
Newsletter
Jangan Liburan Dulu! Jokowi ke BEI, IHSG Siap Terbang Tinggi
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 December 2019 06:07

Senin (30/12/2019) merupakan perdagangan terakhir di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2019 dan rencananya seremonial penutupan perdagangan akan dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Wall Street mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Jumat lalu, sebagai kiblat bursa saham dunia tentunya bursa saham lainnya akan mengekor, tidak terkecuali IHSG. Sehingga peluang penguatan bursa kebanggaan Tanah Air terbuka lebar di perdagangan terakhir tahun ini.
Kabar bagus tidak hanya dari Wall Street, bursa saham Eropa juga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Jumat lalu. Indeks Stoxx 600 Eropa mencatat penguatan 0,21% ke 419,74, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa, sebagaimana dilansir CNBC International. Selain itu, indeks FTSE Inggris menguat 0,17% ke 7644,90, DAX Jerman dan CAC Prancis naik 0,27% dan 0,13% ke 13.337,11 dan 6.037,39.
Rekor tertinggi yang dicetak bursa saham Eropa menunjukkan sentimen pelaku pasar sedang bagus-bagusnya dan aset-aset berisiko serta imbal hasil tinggi menjadi primadona investasi.
Kesepakatan dagang fase I masih menjadi isu utama yang membuat bursa saham global melesat. Jika ada update terbaru kabar kesepakatan tersebut akan diteken, bursa saham tentunya bisa menguat lebih tinggi lagi.
Sampai saat ini, awal Januari masih menjadi waktu yang disebutkan oleh AS, ini artinya dalam satu atau dua pekan ke depan AS-China akan meneken kesepakatan tersebut. Bahkan tidak menutup kemungkinan, kesepakatan akan diteken pada pekan ini, sebagai awal manis di tahun 2020.
Kesepakatan dagang fase I juga dikuatkan oleh Santa Claus Rally yang terus membuat Wall Street mencetak rekor tertinggi. Seperti disebutkan pada halaman sebelumnya sejak tahun 1950, indeks S&P 500 rata-rata mengalami reli 1,3% dalam lima hari terakhir di penghujung tahun dan dua hari pertama di awal tahun sehingga disebut Santa Claus Rally.
Ada beberapa penjelasan di balik fenomena Santa Claus rally, seperti optimisme menyambut tahun baru dan investasi dari bonus musim liburan misalnya. Selain itu, ada juga teori yang mengatakan bahwa beberapa investor institusi besar yang cenderung lebih pesimistis terhadap pasar saham sedang berlibur pada periode ini, sehingga pasar didominasi oleh investor ritel yang cenderung lebih optimistis.
Bagaimanapun juga, Santa Claus Rally sejauh ini masih terbukti di tahun ini, dan IHSG bisa terkerek naik lagi.
Kenaikan bursa saham, yang berarti sentimen pelaku pasar membaik juga dapat memberikan tenaga bagi rupiah untuk kembali menguat. Ketika sentiment pelaku pasar membaik, aliran modal tentunya tertuju ke negara-negara yang memberikan imbal hasil tinggi, Indonesia salah satunya.
Dengan yield obligasi tenor 10 tahun di atas 7%, masih relatif tinggi dibandingkan negara-negara emerging market lainnya, apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Sehingga berinvestasi di Indonesia akan jauh lebih menarik.
Sejak awal tahun IHSG menguat 1,51%, sementara rupiah nyaris 3%. Sementara sepanjang bulan Desember, IHSG tercatat menguat 5,28% dan rupiah menguat 0,92%. Meski sedang mendapat sentimen positif, patut diperhatikan juga kemungkinan terjadinya koreksi teknikal akibat penguatan IHSG dan rupiah belakangan ini.
(pap/pap)
Wall Street mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Jumat lalu, sebagai kiblat bursa saham dunia tentunya bursa saham lainnya akan mengekor, tidak terkecuali IHSG. Sehingga peluang penguatan bursa kebanggaan Tanah Air terbuka lebar di perdagangan terakhir tahun ini.
Kabar bagus tidak hanya dari Wall Street, bursa saham Eropa juga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Jumat lalu. Indeks Stoxx 600 Eropa mencatat penguatan 0,21% ke 419,74, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa, sebagaimana dilansir CNBC International. Selain itu, indeks FTSE Inggris menguat 0,17% ke 7644,90, DAX Jerman dan CAC Prancis naik 0,27% dan 0,13% ke 13.337,11 dan 6.037,39.
Rekor tertinggi yang dicetak bursa saham Eropa menunjukkan sentimen pelaku pasar sedang bagus-bagusnya dan aset-aset berisiko serta imbal hasil tinggi menjadi primadona investasi.
Kesepakatan dagang fase I masih menjadi isu utama yang membuat bursa saham global melesat. Jika ada update terbaru kabar kesepakatan tersebut akan diteken, bursa saham tentunya bisa menguat lebih tinggi lagi.
Sampai saat ini, awal Januari masih menjadi waktu yang disebutkan oleh AS, ini artinya dalam satu atau dua pekan ke depan AS-China akan meneken kesepakatan tersebut. Bahkan tidak menutup kemungkinan, kesepakatan akan diteken pada pekan ini, sebagai awal manis di tahun 2020.
Kesepakatan dagang fase I juga dikuatkan oleh Santa Claus Rally yang terus membuat Wall Street mencetak rekor tertinggi. Seperti disebutkan pada halaman sebelumnya sejak tahun 1950, indeks S&P 500 rata-rata mengalami reli 1,3% dalam lima hari terakhir di penghujung tahun dan dua hari pertama di awal tahun sehingga disebut Santa Claus Rally.
Ada beberapa penjelasan di balik fenomena Santa Claus rally, seperti optimisme menyambut tahun baru dan investasi dari bonus musim liburan misalnya. Selain itu, ada juga teori yang mengatakan bahwa beberapa investor institusi besar yang cenderung lebih pesimistis terhadap pasar saham sedang berlibur pada periode ini, sehingga pasar didominasi oleh investor ritel yang cenderung lebih optimistis.
Bagaimanapun juga, Santa Claus Rally sejauh ini masih terbukti di tahun ini, dan IHSG bisa terkerek naik lagi.
Kenaikan bursa saham, yang berarti sentimen pelaku pasar membaik juga dapat memberikan tenaga bagi rupiah untuk kembali menguat. Ketika sentiment pelaku pasar membaik, aliran modal tentunya tertuju ke negara-negara yang memberikan imbal hasil tinggi, Indonesia salah satunya.
Dengan yield obligasi tenor 10 tahun di atas 7%, masih relatif tinggi dibandingkan negara-negara emerging market lainnya, apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Sehingga berinvestasi di Indonesia akan jauh lebih menarik.
Sejak awal tahun IHSG menguat 1,51%, sementara rupiah nyaris 3%. Sementara sepanjang bulan Desember, IHSG tercatat menguat 5,28% dan rupiah menguat 0,92%. Meski sedang mendapat sentimen positif, patut diperhatikan juga kemungkinan terjadinya koreksi teknikal akibat penguatan IHSG dan rupiah belakangan ini.
(pap/pap)
Next Page
Simak Data dan Agenda Berikut
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular