Newsletter

Hawa Positif dari Berbagai Benua, IHSG-Rupiah Bisa Berjaya?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 January 2020 06:51
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari ini
Foto: Reuters
Mayoritas bursa saham Asia sebenarnya membukukan penguatan pada Kamis kemarin. Menyeberang ke Eropa, semua bursa utama juga menghijau. Wall Street kembali melanjutkan Santa Claus Rally. Itu membuktikan sentiment pelaku pasar sedang bagus-bagusnya di berbagai benua, dan IHSG seharusnya bisa mengekor bursa-bursa utama tersebut. 

Pada perdagangan pertama 2020, nilai transaksi di Bursa Efek Indonesia memang cukup rendah. Hal tersebut sepertinya menjadi salah satu penyebab gagalnya IHSG bertahan di zona hijau. Total nilai transaksi pada Kamis kemarin sebesar Rp 4,1 triliun, jauh di bawah rata-rata 2019 sebesar 9,1 triliun. 

Seperti diketahui bersama, Jakarta dan di sekitarnya dilanda banjir pada 1 Januari 2020, dan dampaknya masih terasa esok harinya, yang mengakibatkan terganggunya aktivitas ekonomi. Ada kemungkinan hal tersebut berpengaruh terhadap rendahnya nilai transaksi.

 

Dengan kondisi Jakarta yang berangsur pulih, serta sentiment pelaku pasar yang sedang bagus-bagusnya ada peluang IHSG akan menguat pada hari ini. 
Begitu juga dengan Sang Garuda, rupiah yang memiliki peluang berbalik menguat pada hari ini. Apalagi pelemahan rupiah didorong oleh aksi ambil untung setelah mencapai level terkuat dalam satu setengah tahun terakhir. 

Aksi profit taking juga dipicu oleh indeks dolar yang bangkit dari level enam bulan. Maklum saja, saat kesepakatan dagang fase I AS-China memberikan euforia di pasar, dolar justru tidak menikmatinya. 

Padahal kesepakatan dagang AS-China justru bisa berdampak bagus bagi perekonomian Paman Sam yang bisa memberikan pondasi bagi mata uangnya untuk menguat. 

Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, kesepakatan dagang kedua negara justru membuat pelaku pasar masuk ke aset-aset di luar dolar AS yang selama ini mengalami tekanan. 



Untuk diketahui, ketika perang dagang AS-China tereskalasi di tahun ini, indeks dolar terus mengalami penguatan hingga di awal Oktober 2019 menyentuh level terkuat dalam lebih dari dua tahun terakhir atau tepatnya sejak Mei 2017. 

Namun, ketika perundingan dagang kedua negara mulai menemukan titik terang, bahkan akan ditandatangani dalam dua pekan ke depan, risiko eskalasi perang dagang semakin mengecil dan pertumbuhan ekonomi global diharapkan bisa bangkit. Dolar yang menyandang status safe haven menjadi kurang menarik, mata uang yang sebelumnya dibuat melemah akhirnya bisa "balas dendam". 

Selepas Natal dan sebelum tahun baru, atau dalam empat hari perdagangan indeks yang mengukur kekuatan dolar ini merosot 1,3%. Sementara Kamis kemarin berhasil menguat 0,42%, dengan rebound indeks dolar yang cukup besar itu, rupiah hanya melemah 0,03%. Hal tersebut bisa jadi tanda rupiah masih perkasa, dengan sentimen pelaku pasar yang sedang bagus di berbagai benua, Sang Garuda siap kembali berjaya pada hari ini.  

(pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular