Newsletter

Jika Rupiah Tembus Rp 17.000/US$, Jangan Samakan dengan 1998

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 March 2020 06:38
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Bursa berjangka (futures) Wall Street yang menghijau pagi ini menjadi kabar bagus bagi pasar Asia. Indeks Dow Jones futures menguat 1,65%, S&P 500 futures 1,46% dan Nasdaq futures 1,26%. Memang volatilitas pasar sedang tinggi dan indeks berjangka tersebut bisa masuk ke zona merah dalam sekejap, tetapi dengan menghijau di pagi ini setidaknya memberikan harapan dan pelaung penguatan bagi bursa saham Asia, termasuk IHSG hari ini.

Apalagi jika di tengah perdagangan sesi Asia nanti ada kabar bagus dari Senat AS, misalnya dengan menyetujui gelontoran stimulus fiskal senilai triliunan dolar AS. Tentunya hal tersebut akan mengangkat sentimen pelaku pasar.

Semua negara yang terpapar COVID-19 mulai menggelontorkan stimulus. Ketika dunia berhasil mengalahkan COVID-19, pasar keuangan RI juga akan kembali bangkit. Apalagi melihat performa di bulan Januari lalu, dimana rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia berkati capital inflow yang besar. Itu artinya di awal tahun, para pelaku pasar optimistis dengan pertumbuhan ekonomi RI.



Rupiah di awal tahun ini disebut sebagai "kesayangan" para pelaku pasar, oleh analis Bank of America Merril Lynch, Rohit Garg, dalam sebuah wawancara dengan CNBC International Selasa (21/1/2020).

"Salah satu mata uang yang saya sukai adalah rupiah, yang pastinya menjadi 'kesayangan' pasar, dan ada banyak alasan untuk itu," kata Garg. Dia menambahkan rupiah menjadi mata uang yang paling diuntungkan dari pemulihan ekonomi global serta kenaikan harga komoditas.

Gard juga mengatakan selain karena pemulihan ekonomi global, Bank Indonesia (BI) yang terbuka pada tren penguatan rupiah juga menjadi salah satu alasan rupiah menjadi "kesayangan" pelaku pasar, membuatnya menjadi mata uang terbaik pada bulan Januari lalu.

Pandemi COVID-19 akhirnya membuat semua berbalik arah, aksi jual di pasar saham dan obligasi Indonesia membuat capital outflow nyaris Rp 100 triliun YTD. Rupiah yang sebelumnya mata uang terbaik di dunia, malah menjadi yang terburuk di Asia. 



Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pergerakan rupiah memang sangat rentan oleh keluar masuknya aliran modal (hot money) sebagai sumber devisa. Sebabnya, pos pendapatan devisa lain yakni transaksi berjalan (current account), belum bisa diandalkan.

Sejak tahun 2011 transaksi berjalan RI sudah mengalami defisit (current account deficit/CAD). Praktis pasokan valas hanya dari hot money, yang mudah masuk-keluar. Ketika terjadi capital outflow yang besar maka tekanan bagi rupiah akan semakin kuat yang menyebabkan nilai tukarnya merosot.

Rupiah memang sedang terpuruk saat ini, bahkan menjadi mata uang yang terburuk di Asia. Tetapi melihat optimisme di awal tahun, ketika pertumbuhan ekonomi perlahan normal kembali, pasar keuangan RI akan kembali bangkit, dan capital inflow kembali bisa menopang penguatan rupiah.

(pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular