Polling CNBC Indonesia

Pasar Galau Nih, Pak Gubernur! Bunga Acuan Turun atau Tidak?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 March 2020 11:31
Bank Sentral Dunia Kompak Potong Bunga Acuan
Gubernur BI Perry Warjiyo (CNBC Indonesia/Chandra Gian Asmara)
Serangan virus corona adalah tragedi kemanusiaan dan kesehatan. Luasnya penyebaran virus ini membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan kondisi pandemi global.

Namun, dampak penyebaran virus corona juga terasa di sektor ekonomi. Aktivitas masyarakat menjadi terbatas (atau dibatasi) mengingat virus mematikan yang siap menyerang siapa saja dan kapan saja.

Berbagai perusahaan meliburkan atau mengizinkan karyawan bekerja dari rumah (Work from Home). Beberapa negara yang melakukan karantina wilayah alias lockdown bahkan sudah menutup akses bagi warga negara asing dan membatasi gerak masyarakat untuk meredam penyebaran virus lebih lanjut.


Hal-hal semacam ini yang membuat roda perekonomian bergerak lambat, atau mungkin bisa berhenti sama sekali. Ancaman perlambatan ekonomi bahkan resesi menjadi semakin nyata.

Oleh karena itu, sejumlah otoritas mencoba untuk menggairahkan perekonomian. Salah satunya adalah bank sentral melalui penurunan suku bunga acuan.

Ketika suku bunga acuan turun, diharapkan bakal tertransmisikan ke penurunan suku bunga kredit perbankan sehingga rumah tangga dan dunia usaha bisa mengakses pembiayaan dengan lebih murah. Ekonomi pun bakal terakselerasi.

Akhir pekan ini, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed kembali menurunkan suku bunga acuan. Tidak main-main, penurunannya mencapai 100 basis poin (bps) menjadi 0-0,25%, terendah sejak 2015.

Dalam sebulan terakhir, ini menjadi kali kedua The Fed menurunkan suku bunga acuan di luar rapat terjadwal. Pertama dilakukan pada 3 Maret, kala itu Federal Funds Rate dipangkas 50 bps. Seharusnya rapat Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committe/FOMC) baru berlangsung pada 17-18 Maret.


"Penyebaran virus corona telah melukai masyarakat dan mengganggu aktivitas ekonomi di berbagai negara, termasuk AS. Pasar keuangan global pun terpengaruh.

"Dampak penyebaran virus corona akan membebani aktivitas perekonomian AS dalam jangka pendek dan menyebabkan risiko terhadap prospek ke depan. Dengan perkembangan ini, Komite memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan ke 0-0,25%," tulis keterangan resmi The Fed.

Bank sentral Jepang (BoJ) juga melakukan rapat darurat tidak terjadwal. Meski tidak menurunkan suku bunga acuan, tetapi bank sentral pimpinan Haruhiko Kuroda itu berkomitmen untuk menjaga stabilitas pasar melalui gelontoran likuiditas.

"Pasar keuangan global sedang tidak stabil karena tingginya ketidakpastian akibat dampak penyebaran virus corona. Aktivitas ekonomi Jepang sudah melemah.

"BoJ merasa tepat melakukan pelonggaran moneter melalui tiga langkah. Pertama, memastikan kecukupan likuiditas melalui pembelian obligasi pemerintah dan operasi pasar valas. Kedua, memfasilitasi pembiayaan korporasi melalui skema operasi baru. Ketiga, secara aktif melakukan pembelian Exchange-Traded Funds (ETFs) dan Japan Real Estate Investment Trusts (J-REITs)," sebut keterangan tertulis BoJ.

Saat ini, suku bunga acuan di Negeri Matahari Terbit adalah -0,1%. Jika kondisi memungkinkan, Kuroda membuka peluang untuk membawa suku bunga acuan lebih rendah lagi.

"Saya rasa kami belum mencapai titik dasar dalam hal sejauh mana suku bunga acuan bisa diturunkan. Jika memungkinkan, kami bisa membawa suku bunga acuan minus lebih dalam lagi," tegas Kuroda, seperti diberitakan Reuters.


Contoh lain adalah bank sentral Selandia Baru (RBNZ) yang memangkas suku bunga acuan 75 bps menjadi 0,25%. Ini adalah rekor terendah sepanjang sejarah.


(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular