Newsletter

Wall Street Anjlok 9%, Siap-siap Horor Friday the 13th di RI?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 March 2020 06:00
Wall Street Anjlok 9%, Siap-siap Horor Friday the 13th di RI?
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Hancur lebur. Mungkin itu kata yang bisa menggambarkan kondisi pasar keuangan Indonesia kemarin. Tidak hanya di Indonesia, seluruh Asia pun luluh lantak.

Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup minus 5,01%. IHSG sudah di bawah 5.000.

Namun koreksi 5,01% tidak menjadikan IHSG sebagai yang terburuk di Asia. Sebab, para tetangga ternyata ada yang lebih parah.




Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengakhiri perdagangan pasar spot dengan depresiasi 1,19%. Lagi-lagi, depresiasi dalam itu tidak membuat rupiah menjadi mata uang terlemah di Benua Kuning.




Kepanikan di pasar keuangan Asia terjadi merespons pengumuman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, secara resmi mengumumkan bahwa virus corona kini berstatus sebagai pandemi.

"Penyebaran COVID-19 sudah bisa dideskripsikan sebagai pandemi. Ini bukan keputusan yang mudah bagi kami. Pertama karena kesepakatan dan skala penyebarannya. Kedua karena meski kami sudah memberikan wanti-wanti, tetapi beberapa negara tidak merespons ancaman COVID-19 dengan keinginan politik yang memadai," papar Ghebreyesus dalam jumpa pers seperti dikutip dari keterangan tertulis WHO.

Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis per Kamis (12/3/2020) pukul 20:33 WIB, jumlah kasus virus corona di seluruh dunia adalah 127.863. Korban jiwa tercatat 4.718 orang.

Menurut catatan WHO, saat ini tinggal 77 negara yang bebas dari corona dan 55 negara sudah 'kebobolan' tetapi masih di bawah 10 kasus. Artinya, penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsin Hubei, Republik Rakyat China ini memang sangat masif dan cepat.

"Sudah lebih dari 125.000 kasus yang dilaporkan kepada WHO, dari 118 negara dalam dua pekan terakhir. Kasus di luar China meningkat 13 kali lipat dan jumlah negara yang terdampak naik hampir tiga kali lipat," kata Ghebreyesus.




Dihadapkan kepada situasi yang sangat genting seperti ini, investor bukan lagi mundur teratur tetapi lari tunggang-langgang. Arus modal seakan alergi menyentuh aset-aset berisiko. Jadi tidak heran pasar keuangan Asia terjerembab, tidak terkecuali Indonesia.

 

Sayangnya sampai saat ini belum ada kabar baik. Di Wall Street, aksi jual massal masih terjadi yang membuat tiga indeks utama lagi-lagi terkoreksi dalam.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup anjlok 9,99%, S&P 500 ambles 9,51%, dan Nasdaq Composite ambrol 9,43%. Ini adalah koreksi harian terdalam sejak 1987. Wall Street sudah resmi masuk masa bear market, koreksi sudah mencapai 20% dari rekor tertingginya.


"Ketika kita sudah sampai ke kepanikan maksimal, butuh waktu untuk membuat pasar tenang. Ini yang sedang kita hadapi. Kami memperkirakan ada perlambatan ekonomi karena ketidakpastian yang sangat tinggi," kata Scott Brown, Kepala Ekonom Raymond James yang berbasis di Florida, seperti dikutip dari Reuters.

Situasi semakin keruh kala Presiden AS Donald Trump memutuskan larangan masuk bagi warga dari 26 negara Eropa ke Negeri Paman Sam. Bahkan Trump meminta Olimpiade Tokyo 2020 ditunda setahun.

"Kami berupaya maksimal untuk melindungi rakyat AS. Uni Eropa gagal dalam menempuh langkah pencegahan dengan melarang pendatang dari China dan negara-negara berisiko lainnya. Akibatnya, banyak kluster (virus corona) baru di AS yang disebabkan oleh pendatang dari Eropa.

"Kalau bisa, mungkin (Olimpiade) ditunda satu tahun. Saya lebih suka begitu daripada melihat stadion kosong," ujar Trump dalam pidato di Oval Office, seperti diwartakan Reuters.

Larangan perjalanan kepada warga Eropa membuat saham-saham penerbangan dan pelayaran di bursa New York berguguran. Paling parang dialami oleh Boeing, yang terkoreksi sampai 18,11%.

Pelaku pasar juga kecewa karena Trump minim menyinggung soal stimulus fiskal dalam pidatonya. Sebelumnya, Trump menjanjikan stimulus fiskal senilai US$ 8,3 miliar, salah satunya berupa pemangkasan tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang disebut-sebut menjadi 0% alias tidak dipungut.


Tingginya risiko di pasar membuat indeks VIX, yang menggambarkan volatilitas, melonjak tajam. Indeks VIX, yang juga sering disebut Fear Index, naik sampai 35,34% dan menyentuh titik tertinggi sejak krisis ekonomi 2008.



Namun, Trump meyakini Wall Street akan bangkit. Saat itu terjadi, dia menegaskan akan ada kenaikan yang luar biasa.

"Kami sudah melakukan banyak hal terkait pasar keuangan, dan sejauh ini berjalan baik. Pasar saham, misalnya, masih di posisi lebih tinggi dibandingkan hari pertama saya menjabat. Sekarang memang terpukul, tetapi akan bangkit dan sangat tinggi pada waktunya," tegas Trump, seperti dikutip dari Reuters.


 

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang sangat mengkhawatirkan. Melihat Wall Street yang begitu parah, jangan-jangan investor di pasar keuangan Asia sudah kalah mental sebelum bertanding.

Sentimen kedua apa lagi kalau bukan perkembangan penyebaran virus corona. Aura pesimisme kian terlihat dari para pemimpin dunia.

"Virus akan semakin menyebar. Saya harus jujur kepada Anda, akan lebih banyak keluarga yang kehilangan orang-orang tercinta sebelum waktunya," kata Boris Johnson, Perdana Menteri Inggris, seperti dikabarkan Reuters.


Sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan negaranya sedang menghadapi krisis kesehatan terparah dalam seabad ini. Mulai Senin pekan depan, Prancis akan meliburkan sekolah untuk mencegah penularan lebih lanjut.

Di Irlandia, pemerintah akan meliburkan sekolah, kampus, dan tempat-tempat penitipan anak sampai 29 Maret untuk meredam laju penularan virus corona. Jumlah kasus corona di Irlandia saat ini ada 43 dengan satu korban jiwa.

"Akan ada perubahan besar dalam kehidupan kita semua dan saya meminta rakyat untuk berkorban. Bertindak bersama sebagai sebuah bangsa, maka kita akan bisa menyelamatkan banyak jiwa," kata Leo Varadkar, Pejabat Perdana Menteri Irlandia, seperti diwartakan Reuters.

Di Kanada, Perdana Menteri Justin Trudeau dan istrinya bahkan tengah menjalani masa isolasi karena menunjukkan gejala flu. Trudeau dan istrinya akan menjalani tes virus corona.


 

Jadwal kompetisi olahraga juga jadi kacau balau. Asosiasi Sepakbola Eropa (UEFA) menunda laga Liga Europa antara Inter Milan (Italia) vs Getafe (Spanyol) dan Sevilla (Spanyol) vs AS Roma (Italia).

"Kami tidak akan pergi ke Italia, sudah diputuskan. Kalau kami harus kalah, maka kalah saja. Kami tidak mau mengambil risiko. Kami sangat bersemangat menanti pertandingan ini, tetapi kalau harus kalah biarkan saja," tegas Presiden Getafe Angel Torres, sebagaimana diberitakan Reuters.

Sedangkan AS Roma tidak bisa melakoni pertandingan melawan Sevilla karena pesawat dari Italia dilarang mendarat di Spanyol. Maklum, Italia adalah negara dengan kasus corona terbanyak di dunia setelah China yaitu 12.462. Korban meninggal akibat corona di Italia mencapai 827 orang, tertinggi di luar China.


Virus corona sudah terbukti membatasi aktivitas masyarakat. Aktivitas yang terbatas sama dengan membuat laju roda ekonomi melambat, bahkan bukan tidak mungkin berhenti sama sekali.

Riset Citi menyebutkan pertumbuhan ekonomi global bakal terpangkas karena kelesuan di sektor pariwisata dan perjalanan. Jika pengeluaran turis berkurang 10%, maka pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini hanya akan sebesar 2,34%. Kalau penurunan pengeluaran turis sampai 30%, maka pertumbuhan ekonomi global diperkirakan cuma 2%. Lebih parah lagi apabila pengeluaran turis turun 100%, maka pertumbuhan ekonomi global bakal hanya 0,76%.

Citi

Dihantui oleh risiko perlambatan ekonomi, atau bahkan sampai resesi, investor mana yang tidak dad-dig-dug? Kalau tidak ada kabar baik, maka kemungkinan aksi jual massal alias sell off masih akan terjadi di pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia.

Bahkan tanda-tanda pelemahan rupiah sudah terlihat. Di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF), depresiasi mata uang Tanah Air sudah terpampang nyata. Biasanya pergerakan di pasar NDF akan menjadi patokan di pasar spot.


Periode

Kurs 12 Maret (15:54 WIB)

Kurs 13 Maret (03:42 WIB)

1 Pekan

Rp 14.580

Rp 14.675

1 Bulan

Rp 14.695

Rp 14.794,75

2 Bulan

Rp 14.795

Rp 14.950,56

3 Bulan

Rp 14.880

Rp 15.041,54

6 Bulan

Rp 15.085

Rp 15.235,4

9 Bulan

Rp 15.260

Rp 15.414,25

1 Tahun

Rp 15.431

Rp 15.595,65

2 Tahun

Rp 16.330,3

Rp 16.365


Oleh karena itu, investor sebaiknya bersiap. Kencangkan sabuk pengaman, karena perjalanan tidak akan mulus.

Apakah horor Friday the 13th akan terjadi di pasar keuangan Indonesia?


Sentimen ketiga, kali ini dari dalam negeri, adalah pengumuman stimulus fiskal tahap kedua oleh pemerintah Indonesia untuk menghadapi dampak ekonomi dari penyebaran virus corona. Pada fase pertama, stimulus yang diberikan adalah subsidi avtur agar harga tiket pesawat terbang turun, tambahan unit rumah bersubsidi, re-aktivitas subsidi perumahan, kenaikan manfaat penerima bantuan sosial, sampai menihilkan pajak hotel dan restoran.

Stiulus fiskal fase kedua akan berfokus menjaga daya beli masyarakat. Misalnya melalui insentif pajak berupaya PPh Pasal 21 dengan skema Ditanggung Pemerintah (DTP). Kebijakan serupa pernah ditempuh pemerintah saat krisis ekonomi global 2008-2009.


Berkaca dari pengalaman 2009, realisasi insentif PPh 21 kurang menggembirakan. Pemerintah menyediakan anggaran Rp 6,5 triliun untuk menalangi PPh 21 dengan skema Ditanggung Pemerintah (DTP). Jadi untuk mendapatkan insentif tersebut, perusahaan harus mengajukan permohonan ke pemerintah terlebih dulu.

Sampai akhir 2009, realisasi stimulus PPh 21 DTP hanya sekitar Rp 300 miliar. Artinya penyerapannya tidak sampai 5%.

"Insentif PPh pasal 21 diberikan untuk menjaga daya beli dan mencegah PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Namun karena PHK tidak sebesar yang diperkirakan, maka kalau pun insentif PPh pasal 21 tidak terserap bukan persoalan yang serius," kata Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan kala itu yang kebetulan juga Menteri Keuangan saat ini.

Apakah stimulus fiskal kali ini sukses menjadi sentimen positif dan meredam kecemasan pasar? Menarik untuk dinanti...

 

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
1. Jumpa pers pengumuman stimulus fiskal Indonesia (10:00 WIB).
2. Rilis data inflasi Jerman periode Februari (14:00 WIB).
3. Rilis data inflasi Prancis periode Februari (14: 45 WIB).
4. Rapat Komite Pengambil Keputusan Bank Sentral Inggris (16:30 WIB).
5. Jumpa pers perkembangan virus corona di Indonesia (11:00 WIB dan 17:00 WIB).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:


Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (2019 YoY)

5,02%

Inflasi (Februari 2020 YoY)

2,68%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Februari 2020)

4,75%

Defisit anggaran (APBN 2020)

-1,76% PDB

Transaksi berjalan (2019)

-2,72% PDB

Cadangan devisa (Februari 2020)

US$ 130,44 miliar

 
Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Kalau IHSG dan Rupiah Melemah, Itu Gara-gara Jerome Powell

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular