
Newsletter
Jangan Remehkan Virus Corona, Wall Street Saja Lesu Dibuatnya
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 January 2020 06:02

Setelah libur memperingati Hari Martin Luther King Jr, pasar saham AS kembali dibuka. Sayang, Wall Street mengawali pekan dengan kurang enak.
Tiga indeks utama di bursa saham New York ditutup melemah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,57%, S&P 500 terkoreksi 0,28%, dan Nasdaq Composite berkurang 0,2%.
Seperti di Asia, investor di New York juga mencemaskan proyeksi pertumbuhan ekonomi dari IMF yang agak gloomy. Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF, menyebutkan bahwa meski pertumbuhan ekonomi global sudah menyentuh titik nadir pada 2018, tetapi sepertinya belum terjadi lompatan yang signifikan.
"Kita belum sepenuhnya pulih, kenyataannya pertumbuhan ekonomi global masih lambat. Pada pekan pertama 2020, kita sudah melihat ada peningkatan risiko geopolitik di Timur Tengah serta dampak perubahan iklim yang dramatis di Australia dan sebagian Afrika," kata Georgieva dalam konferensi pers di sela-sela pertemuan World Economic Forum di Davos (Swiss), dikutip dari Reuters.
Risiko penyebaran virus Corona juga sedikit banyak mempengaruhi pergerakan Wall Street. Kenangan buruk pada 2002-2003 terngiang kembali, kala itu virus SARS merenggut nyawa hampir 800 orang di seluruh dunia.
Saham emiten perhotelan dan kasino yang memiliki operasional di China bertumbangan. Harga saham Las Vegas Sands Corp amblas 5,29% sementara saham Wynn Resorts anjlok 6,38%.
Begitu pula saham-saham sektor pariwisata seperti Booking Holdings (-3,28%) dan TripAdvisor Inc (-1,55%). Belum lagi saham-saham sektor transportasi misalnya Boeing (-3,53%).
"Masyarakat cemas karena ini bisa menjadi wabah yang kemudian berdampak terhadap aktivitas ekonomi. Kalau sudah mewabah, siapa yang mau bepergian?" tegas Peter Cardillo, Chief Market Economist di Spartan Capital Securities yang berbasis di New York, seperti diberitakan Reuters.
Situasi kian genting kala US Centers for Disease Control and Prevention menemukan sudah ada satu kasus pengidap virus Corona di AS. Kasus ini terjadi di Seattle, pengidapnya adalah seorang turis China asal Wuhan.
"Kejadian-kejadian seperti ini bisa menjadi risiko yang sistematis yang kemudian mempengaruhi fundamental perusahaan. Di pasar saham, dinamika seperti ini tidak mengejutkan. Apalagi memang ada alasan bagi investor untuk melakukan profit taking (ambil untung)," kata Mike Loewengart, Vice President Investment Strategy di E*TRADE Financial Corp, sebagaimana diwartakan Reuters.
Sepanjang pekan lalu, Wall Street menguat tajam di mana DJIA melompat 1,82%, S&P 500 melesat 1,96%, dan Nasdaq Composite meroket 2,29%. Ini adalah kenaikan mingguan tertinggi sejak pekan keempat Agustus 2018. Jadi memang ada alasan kuat bagi investor untuk mencairkan cuan.
Tiga indeks utama di bursa saham New York ditutup melemah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,57%, S&P 500 terkoreksi 0,28%, dan Nasdaq Composite berkurang 0,2%.
Seperti di Asia, investor di New York juga mencemaskan proyeksi pertumbuhan ekonomi dari IMF yang agak gloomy. Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF, menyebutkan bahwa meski pertumbuhan ekonomi global sudah menyentuh titik nadir pada 2018, tetapi sepertinya belum terjadi lompatan yang signifikan.
"Kita belum sepenuhnya pulih, kenyataannya pertumbuhan ekonomi global masih lambat. Pada pekan pertama 2020, kita sudah melihat ada peningkatan risiko geopolitik di Timur Tengah serta dampak perubahan iklim yang dramatis di Australia dan sebagian Afrika," kata Georgieva dalam konferensi pers di sela-sela pertemuan World Economic Forum di Davos (Swiss), dikutip dari Reuters.
Risiko penyebaran virus Corona juga sedikit banyak mempengaruhi pergerakan Wall Street. Kenangan buruk pada 2002-2003 terngiang kembali, kala itu virus SARS merenggut nyawa hampir 800 orang di seluruh dunia.
Saham emiten perhotelan dan kasino yang memiliki operasional di China bertumbangan. Harga saham Las Vegas Sands Corp amblas 5,29% sementara saham Wynn Resorts anjlok 6,38%.
Begitu pula saham-saham sektor pariwisata seperti Booking Holdings (-3,28%) dan TripAdvisor Inc (-1,55%). Belum lagi saham-saham sektor transportasi misalnya Boeing (-3,53%).
"Masyarakat cemas karena ini bisa menjadi wabah yang kemudian berdampak terhadap aktivitas ekonomi. Kalau sudah mewabah, siapa yang mau bepergian?" tegas Peter Cardillo, Chief Market Economist di Spartan Capital Securities yang berbasis di New York, seperti diberitakan Reuters.
Situasi kian genting kala US Centers for Disease Control and Prevention menemukan sudah ada satu kasus pengidap virus Corona di AS. Kasus ini terjadi di Seattle, pengidapnya adalah seorang turis China asal Wuhan.
"Kejadian-kejadian seperti ini bisa menjadi risiko yang sistematis yang kemudian mempengaruhi fundamental perusahaan. Di pasar saham, dinamika seperti ini tidak mengejutkan. Apalagi memang ada alasan bagi investor untuk melakukan profit taking (ambil untung)," kata Mike Loewengart, Vice President Investment Strategy di E*TRADE Financial Corp, sebagaimana diwartakan Reuters.
Sepanjang pekan lalu, Wall Street menguat tajam di mana DJIA melompat 1,82%, S&P 500 melesat 1,96%, dan Nasdaq Composite meroket 2,29%. Ini adalah kenaikan mingguan tertinggi sejak pekan keempat Agustus 2018. Jadi memang ada alasan kuat bagi investor untuk mencairkan cuan.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular