Newsletter

Awas! Dolar AS Diprediksi Masih Bisa Lebih Kuat Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 November 2019 06:36
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Sejak pekan lalu sentimen pelaku pasar sebenarnya campur aduk akibat perkembangan perundingan kesepakatan dagang AS-China. 

Jika dikatakan sentimen pelaku pasar sedang memburuk sebenarnya tidak juga, buktinya Wall Street bisa mencetak rekor tertinggi. Jika sentimen disebut sedang membaik, juga tidak sepenuhnya benar, bursa saham Asia dan Eropa cenderung bergerak bervariasi. Sehingga ada peluang bursa saham Asia bangkit pada hari ini, dengan catatan kondisi di Hong Kong lebih kondusif. 

Kabar bagus datang dari Eropa Senin kemarin, Inggris berhasil lepas dari resesi setelah perekonomiannya tumbuh 0,3% secara kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ) pada periode Juli-September. 

Selain itu kabar bagus lainnya datang dari ketua umum Partai Brexit, Nigel Farage, yang memberikan jalan bagi Partai Konservatif untuk bisa memperbanyak kursi mayoritas di parlemen Inggris pada Pemilihan Umum (Pemilu) sela yang akan diadakan 12 Desember nanti. 

Jika kurs mayoritas Partai Konservatif bertambah, maka lolosnya proposal Brexit di parlemen akan menjadi lebih mudah. Partai Konservatif merupakan partai pemerintah saat ini di bawah pimpinan Boris Johnson yang juga merupakan perdana menteri Inggris.



Sementara itu, perkembangan kesepakatan dagang antara AS dengan China tentunya masih menjadi perhatian utama pelaku pasar. 

Setelah pernyataan Hu Xijin yang tetap menginginkan adanya pembatalan tarif menjadi yang teranyar, para pejabat AS belum ada memberikan pernyataan lebih lanjut. Patut dicermati jika ada komentar-komentar dari China yang tentunya dapat mempengaruhi sentimen pelaku pasar. 

Selain perkembangan kesepakatan dagang AS-China, pelaku pasar juga menanti pernyataan dari Presiden Trump hari ini. Melansir CNBC International, Presiden Trump dijadwalkan akan berbicara dalam acara Economic Club of New York Selasa siang waktu setempat. 

Pernyataan-pernyataan dari Trump tentunya belum akan berdampak pada pergerakan pasar Asia, mengingat pasar saham Benua Kuning sudah ditutup saat acara tersebut dimulai. Namun sepertinya akan ada aksi wait and see dari investor di sesi Asia hari ini.

Tarik-ulur kesepakatan dagang AS-China juga diprediksi masih akan mempengaruhi perdagangan mata uang di pekan ini. Indeks dolar meski terkoreksi turun pada Senin kemarin, tetapi di pekan ini dolar AS diperkirakan masih akan kuat. Sepanjang pekan lalu, indeks yang mengukur kekuatan dolar ini mencatat kenaikan 1,15%, sementara Senin kemarin terkoreksi 0.14%. 



"Tensi perundingan dagang AS-China masih akan mempengaruhi pergerakan mata uang pekan ini" kata strategist Commonwealth Bank of Australia dalam sebuah catatan, sebagaimana dikutip CNBC Intenational

Strategist tersebut mengatakan dolar AS bisa menguat di pekan ini, di dorong oleh perkembangan perundingan kesepakatan dagang, dan hal tersebut berpotensi menurunkan ekspektasi pemangkasan suku bunga lagi oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed). 

Ketua The Fed, Jerome Powell, dijadwalkan akan memberikan testimoni di hadapan Kongres AS pada Rabu dan Kamis yang juga akan menjadi perhatian pelaku pasar. Seperti diketahui sebelumnya, The Fed dua pekan lalu memangkas suku bunga 25 basis poin menjadi 1,5-1,75%. Namun Powell kala itu mengindikasikan suku bunga tidak akan dipangkas lagi, kecuali jika perekonomian AS memburuk. 

Powell kemungkinan akan menegaskan proyeksinya tersebut di hadapan Kongres AS, sehingga dolar dapat kembali menguat di pekan ini. 
(pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular