Newsletter

Air Sedang Tenang, tapi Bukan Berarti Ombak Tak Akan Datang

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 March 2020 06:03
Rencana Stimulus Fiskal dan Moneter Gairahkan Wall Street
Ilustrasi Bursa Saham New York (AP Photo/Richard Drew)
Beralih ke Wall Street, tiga indeks utama menguat tajam setelah kemarin hancur sehancur-hancurnya. Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melonjak 4,89%, S&P 500 melesat 4,93%, dan Nasdaq Composite menanjak 4,95%.

Kemarin, Wall Street terkoreksi parah di mana DJIA ambles 7,79%, S&P 500 anjlok 7,59%, dan Nasdaq Composite jatuh 7,29%. Ini adalah koreksi harian terdalam sejak Desember 2008.

Trump sepertinya berhasil mengembalikan gairah pelaku pasar. Sang presiden Negeri Adidaya ke-45 mengumumkan pemerintah sudah menyiapkan paket stimulus fiskal.

"Kami akan mendiskusikan mengenai penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh). Akan ada penurunan yang substansial, sangat substansial. Angkanya besar," kata Trump, seperti diwartakan Reuters.


Namun rencana ini harus mendapatkan restu dari Kongres AS, yang terdiri dari House of Representatives dan Senat. House dikuasai oleh kubu oposisi Partai Demokrat, sedangkan Senat didominasi oleh pendukung pemerintah Partai Republik.

Sepertinya pemotongan tarif PPh akan melalui proses pembahasan yang alot. Pasalnya, Partai Demokrat punya usulan program prioritas yang berbeda yaitu pemberian cuti yang ditanggung bagi pekerja yang terjangkit virus corona (paid sick leave), peningkatan program perlindungan sosial, perluasan cakupan program jaminan nutrisi, serta penggantian biaya (reimbursement) bagi yang menerima perawatan dan pengobatan virus corona.

"Bagaimana pun, hari ini kebijakan fiskal menembak tepat ke sasaran. Investor memang melihat pasar sudah terkoreksi terlalu dalam, tetapi banyak yang berharap akan stimulus fiskal dari Washington," kata David Carter, Chief Investment Officer di Lenox Wealth Advisors yang berbasis di New York, seperti dikabarkan Reuters.

Selain fiskal, investor juga berharap ada stimulus moneter dari bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) berupa pemangkasan suku bunga acuan. Pekan lalu, sebenarnya Ketua Jerome 'Jay' Powell dan sejawat sudah menurunkan Federa Funds Rate sebesar 50 basis poin (bps) ke 1,-1,25% melalui rapat tambahan di luar jadwal.


Rapat yang terjadwal pada 17-18 Maret tetap ada, dan investor memperkirakan suku bunga acuan kembali diturunkan. Mengutip CME FedWatch, probabilitas suku bunga acuan kembali dipangkas ke 0,25-0,5% mencapai 60,5%. Sementara peluang pemotongan ke 0,5-0,75% adalah 39,5%. Tidak ada yang memperkirakan suku bunga bertahan di 1-1,25%.

CME FedWatch

Penurunan suku bunga acuan, jika terjadi lagi, akan membuat suku bunga kredit perbankan ikut terpangkas. Dengan begitu, rumah tangga dan dunia usaha punya ruang untuk berekspansi sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi.

Rata-rata suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) alias mortgage tenor 30 tahun di Negeri Paman Sam per 28 Februari adalah 3,57%, terendah sejak Desember 2012. Kalau suku bunga acuan turun lagi, maka bunga KPR bisa semakin rendah sehingga mendorong sektor properti.



Perlu diingat sektor properti punya keterkaitan dengan berbagai industri lainnya. Kala properti bergairah, penjualan semen, baja, keramik, sampai penyaluran kredit perbankan ikut bergeliat. Hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi akan tetap kencang.

(aji/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular