
Newsletter
Wall Street Anjlok 9%, Siap-siap Horor Friday the 13th di RI?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 March 2020 06:00

Sayangnya sampai saat ini belum ada kabar baik. Di Wall Street, aksi jual massal masih terjadi yang membuat tiga indeks utama lagi-lagi terkoreksi dalam.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup anjlok 9,99%, S&P 500 ambles 9,51%, dan Nasdaq Composite ambrol 9,43%. Ini adalah koreksi harian terdalam sejak 1987. Wall Street sudah resmi masuk masa bear market, koreksi sudah mencapai 20% dari rekor tertingginya.
"Ketika kita sudah sampai ke kepanikan maksimal, butuh waktu untuk membuat pasar tenang. Ini yang sedang kita hadapi. Kami memperkirakan ada perlambatan ekonomi karena ketidakpastian yang sangat tinggi," kata Scott Brown, Kepala Ekonom Raymond James yang berbasis di Florida, seperti dikutip dari Reuters.
Situasi semakin keruh kala Presiden AS Donald Trump memutuskan larangan masuk bagi warga dari 26 negara Eropa ke Negeri Paman Sam. Bahkan Trump meminta Olimpiade Tokyo 2020 ditunda setahun.
"Kami berupaya maksimal untuk melindungi rakyat AS. Uni Eropa gagal dalam menempuh langkah pencegahan dengan melarang pendatang dari China dan negara-negara berisiko lainnya. Akibatnya, banyak kluster (virus corona) baru di AS yang disebabkan oleh pendatang dari Eropa.
"Kalau bisa, mungkin (Olimpiade) ditunda satu tahun. Saya lebih suka begitu daripada melihat stadion kosong," ujar Trump dalam pidato di Oval Office, seperti diwartakan Reuters.
Larangan perjalanan kepada warga Eropa membuat saham-saham penerbangan dan pelayaran di bursa New York berguguran. Paling parang dialami oleh Boeing, yang terkoreksi sampai 18,11%.
Pelaku pasar juga kecewa karena Trump minim menyinggung soal stimulus fiskal dalam pidatonya. Sebelumnya, Trump menjanjikan stimulus fiskal senilai US$ 8,3 miliar, salah satunya berupa pemangkasan tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang disebut-sebut menjadi 0% alias tidak dipungut.
Tingginya risiko di pasar membuat indeks VIX, yang menggambarkan volatilitas, melonjak tajam. Indeks VIX, yang juga sering disebut Fear Index, naik sampai 35,34% dan menyentuh titik tertinggi sejak krisis ekonomi 2008.
Namun, Trump meyakini Wall Street akan bangkit. Saat itu terjadi, dia menegaskan akan ada kenaikan yang luar biasa.
"Kami sudah melakukan banyak hal terkait pasar keuangan, dan sejauh ini berjalan baik. Pasar saham, misalnya, masih di posisi lebih tinggi dibandingkan hari pertama saya menjabat. Sekarang memang terpukul, tetapi akan bangkit dan sangat tinggi pada waktunya," tegas Trump, seperti dikutip dari Reuters.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup anjlok 9,99%, S&P 500 ambles 9,51%, dan Nasdaq Composite ambrol 9,43%. Ini adalah koreksi harian terdalam sejak 1987. Wall Street sudah resmi masuk masa bear market, koreksi sudah mencapai 20% dari rekor tertingginya.
"Ketika kita sudah sampai ke kepanikan maksimal, butuh waktu untuk membuat pasar tenang. Ini yang sedang kita hadapi. Kami memperkirakan ada perlambatan ekonomi karena ketidakpastian yang sangat tinggi," kata Scott Brown, Kepala Ekonom Raymond James yang berbasis di Florida, seperti dikutip dari Reuters.
Situasi semakin keruh kala Presiden AS Donald Trump memutuskan larangan masuk bagi warga dari 26 negara Eropa ke Negeri Paman Sam. Bahkan Trump meminta Olimpiade Tokyo 2020 ditunda setahun.
"Kami berupaya maksimal untuk melindungi rakyat AS. Uni Eropa gagal dalam menempuh langkah pencegahan dengan melarang pendatang dari China dan negara-negara berisiko lainnya. Akibatnya, banyak kluster (virus corona) baru di AS yang disebabkan oleh pendatang dari Eropa.
"Kalau bisa, mungkin (Olimpiade) ditunda satu tahun. Saya lebih suka begitu daripada melihat stadion kosong," ujar Trump dalam pidato di Oval Office, seperti diwartakan Reuters.
Larangan perjalanan kepada warga Eropa membuat saham-saham penerbangan dan pelayaran di bursa New York berguguran. Paling parang dialami oleh Boeing, yang terkoreksi sampai 18,11%.
Pelaku pasar juga kecewa karena Trump minim menyinggung soal stimulus fiskal dalam pidatonya. Sebelumnya, Trump menjanjikan stimulus fiskal senilai US$ 8,3 miliar, salah satunya berupa pemangkasan tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang disebut-sebut menjadi 0% alias tidak dipungut.
Tingginya risiko di pasar membuat indeks VIX, yang menggambarkan volatilitas, melonjak tajam. Indeks VIX, yang juga sering disebut Fear Index, naik sampai 35,34% dan menyentuh titik tertinggi sejak krisis ekonomi 2008.
Namun, Trump meyakini Wall Street akan bangkit. Saat itu terjadi, dia menegaskan akan ada kenaikan yang luar biasa.
"Kami sudah melakukan banyak hal terkait pasar keuangan, dan sejauh ini berjalan baik. Pasar saham, misalnya, masih di posisi lebih tinggi dibandingkan hari pertama saya menjabat. Sekarang memang terpukul, tetapi akan bangkit dan sangat tinggi pada waktunya," tegas Trump, seperti dikutip dari Reuters.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular