Newsletter

Jika Rupiah Tembus Rp 17.000/US$, Jangan Samakan dengan 1998

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 March 2020 06:38
Stimulus Jumbo Belum Terasa
Foto: Wall Street/Brendan McDermid | Reuters
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street kembali merosot pada perdagangan Senin (23/3/2020), meski tidak separah hari-hari sebelumnya. Senat AS yang kembali gagal mencapai kesepakatan untuk menggelontorkan stimulus fiskal dengan nilai jumbo membuat Wall Street merosot.

Indeks Dow Jones memimpin penurunan sebesar 3,1%, disusul S&P 500 -2,9%, dan Nasdaq melemah cukup tipis 0,3%.

CNBC International melaporkan untuk kedua kalinya dalam waktu 24 jam, Senat AS gagal menyepakati rancangan undang-undang (RUU) guna mengucurkan stimulus fiskal senilai triliunan dolar AS. Padahal Menteri Keuangan AS, Stephen Mnuchin, sebelumnya mengatakan sudah "sangat dekat" untuk menyelesaikan RUU tersebut.

Pembahasan RUU tersebut masih berlangsung, tetapi pelaku pasar melihat semakin lama stimulus dikucurkan, ekonomi AS akan semakin tertekan.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sebelumnya juga sudah memberikan stimulus moneter dengan membabat habis suku bunga acuannya (Federal Funds Rate/FFR) menjadi 0-0,25% serta mengaktifkan kembali program pembelian aset atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE). Tetapi pasar melihat kebijakan The Fed tersebut belum cukup untuk mendorong perekonomian, dan menanti stimulus fiskal dari Pemerintah di Washington.



"Meski kebijakan The Fed memberikan bantuan yang besar, satu-satunya jalan akan pasar bisa menunjukkan penguatan yang berkelanjutan adalah ketika perekonomian bangkit kembali atau setidaknya ada jalur yang nyata jika hal tersebut akan terjadi" kata Paul Hikey dari Bespoke Investment Group dalam sebuah catatan yang dikutip CNBC International.

Sepanjang pekan lalu, Indeks Dow Jones ambles 17%, mencatat pekan terburuk sejak Oktober 2008 ketika merosot 18,2%. Indeks S&P 500 ambles lebih dari 13% dan Nasdaq -12,6%. Keduanya juga mencatat pekan terburuk sejak krisis finansial 2008.

Tidak hanya itu, Indeks Dow Jones sepanjang bulan Maret sudah ambrol 27% dan kemungkinan akan membukukan kinerja bulanan terburuk sejak September 1931, sementara S&P 500 -25% menuju kinerja terburuk sejak bulan Mei 1940.

David Kostin, ahli strategi pasar AS di Goldman Sachs mengatakan perbedaan cepat atau lamanya pemulihan pasar saham akan tergantung dari tiga hal: seberapa cepat pandemi dapat dihentikan, apakah perusahaan akan mendapat akses untuk mendapatkan modal dan likuiditas dalam 90 sampai 120 hari ke depan, dan apakah stimulus fiskal mampu menstabilkan proyeksi pertumbuhan ekonomi.

Jumat pekan lalu, ekonom di Goldman Sachs memprediksi ekonomi Paman Sam akan mengalami kontraksi hingga 24% di kuartal II-2020, sementara di kuartal I kontraksi diramal sebesar 6%. Ekonomi AS diprediksi akan bangkit di semester II tahun ini, dengan pertumbuhan masing-masing 12% dan 10% di kuartal III dan IV. (pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular