Newsletter

Vivere Pericoloso! Hope for The Best, Prepare for The Worst

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
17 March 2020 06:23
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini: Kasus COVID-19 di Indonesia & Berbagai Stimulus
Foto: Konfrensi Pers Stimulus Dampak Virus Corona. (CNBC Indonesia/Lidya Kembaren)
Kini beralih ke dalam negeri, di Indonesia hingga kemarin jumlah kasus infeksi COVID-19 bertambah 17 sehingga secara kumulatif mencapai 134 kasus. Sejak pertama kali diumumkan pada awal Maret, laju pertambahan kasus COVID-19 per harinya mencapai 32%.



Dari total 134 kasus, lima orang meninggal dunia dan delapan orang dinyatakan sudah sembuh. Jumlah kasus masih mungkin akan terus bertambah. Berdasarkan estimasi Badan Inteligen Negara (BIN), wabah COVID-19 di Indonesia akan mencapai puncaknya saat bulan Ramadhan nanti.

Beberapa kebijakan yang berbau ‘social distancing’ seperti meliburkan tempat sekolah, menutup sementara tempat pariwisata hingga kebijakan bekerja dari rumah bagi para pekerja sudah diterapkan di berbagai daerah seperti DKI Jakarta dan Solo.

Namun terkait kemungkinan langkah lockdown belum ada kepastian. Jika jumlah kasus terus bertambah dengan signifikan, bukan tidak mungkin opsi lockdown akan diambil.

Pandemi COVID-19 memang tak bisa disepelekan. Kurang dari tiga bulan wabah ini sudah menjangkiti lebih dari 100 negara di dunia dan menjadi pandemi. COVID-19 merupakan fenomena di lapangan yang merembet ke sektor keuangan. Ini berbeda dengan krisis 2008 lalu yang murni fenomena keuangan.

COVID-19 membuat prospek perekonomian global yang digadang-gadang akan bangkit di tahun ini kembali menjadi ‘gloomy’. Organisasi Kerja Sama Ekonomi (OECD) merevisi turun pertumbuhan ekonomi global pada Maret 2020 menjadi 2,4% lebih rendah dari 2,9% pada November tahun lalu.



Demi meredam dampak pandemi COVID-19, stimulus baik fiskal maupun moneter siap digelontorkan. Dari sisi moneter, bank-bank sentral sudah menurunkan suku bunga acuan dan sebagian berusaha memompa likuiditas dengan melakukan pembelian terhadap efek-efek atau surat berharga.

Sementara dari sisi fiskal pemerintah di berbagai negara termasuk di Indonesia telah menyiapkan berbagai stimulus agar roda perekonomian tetap bisa bergerak. Stimulus ini diharapkan dapat menjaga daya beli masyarakat di saat-saat genting seperti sekarang ini.

NegaraFiskalMoneter
AustraliaRencana paket stimulus ekonomi senilai US$ 17,6 miliar (bantuan tunai US$ 750 untuk ~6 juta warga Australia berpenghasilan rendah, US$ 6,7 miliar untuk gaji pegawai, US$ 4 miliar untuk insentif investasi, US$ 1,2 miliar untuk program magang & US$ 1 miliar untuk sektor pariwisataReserves Bank of Australia (RBA) memangkas suku bunga acuan 25 bps ke level terendah 0,5%
JepangJepang sedang mempersiapkan paket stimulus ekonomi sebesar US$189 miliar untuk diberikan pada rumah tangga serta memberikan subsidi untuk perusahaan di sektor pariwisata yang terdampak COVID-19Bank of Japan (BoJ) bersiap untuk membeli US$ 1,88 miliar surat utang pemerintah bertenor 10 tahun dan akan menyuntikkan likuiditas ke pasar senilai JPY 1,5 triliun
InggrisSedang mempersiapkan paket stimulus ekonomi senilai GBP 30 miliar (US$ 39 miliar) dengan alokasi sebesar GBP 7 miliar untuk warga dan sektor bisnis, GBP 5 miliar untuk sektor kesehatan publik dan sisanya dialokasikan untuk pengeluaran pemerintah tahun iniBank of England (BoE) memangkas suku bunga acuan sebesar 50 bps ke level 0,25%
Amerika SerikatTrump mengusulkan untuk membebaskan Pajak Penghasilan (PPh) atau mengenakan PPh sebesar nol persenThe Federal Reserves memangkas Federal Fund Rates (FFR) 50 bps ke rentang 1-1,25%
IndonesiaPemerintah menggelontorkan stimulus fiskal sebesar Rp 10 triliun (US$ 718 juta) untuk sektor-setor yang terdampak wabah COVID-19. Selain itu pemerintah juga melakukan relaksasi pada Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, PPh Pasal 22 Impor, PPh Pasal 25 dan restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN).Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7-DRRR) 25 bps ke level 4,75% dan menurunkan GWM rupiah sebesar 50 bps dan GWM valas menjadi 4% dari DPK untuk bank yang beriorientasi kegiatan ekspor impor
Sumber : Brown County Democrat, Financial Times, Guardian, Straits Times, CNBC Indonesia Research

Namun insentif dan stimulus yang diberikan masih belum mampu menenangkan apalagi mengangkat pasar. Kepanikan masih sangat terasa di pasar. Pergerakan dengan volatilitas tinggi masih akan berlanjut selagi musuh utama belum dapat dijinakkan (COVID-19).

Kondisi saat ini memang sangat sulit dan bisa dibilang berbahaya, dan satu ungkapan yang tepat menggambarkan kondisi sekarang ini adalah 'vivere pericoloso' atu hidup dalam bahaya.

Ungkapan dalam bahasa Italia tersebut pertama kali dipopulerkan oleh Presiden RI ke-I yakni Ir. Soekarno ketika menyampaikan pidatonya pada ulang tahun RI ke 19 tahun 1964 dengan judul Tahun Vivere Pericoloso.

Ya, kita hidup dalam bahaya saat ini. Ada musuh tak kasat mata yang mengintai, COVID-19 namanya. Ancamannya bukan hanya kesehatan, tapi keuangan juga perekonomian.

Namun bukan berarti kita harus pesimis dan kehilangan harapan. Kita harus tetap menjaga optimisme tetapi juga harus bersiap dengan semua kemungkinan. Bahkan skenario terburuk pun. (twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular