Newsletter

Corona Oh Corona, Mengapa Dikau Makin Seram Saja...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 March 2020 06:14
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)
Pesawat Evakuasi China (AP Photo/Arek Rataj)
Untuk perdagangan hari ini, pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama, dan yang paling utama, adalah penyebaran virus corona yang semakin mengkhawatirkan.

Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada pukul 00:03 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 107.832. Sementara korban jiwa tercatat 3.658.

Pelaku pasar (dan seluruh dunia) patut khawatir karena sudah semakin banyak negara yang 'kebobolan' oleh virus corona. Beberapa negara yang sudah melaporkan kasus corona perdana antara lain Serbia, Tunisia, Paraguay, Yordania, Bhutan, Kolombia, Moldova, Gibraltar, Togo, sampai Ukraina.



Korban jiwa di luar China pun kian bertambah, misalnya di Italia sudah mencapai 233 orang, Iran 194 orang, dan Korea Selatan 50 orang.

Pemerintah Italia sudah mengambil langkah tegas dengan menutup daerah Lombardy, dan 14 provinsi lainnya yaitu Modena, Parma, Piacenza, Reggio Emilia, Rimini, Pesaro, Urrbino, Alessandria, Asti, Novara, Vebano-Cusio-Ossola, Vercelli, Padua, Treviso, dan Venesia. Total jumlah penduduk di daerah-daerah yang ditutup itu sekira 16 juta orang.

"Kita menghadapi situasi darurat nasional. Pemerintah dari awal sudah memilih untuk jujur dan transparan. Sekarang kita bergerak dengan penuh keberanian, ketegasan, dan determinasi. Kita harus membatasi ruang penyebaran virus dan mencegah rumah sakit kesulitan dalam menangani pasien," tegas Giuseppe Conte, Perdana Menteri Italia, seperti dikutip dari Reuters.

Lombardy adalah daerah yang berada di Provinsi Milan dan merupakan pusat keuangan di Italia. Ada 16 juta orang, sekitar 26% dari populasi Italia, mengalami kesulitan mobilitas karena penutupan akses.

Sektor pariwisata Italia juga pasti kena dampak signifikan, karena penutupan museum, stadion olahraga, dan tempat-tempat wisata lainnya. Padahal sektor pariwisata menyumbang sekitar 14% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Italia.


Oleh karena itu, perekonomian Negeri Spageti dipastikan bakal terpukul. Tahun lalu, Italia hanya membukukan pertumbuhan ekonomi 0,25%, terendah sejak 2014.




"Skenario terbaik untuk Italia adalah pertumbuhan ekonomi 0% pada 2020. Kuartal I pasti ada kontraksi, dan kemudian ada pemulihan meski berlangsung lambat," kata Laurence Boone, Kepala Ekonom Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), seperti diwartakan oleh Reuters.

Bahkan ada perkiraan Italia bisa terjerumus ke jurang resesi. Definisi resesi adalah kontraksi (pertumbuhan negatif) selama dua kuartal beruntun dalam tahun yang sama. Situasi yang memang sangat mungkin terjadi di Italia.

"Setelah PDB Italia terkontraksi pada kuartal IV-2019, virus corona akan membuat risiko kontraksi menjadi lebih besar lagi, Ada kemungkinan Italia akan mengalami resesi," kata Nicola Nobile, Ekonom Oxford Economics, seperti diberitakan Reuters.

Masalahnya, penutupan kota dan kelesuan aktivitas ekonomi tidak cuma terjadi di Italia. China dan Korea Selatan sudah melakukan hal serupa, dan bisa saja disusul oleh negara-negara lain.

Artinya risiko perlambatan ekonomi, bahkan resesi, bukan monopoli Italia. Ketika semakin banyak negara yang mengalaminya, maka perekonomian global akan terancam. Amit-amit, tetapi harus diakui bahwa risiko resesi ekonomi global gara-gara virus corona adalah sesuatu yang nyata dan tidak bisa dipandang sebelah mata.



Ketika risiko resesi meninggi, pelaku pasar tentu berpikir jutaan kali untuk masuk ke aset-aset berisiko di negara berkembang. Apabila sikap risk-off (menghindari risiko) seperti ini masih bertahan, maka sulit untuk berharap IHSG, rupiah, dan harga obligasi pemerintah bisa menguat.

Apalagi kasus corona di Indonesia juga bertambah. Awal pekan lalu, ada dua kasus corona yang terkonfirmasi di Tanah Air. Kini jumlahnya naik menjadi enam. Susah berharap investor tidak kebat-kebit...


 

(aji/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular