
Newsletter
Corona Oh Corona, Mengapa Dikau Makin Seram Saja...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 March 2020 06:14

Beralih ke Wall Street, bursa saham New York juga berhasil menguat seperti IHSG dan bursa saham utama Asia lainnya. Sepanjang pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 1,7%, S&P 500 bertambah 0,55%, dan Nasdaq Composite naik 0,06%. Ini adalah kenaikan mingguan pertama dalam tiga pekan terakhir, bahkan DJIA membukukan penguatan mingguan terbaik dalam sebulan ke belakang.
Seperti halnya IHSG, Wall Street juga sudah terkoreksi tajam sehingga punya peluang mencatat technical rebound. Secara year-to-date, DJIA sudah minus 8,37% S&P 500 anjlok 8%, dan Nasdaq turun 2,32%.
Penurunan suku bunga acuan oleh Jerome 'Jay' Powell dan kolega juga membantu penguatan Wall Street. Saat suku bunga acuan turun, diharapkan bakal tertransmisikan ke penurunan suku bunga kredit.
Dengan demikian, korporasi bisa lebih leluasa untuk berekspansi karena biayanya murah. Produktivitas bisa ditingkatkan, laba pun terdongkrak. Hasilnya, saham emiten mendapat apresiasi investor sehingga harganya naik.
Selain itu, situasi politik di Negeri Adidaya juga kondusif. Investor memberi apresiasi atas penampilan Joe Biden yang mengesankan di proses konvensi calon presiden AS dari Partai Demokrat. Biden, eks wakil presiden pada masa pemerintahan Barack Obama, diyakini tidak akan menempuh kebijakan kenaikan tarif pajak seperti pesaingnya Bernie Sanders.
"Sepertinya Demokrat menemukan kandidat yang moderat. Ini berdampak positif bagi pasar," kata Art Hogan, Cheif Market Strategist di National Securities, seperti diberitakan Reuters.
Biden kemungkinan besar akan bersaing dengan Donald Trump, presiden petahana dari Partai Republik. Keduanya dinilai market-friendly karena cenderung royal memberikan insentif pajak.
"Jika nantinya kita melihat kontestasi Trump vs Biden dalam Pemilu 2020, maka pasar tidak ada masalah dan bisa berkonsentrasi memantau isu-isu lain," tambah Hogan.
Seperti halnya IHSG, Wall Street juga sudah terkoreksi tajam sehingga punya peluang mencatat technical rebound. Secara year-to-date, DJIA sudah minus 8,37% S&P 500 anjlok 8%, dan Nasdaq turun 2,32%.
Penurunan suku bunga acuan oleh Jerome 'Jay' Powell dan kolega juga membantu penguatan Wall Street. Saat suku bunga acuan turun, diharapkan bakal tertransmisikan ke penurunan suku bunga kredit.
Dengan demikian, korporasi bisa lebih leluasa untuk berekspansi karena biayanya murah. Produktivitas bisa ditingkatkan, laba pun terdongkrak. Hasilnya, saham emiten mendapat apresiasi investor sehingga harganya naik.
Selain itu, situasi politik di Negeri Adidaya juga kondusif. Investor memberi apresiasi atas penampilan Joe Biden yang mengesankan di proses konvensi calon presiden AS dari Partai Demokrat. Biden, eks wakil presiden pada masa pemerintahan Barack Obama, diyakini tidak akan menempuh kebijakan kenaikan tarif pajak seperti pesaingnya Bernie Sanders.
"Sepertinya Demokrat menemukan kandidat yang moderat. Ini berdampak positif bagi pasar," kata Art Hogan, Cheif Market Strategist di National Securities, seperti diberitakan Reuters.
Biden kemungkinan besar akan bersaing dengan Donald Trump, presiden petahana dari Partai Republik. Keduanya dinilai market-friendly karena cenderung royal memberikan insentif pajak.
"Jika nantinya kita melihat kontestasi Trump vs Biden dalam Pemilu 2020, maka pasar tidak ada masalah dan bisa berkonsentrasi memantau isu-isu lain," tambah Hogan.
(aji/sef)
Pages
Most Popular