Jakarta, CNBC Indonesia - Data pertumbuhan ekonomi Indonesia periode kuartal III-2019 yang di atas ekspektasi sukses mendorong pasar saham menguat signifikan pada perdagangan kemarin.
Angka peningkatan produk domestik bruto (PDB) yang mencerminkan pertumbuhan ekonomi dinyatakan Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 5,02%, di atas ekspektasi pelaku pasar yang disurvei Bloomberg sebesar 5% dan setara dengan survei yang dihimpun CNBC Indonesia di angka yang sama yaitu 5,02%.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), indeks acuan utama domestik yang berisi seluruh saham yang tercatat di bursa, menguat 0,8% menjadi 6.264 pada perdagangan kemarin. Sejak awal perdagangan, indeks tidak pernah masuk zona merah dan ketika data pertumbuhan ekonomi diumumkan, penguatan indeks semakin kencang sebelum turun minum.
Seluruh indeks sektoral yang berjumlah sembilan berkontribusi pada kinerja positif indeks utama kemarin, dipimpin oleh agribisnis yang naik 1,98%, aneka industri 1,96%, dan keuangan 1,94%. Sektor perkebunan tampaknya masih didukung oleh kenaikan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) global yang masih ngetril dan memperpanjang tren yang terjadi setidaknya sejak awal Juli.
Harga CPO menguat hingga RM 2.560/ton kemarin RM 1.937/ton pada 10 Juli di Bursa Malaysia terutama karena rencana penerapan biodiesel B30 di Indonesia dan B20 di Negeri Jiran Malaysia yang dapat meningkatkan konsumsi minyak sawit.
Faktor lain adalah kekeringan panjang yang melanda Asia Tenggara tahun ini sehingga diprediksi dapat mengganggu pasokan hingga tahun depan, yang ditambah faktor pemangkasan penggunaan pupuk di Malaysia serta kabut dari kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia dapat mengganggu tingkat produksi dan kualitas produk CPO yang dihasilkan.
Kejutan dari IHSG tidak hanya terjadi pada sesi pagi, tetapi juga terjadi lagi setelah penutupan. Pada periode pascapenutupan pasar (post-trading), serentetan saham unggulan (blue chips) menguat signifikan secara tiba-tiba dan sukses melambungkan kembali indeks saham utama domestik tersebut hingga ditutup di 6.264.
Tercatat, sekurangnya ada 11 saham blue chips yang 'ditarik' di akhir perdagangan dan mengindikasikan adanya pembentukan harga pasar di akhir perdagangan (marking the close). Periode post-trading, merupakan kondisi di mana harga penutupan ditentukan berdasarkan masuknya perintah jual-beli pada sesi pra-penutupan.
Pada post-trading tersebut, pelaku pasar sudah tidak dapat membentuk harga lagi tetapi bisa memasukkan perintah jual-beli berdasarkan harga penutupan final yang dikeluarkan bursa, hasil transaksi dari periode pra-penutupan.
Kemarin, saham-saham yang menguat tersebut adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
Saham lain adalah PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Indofood Sukes Makmur Tbk (INDF), dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR).
Penguatan ternyata tidak hanya terjadi di pasar saham, karena obligasi rupiah pemerintah di pasar dan rupiah juga menguat sehingga mencerminkan apresiasi pelaku pasar terhadap angka pertumbuhan ekonomi.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga surat utang negara (SUN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 2,3 basis poin (bps) menjadi 6,97%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Karena aktivitas di pasar sekunder SUN positif, pemerintah mendapati minat dari peserta lelang menguat pada penerbitan melalui lelang rutin kemarin. Dalam lelang itu, Kementerian Keuangan menerbitkan SUN senilai Rp 24,25 triliun dalam lelang rutin kemarin, di atas rerata penerbitan dalam setiap lelang sejak awal tahun Rp 21,66 triliun.
Tingginya angka penerbitan mencerminkan masih diminatinya pasar di tengah penguatan harga efek utang serupa di pasar sekunder. Meskipun lebih tinggi daripada rerata penerbitan sejak awal tahun, nilai tersebut masih lebih kecil dibandingkan dengan lelang sebelumnya yang digelar pada 22 Oktober.
Nilai penerbitan tersebut ditetapkan setelah pemerintah menerima penawaran peserta lelang hari ini yang mencapai Rp 67,97 triliun, yang juga masih lebih tinggi dibandingkan dengan rerata lelang sejak awal tahun. Sebagai pembanding, angka penawaran dalam lelang sebelumnya Rp 73,86 triliun.
Dalam gelaran lelang tersebut, turut ditawarkan seri yang bakal menjadi seri acuan tahun depan yaitu FR0083 yang akan bertenor 20 tahun pada 2020, atau artinya akan jatuh tempo pada 2040. Kupon seri tersebut ditetapkan 7,5% per tahun dan dijual pada tingkat imbal hasil (yield) tertimbang 7,66% dengan nilai penerbitan Rp 4 triliun.
Penguatan pasar saham dan obligasi kemarin tentunya didukung oleh penguatan rupiah yang berhasil menembus level psikologis Rp 13.965/dolar AS setelah menguat 0,32% sepanjang hari. Rupiah berhasil menguat terhadap dolar AS ketika greenback, julukan dolar AS, juga menguat terhadap mata uang utama dunia.
Posisi dolar AS yang menguat terhadap enam mata uang utama dunia kemarin tercermin dari Dollar Index hingga naik menjadi 97,9 dari posisi 97,6 pada hari sebelumnya.
Dollar Index dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya, yang dibentuk dari posisi greenback, sebutan lain dolar AS, terhadap enam mata uang yakni euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss.
[Gambas:Video CNBC]
Dari pasar global, di pasar saham Eropa, kemarin hampir seluruh indeks saham utama kembali menguat. Rekor kembali dicetak oleh indeks saham-saham pan-Eropa Stoxx 600 (0,2%), ditambah oleh penguatan oleh indeks saham lain yaitu FTSE 100 di Inggris (0,25%) dan DAX di Jerman (0,09%). Penguatan masih menunjukkan aktivitas transaksi pelaku pasar Benua Biru masih diselimuti angin segar dari prospek damai dagang AS-China.
Semalam, dua dari tiga indeks saham utama Wall Street di AS kembali mencetak rekor tertinggi baru setelah selesainya data mayoritas kinerja keuangan emiten saham yang positif dan di atas ekspektasi pelaku pasar.
Faktor pendorong pergerakan saham-saham di indeks tersebut terutama karena data ISM non-manufacture PMI index yang naik menjadi 54,7 dan melampaui prediksi pelaku pasar 53,5. Angka geliat industri pada periode Oktober itu juga melegakan pasar saham setempat, dan tentunya akan berpengaruh ke dunia, karena berangkat dari titik terendah dalam 3 tahun terakhir pada bulan sebelumnya, tepatnya pada 52,6.
Meskipun tipis, penguatan masih dialami Dow Jones Industrial Avg dan Nasdaq Composite masing-masing 0,11% dan 0,02%, sedangkan satu indeks utama lain yaitu S&P 500 melemah tipis 0,12%.
Meskipun pasar saham positif, kemarin terdapat permintaan pihak China dalam kaitannya dengan usaha perundingan dagang yang diharapkan akan dapat berlangsung dalam waktu dekat.
China sedang mendorong Presiden AS Donald Trump untuk menghapus tarif impor lagi, kali ini terhadap US$ 125 miliar barang-barang ekspor dari Negeri Tirai Bambu yang sudah dikenakan pada September.
Permintaan tersebut diminta sebagai bagian dari fase pertama dari perundingan dagang yang sedang digagas dan menegaskan permintaan China terhadap "komitmen yang lebih tegas terhadap penghilangan tarif", tulis koran South China Morning Post. Surat kabar tersebut sudah dianggap menjadi perwakilan suara dari pemerintahan China.
Pimpinan China Xi Jinping, juga menyatakan bahwa ketegangan internasional seharusnya diselesaikan melalui diskusi, dan menghilangkan halangan perdagangan global. Disampaikan pada China International Import Expo on Tuesday, meskipun Jinping tidak menyebut AS sama sekali dalam pernyataannya, tetapi hal itu seperti mempertegas pernyataan Beijing dalam South China Morning Post sebelumnya.
"[Permintaan itu] mendukung tetapi kami menilainya skeptis," ujar Mike Loewengart, vice president of investment strategy di ETrade Financial, kutip CNBC.com. "Kami akan mengingatkan investor untuk tidak meletakkan seluruh harapan mereka terhadap fase pertama damai dagang dalam beberapa pekan ke depan."
Pertama, penguatan dan rekor baru indeks-indeks utama di Wall Street tentu dapat menularkan sentimen positif ke Benua Kuning. Jika sentimen-sentimen penggeraknya mulai bekerja, tentu dapat menggerakkan saham-saham penghuni IHSG melanjutkan penguatan yang terjadi kemarin, meskipun masih ada ancaman dari koreksi teknikal yang dapat terjadi menyusul penguatan signifikan kemarin.
Kedua, hubungan dagang AS-China. Pernyataan Xi Jinping dan Beijing yang meminta adanya penghapusan tarif impor tambahan dalam perundingan fase pertama yang segera terealisasi mudah-mudahan tidak memancing jemari Presiden AS Donald Trump kembali menjadi liar. Jika emosi Trump terpancing, bukan tidak mungkin yang terjadi selanjutnya adalah baku ancam yang dapat merusak
mood pelaku pasar keuangan dunia.
Ketiga, dampak positif pengumuman data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 Indonesia yang diumumkan kemarin. Semoga dampak positifnya belum luntur sehingga dapat memberi dorongan bagi aktivitas transaksi di pasar keuangan hari ini, baik di pasar saham, pasar obligasi, maupun transaksi valas.
Keempat, harga CPO yang masih dalam tren penguatan semoga masih dapat berlanjut. Setidaknya sentiman positif tersebut masih tetap dapat menggairahkan transaksi beli untuk emiten-emiten blue chips di sektor tersebut seperti PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), dan tentunya dapat mendukung pergerakan pasar saham secara keseluruhan.
Kelima, lawatan Menteri Perdagangan AS Wibur Ross ke Indonesia. Usai menghadiri Indo-Pacific Business Forum di Bangkok, Thailand, Ross akan mengunjungi ke Indonesia sebagai bagian dari misi dagang AS ke sejumlah negara di Indo-Pasifik.
Selain berharap dari efek positif terhadap potensi masuknya investasi dari AS ke sektor riil domestik, tentunya kata-kata yang akan diutarakan Ross tentang potensi damai dagang selagi menyambangi wakil pemerintahan, dapat menambah gimmick-gimmick positif terhadap aktivitas transaksi di pasar keuangan.
Pasalnya, Ross adalah salah satu figur yang pekan lalu menyatakan optimistis terhadap damai dagang AS-China akan segera tercapai. Pernyataannya sukses mengguyur sentimen positif ke pasar keuangan.
Keenam, selain poin-poin di atas, tampaknya pelaku pasar masih akan mencermati perkembangan dari tensi drama nuklir Iran. Teheran mengaku akan mulai menyuntikkan gas uranium ke 1.044 sentrifugal di pembangkit listrik nuklir (PLTN) yang berada di Fordow, Provinsi Qom, Iran.
Penyuntikan gas ke sentrifugal yang selama ini kosong itu, akan dilakukan hari ini, Rabu (6/11/19), meskipun ditentang keras oleh sejumlah negara, pemerintah Negeri Para Mullah itu mengaku akan terus cuss dengan programnya di PLT Nuklir Fordow kecuali Eropa bisa mencari jalan agar Iran bebas dari sanksi AS.
Sanksi AS telah menghambat penjualan minyak mentah negara itu ke luar negeri. Sebelumnya, Iran, AS, China dan sejumlah negara Eropa lain menandatangani perjanjian penghentian program nuklir (JCPOA) di 2015. Namun sayangnya, pasca Donald Trump menjadi presiden, AS kemudian menarik diri dari perjanjian tersebut di 2018 dan menjatuhkan sanksi ke Iran.
Sebagai balasan ke AS, Iran akhirnya kembali melakukan program pengayaan uranium di fasilitas bawah tanah Fordow yang merupakan teknologi nuklir generasi pertama negara tersebut.
Berikut agenda bursa dan ekonomi pekan ini:
Rabu (6/5/19)
Penjualan ritel September, Indonesia. 11:00 WIB.
Data penjualan ritel September, Uni Eropa (UE). 17:00 WIB.
Data persediaan minyak mentah, AS, 04:30 WIB.
Cum date dividen DIRE Ciptadana Properti Ritel Indonesia (XCID). 16:15 WIB.
Cum date dividen DIRE Ciptadana Properti Perhotelan (XCIS). 16:15 WIB.
Public expose PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA).
Public expose PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).
Public expose PT Envy Technologies Indonesia Tbk (ENVY).
Public expose PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI).
Public expose PT Wahana Ottomitra Multiartha Finance Tbk (WOMF-WOM Finance).
Rapat Umum Pemegang Saham PT Envy Technologies Indonesia Tbk (ENVY). 10:00 WIB.
Rapat Umum Pemegang Saham PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (CEKA). 11:00 WIB.
Rapat Umum Pemegang Saham PT Multi Agro Gemilang Plantation Tbk (MAGP). 14:00 WIB.
Rapat Umum Pemegang Saham PT Tunas Ridean Tbk (TURI). 14:00.
Kamis (7/5/19)
Cadangan devisa valas Oktober, Indonesia. 11:00 WIB.
Neraca perdagangan September, Australia. 07:30 WIB.
Penentuan suku bunga Bank Sentral Inggris, Inggris. 19:00 WIB.
Inflasi, Inggris. 19:00 WIB.
Public expose PT Indonesia Pondasi Raya Tbk (IDPR-Indopora).
Rapat Umum Pemegang Saham PT Darmi Bersaudara Tbk (KAYU). 14:00.
Jumat (8/11/19)
Neraca pembayaran/neraca berjalan 3Q-2019, Indonesia. 10:00 WIB.
Neraca perdagangan Oktober, China. 10:00 WIB.
Pencatatan saham perdana PT Ginting Jaya Energi Tbk. 09:00 WIB.
Pencatatan saham perdana PT Singaraja Putra Tbk (SINI). 09:00 WIB.
Rapat Umum Pemegang Saham PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS). 09:30 WIB.
Sabtu (9/11/19)
Inflasi, China. 08:30 WIB.
Berikut ini sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan ekonomi (3Q-2019 YoY) | 5,02% |
Inflasi (Oktober 2019 YoY) | 3,13% |
BI 7-Day Reverse Repo Rate (Oktober 2019) | 5% |
Defisit anggaran (APBN 2019) | -1,84% PDB |
Transaksi berjalan (2Q-2019) | -3,04% PDB |
Neraca pembayaran (2Q-2019) | -US$ 1,98 miliar |
Cadangan devisa (September 2019) | US$ 124,3 miliar |
TIM RISET CNBC Indonesia