
Newsletter
Air Sedang Tenang, tapi Bukan Berarti Ombak Tak Akan Datang
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 March 2020 06:03

Sentimen ketiga adalah investor masih harus terus memantau perkembangan penyebaran virus corona. Data satelit pemetaan ArcGis per pukul 02:13 WIB menunjukkan, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 118.096 dengan korban jiwa sebanyak 4.262 orang.
Penyebaran virus corona di luar China semakin mengkhawatirkan. Italia menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China yaitu 10.149. Korban meninggal akibat virus corona di Negeri Spageti adalah 631 orang.
Mulai kemarin, Italia menerapkan isolasi penuh di seluruh daerah. Sebelumnya, 'penguncian' (lockdown) hanya berlaku di wilayah Lombardy dan 14 provinsi lainnya.
"Keputusan terbaik saat ini adalah diam di rumah. Masa depan Italia ada di tangan kita. Tangan ini lebih bertanggung jawab dibandingkan saat-saat sebelumnya," kata Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte, seperti dikutip dari Reuters.
Sampai 3 April, penduduk Italia yang berjumlah sekira 60 juta hanya boleh bepergian untuk bekerja dan alasan medis yang mendesak. Seluruh sekolah dan kampus diliburkan. Ekonomi Italia pun lumpuh.
Pariwisata, yang menyumbang sekitar 14% terhadap PDB, lesu. Berbagai lokasi wisata favorit seperti air mancur Trevi dan Pantheon hampir kosong melompong.
Lorenzo Codogno, Kepala LC Macro Advisors yang berbasis di London, memperkirakan ekonomi Italia saat ini sudah 10-15% di bawah level normal. Dia meramal ekonomi Italia akan terkontraksi (tumbuh negatif) -1,2 pada kuartal I-2020 dan semakin dalam menjadi -3% pada kuartal berikutnya.
"Tidak ada yang tahun sampai kapan kebijakan lockdown akan berlangsung. Namun dengan asumsi akan diterapkan sampai akhir April, saya memperkirakan rebound akan terjadi pada Juni," kata Codogno, seperti dikutip dari Reuters.
Masalahnya, lockdown tidak hanya terjadi di Italia. China masih menerapkannya di sejumlah daerah, demikian juga di daerah Qaif (Arab Saudi), Ulaanbaatar (Mongolia), dan sebagainya.
Artinya, kelumpuhan ekonomi sudah menyebar ke berbagai negara. Kalau diakumulasikan, hasilnya adalah perlambatan ekonomi global, bahkan resesi adalah sesuatu yang tidak boleh dianggap enteng.
Oleh karena itu, sebenarnya risiko di perekonomian masih sangat tinggi. Jangan-jangan kedamaian yang ada saat ini semu belaka, dan dalam waktu dekat pasar akan kembali dilanda badai.
Percaya diri dan optimistis boleh saja, malah harus. Namun kewaspadaan tidak boleh mengendur karena 'hantu' bernama virus corona siap bergentayangan kapan saja.
(aji/sef)
Penyebaran virus corona di luar China semakin mengkhawatirkan. Italia menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China yaitu 10.149. Korban meninggal akibat virus corona di Negeri Spageti adalah 631 orang.
Mulai kemarin, Italia menerapkan isolasi penuh di seluruh daerah. Sebelumnya, 'penguncian' (lockdown) hanya berlaku di wilayah Lombardy dan 14 provinsi lainnya.
"Keputusan terbaik saat ini adalah diam di rumah. Masa depan Italia ada di tangan kita. Tangan ini lebih bertanggung jawab dibandingkan saat-saat sebelumnya," kata Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte, seperti dikutip dari Reuters.
Sampai 3 April, penduduk Italia yang berjumlah sekira 60 juta hanya boleh bepergian untuk bekerja dan alasan medis yang mendesak. Seluruh sekolah dan kampus diliburkan. Ekonomi Italia pun lumpuh.
Pariwisata, yang menyumbang sekitar 14% terhadap PDB, lesu. Berbagai lokasi wisata favorit seperti air mancur Trevi dan Pantheon hampir kosong melompong.
Lorenzo Codogno, Kepala LC Macro Advisors yang berbasis di London, memperkirakan ekonomi Italia saat ini sudah 10-15% di bawah level normal. Dia meramal ekonomi Italia akan terkontraksi (tumbuh negatif) -1,2 pada kuartal I-2020 dan semakin dalam menjadi -3% pada kuartal berikutnya.
"Tidak ada yang tahun sampai kapan kebijakan lockdown akan berlangsung. Namun dengan asumsi akan diterapkan sampai akhir April, saya memperkirakan rebound akan terjadi pada Juni," kata Codogno, seperti dikutip dari Reuters.
Masalahnya, lockdown tidak hanya terjadi di Italia. China masih menerapkannya di sejumlah daerah, demikian juga di daerah Qaif (Arab Saudi), Ulaanbaatar (Mongolia), dan sebagainya.
Artinya, kelumpuhan ekonomi sudah menyebar ke berbagai negara. Kalau diakumulasikan, hasilnya adalah perlambatan ekonomi global, bahkan resesi adalah sesuatu yang tidak boleh dianggap enteng.
Oleh karena itu, sebenarnya risiko di perekonomian masih sangat tinggi. Jangan-jangan kedamaian yang ada saat ini semu belaka, dan dalam waktu dekat pasar akan kembali dilanda badai.
Percaya diri dan optimistis boleh saja, malah harus. Namun kewaspadaan tidak boleh mengendur karena 'hantu' bernama virus corona siap bergentayangan kapan saja.
(aji/sef)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular