentifikasi di Wuhan, China.

Pemerintah AS, misalnya, hari ini langsung menggelar briefing gugus tugas corona dan mengumumkan seruan baru agar semua orang memakai masker di tempat umum untuk mencegah penyebaran virus. Mereka juga menyiapkan stimulus fase 4 untuk mengurangi dampak krisis corona tersebut terhadap perekonomian.

Seperti Indonesia, AS menjadi salah satu negara yang semula mengecilkan ancaman corona. Namun, kini mereka berusaha mengoreksi kesalahan tersebut dengan bertindak cepat lewat stimulus dan pembatasan aktivitas masyarakat--yang sayangnya berkonsekuensi pada melonjaknya angka pengangguran.

Namun, bagi mereka faktor ekonomi adalah hal yang kedua. Persoalan pengangguran coba diselesaikan dengan pemberian stimulus yang menyasar hingga individu warga AS, dengan tunjangan sosial berbentu uang kaget. Sempat muncul wacana untuk memberikan uang kaget US$ 12.000 (sekitar Rp 20 juta) untuk tiap warga AS.

Dalam skala global, angka 1 juta juga berujung pada warning untuk mengantisipasi gelombang kedua penyebaran virus corona strain baru ini karena mudah menyebar, tapi sulit dideteksi karena penderita terkadang tak menunjukkan gejala.

Mengingat karakternya yang mirip virus influenza, pola penyebaran COVID-19 dikhawatirkan seperti pandemi flu pada tahun 1918, di mana gelombang kedua penyebaran berkontribusi terbesar pada total kematian 50 juta jiwa.

Tingkat atau rasio kematian yang rendah (di kisaran 4%) pun bisa menipu, jika jumlah yang terinfeksi jauh lebih besar dari wabah-wabah lain yang mematikan tetapi jumlah penderitanya kecil karena penyebaran yang rendah. Oleh karenanya, pemodal akan menunggu perkembangan seputar pencegahan penyebaran wabah ini di Indonesia.

Pemodal juga perlu memperhatikan arah aliran dana asing ke pasar Indonesia, yang sampai sekarang cenderung negatif. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan sejak 20 Januari hingga 30 Maret 2020, total capital outflow mencapai Rp 167,9 triliun. 

Reuters melaporkan bahwa cadangan devisa Indonesia pada Maret anjlok hingga US$ 9 miliar, atau menjadi penurunan yang terburuk sejak September 2011. Perry mengatakan bahwa cadangan devisa Maret sejauh ini berkisar di angka US$ 121 miliar, turun 7,2% dari posisi Februari US$ 130,4 miliar. 

"Sebanyak US$ 3 miliar terpakai untuk membayar utang dalam denominasi asing, dan sisanya untuk menstabilkan rupiah dan keperluan lain," tuturnya dalam Conference Call pada Kamis. Data resmi cadangan devisa baru akan diumumkan pada Selasa pekan depan (7/4/2020).

Jika tidak ada sentimen positif di pasar global yang memicu para investor memburu kembali aset-aset di negara berkembang, maka bursa Indonesia masih akan menghadapi paceklik dana asing dan transaksi bergantung pada pemodal domestik.
(ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular