Internasional
Corona dan Ketakutan Berlebihan Pada China
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
07 February 2020 13:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Virus corona asal Wuhan, China, terus menyebar ke berbagai penjuru dunia. Sejak ditemukan pada Desember, jangkauannya telah terdeteksi di 26 negara, mulai dari negara-negara Asia, Eropa, hingga Amerika.
Namun, seiring meluasnya penyebaran wabah, ternyata virus ini juga menyebarkan xenophobia dan rasisme. Xenophobia merupakan rasa takut berlebihan terhadap orang asing, di mana dalam kasus coronavirus ini orang-orang China umumnya menjadi korban.
Sebab, coronavyang mematikan berasal dari kota Wuhan yang ada di China. Fakta ini membuat banyak orang menganggap bahwa orang-orang China atau Asia akan 'menyebarkan' virus tersebut.
Ketakutan yang pada akhirnya menimbulkan sikap rasisme ini terjadi di banyak negara dunia. Mulai dari Inggris, Kanada, hingga Australia.
Di Australia, seorang pasien di Gold Coast dikabarkan menolak untuk menjabat tangan ahli bedahnya yang bernama Rhea Liang. Kejadian ini membuat Liang terkejut, sebagaimana dilaporkan AFP, Jumat (7/2/2020).
Di kota Venesia, Italia, turis-turis China dilaporkan sampai diludahi karena dianggap membawa virus corona. Sedangkan di Milan, para ibu ramai memosting seruan di media sosial agar pihak sekolah memisahkan ruangan kelas anak-anaknya dengan anak-anak orang China.
Rasisme semacam ini juga terjadi di Kanada. Di negara yang dipimpin Perdana Menteri Justin Trudeau itu, seorang pria kulit putih terekam video mem-bully seorang wanita Tionghoa-Kanada di tempat parkir sebuah mall.
"Anda menjatuhkan virus corona Anda," kata pria itu dalam rekaman itu.
Tindakan miris ini bahkan bukan hanya terjadi di negara-negara Barat. Di Asia, tepatnya di Malaysia, dalam seminggu ada hampir 500.000 warga negeri jiran telah menandatangani petisi yang menyerukan larangan bagi warga China untuk memasuki Malaysia.
Memang, virus corona mematikan dan patut diwaspadai. Apalagi, jumlah korban terjangkit telah mencapai lebih dari 31 ribu orang di seluruh dunia.
Korban tewas akibat virus yang mirip SARS ini telah mencapai 638, menurut data dari Johns Hopkins CSSE. Angka-angka ini melampaui korban wabah SARS yang terjadi pada 2002-2003 lalu.
Sementara sejumlah pihak menyayangkan hal ini. Sebagaimana diungkapkan Rob Grenfell, direktur kesehatan dan biosekuriti untuk sains dan lembaga penelitian Australia CSIRO.
"Ini adalah fenomena umum." Katanya. "Benar itu (virus corona) muncul di China, tapi itu bukan alasan untuk benar-benar menjelek-jelekkan orang China."
(sef/sef) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Namun, seiring meluasnya penyebaran wabah, ternyata virus ini juga menyebarkan xenophobia dan rasisme. Xenophobia merupakan rasa takut berlebihan terhadap orang asing, di mana dalam kasus coronavirus ini orang-orang China umumnya menjadi korban.
Sebab, coronavyang mematikan berasal dari kota Wuhan yang ada di China. Fakta ini membuat banyak orang menganggap bahwa orang-orang China atau Asia akan 'menyebarkan' virus tersebut.
Di Australia, seorang pasien di Gold Coast dikabarkan menolak untuk menjabat tangan ahli bedahnya yang bernama Rhea Liang. Kejadian ini membuat Liang terkejut, sebagaimana dilaporkan AFP, Jumat (7/2/2020).
Di kota Venesia, Italia, turis-turis China dilaporkan sampai diludahi karena dianggap membawa virus corona. Sedangkan di Milan, para ibu ramai memosting seruan di media sosial agar pihak sekolah memisahkan ruangan kelas anak-anaknya dengan anak-anak orang China.
Rasisme semacam ini juga terjadi di Kanada. Di negara yang dipimpin Perdana Menteri Justin Trudeau itu, seorang pria kulit putih terekam video mem-bully seorang wanita Tionghoa-Kanada di tempat parkir sebuah mall.
"Anda menjatuhkan virus corona Anda," kata pria itu dalam rekaman itu.
Tindakan miris ini bahkan bukan hanya terjadi di negara-negara Barat. Di Asia, tepatnya di Malaysia, dalam seminggu ada hampir 500.000 warga negeri jiran telah menandatangani petisi yang menyerukan larangan bagi warga China untuk memasuki Malaysia.
Memang, virus corona mematikan dan patut diwaspadai. Apalagi, jumlah korban terjangkit telah mencapai lebih dari 31 ribu orang di seluruh dunia.
Korban tewas akibat virus yang mirip SARS ini telah mencapai 638, menurut data dari Johns Hopkins CSSE. Angka-angka ini melampaui korban wabah SARS yang terjadi pada 2002-2003 lalu.
Sementara sejumlah pihak menyayangkan hal ini. Sebagaimana diungkapkan Rob Grenfell, direktur kesehatan dan biosekuriti untuk sains dan lembaga penelitian Australia CSIRO.
"Ini adalah fenomena umum." Katanya. "Benar itu (virus corona) muncul di China, tapi itu bukan alasan untuk benar-benar menjelek-jelekkan orang China."
(sef/sef) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular