
Newsletter
Hantu Resesi Belum Pergi, Demo Memperparah Situasi
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 October 2019 05:27

Sentimen kedua, investor perlu memantau perkembangan harga minyak. Pada pukul 04:36 WIB, harga si emas hitam memang masih turun di mana brent terkoreksi 0,2% dan light sweet melemah 0,17%.
Namun ada peluang harga minyak akan naik karena pasokan yang menipis. American Petroleum Institute memperkirakan stok minyak AS pada pekan lalu berkurang 5,92 juta barel menjadi 417,94 juta barel. Jauh lebih dalam ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan penurunan 1,6 juta barel.
Sedangkan produksi minyak para anggota Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) pada September diperkirakan 28,9 juta barel, turun 750.000 barel dibandingkan Agustus. Ini adalah produksi terendah sejak Maret 2011.
Kalau harga minyak betul-betul naik, maka bisa menjadi sentimen negatif bagi Indonesia. Sebagai negara net importir minyak, kenaikan harga akan membuat neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) tertekan. Ini tentu membuat posisi rupiah menjadi rawan.
Namun rupiah masih punya harapan, karena sentimen ketiga yaitu koreksi dolar AS. Setelah kemarin mengamuk, greenback sepertinya mulai tenang.
Pada pukul 04:45 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,21%. Bisa jadi akibat investor mulai mencairkan keuntungan atau ciut karena cuitan Trump.
Amukan dolar AS yang mereda membuat rupiah dkk di Asia punya ruang untuk menguat. Semoga sentimen ini cukup kuat untuk menopang penguatan rupiah.
Sentimen keempat, kali ini dari dalam negeri, adalah gelombang aksi massa yang kemungkinan masih akan terjadi. Rencananya massa buruh yang akan berdemonstrasi menolak kenaikan iuran BPJS Kesehatan dan revisi UU Ketenagakerjaan serta mendesak pemerintah mencabut PP No 78/2015 tentang Pengupahan.
Well, aksi demonstrasi yang tidak kunjung usai membuat situasi keamanan belum 100% kondusif. Ini bisa membuat investor merasa tidak nyaman, sehingga arus modal asing menjauh dari pasar keuangan Indonesia.
Ditambah dengan 'hantu' resesi yang kembali bergentayangan, kondisi politik-sosial-keamanan domestik yang belum kondusif bisa memperparah situasi...
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
Namun ada peluang harga minyak akan naik karena pasokan yang menipis. American Petroleum Institute memperkirakan stok minyak AS pada pekan lalu berkurang 5,92 juta barel menjadi 417,94 juta barel. Jauh lebih dalam ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan penurunan 1,6 juta barel.
Sedangkan produksi minyak para anggota Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) pada September diperkirakan 28,9 juta barel, turun 750.000 barel dibandingkan Agustus. Ini adalah produksi terendah sejak Maret 2011.
Kalau harga minyak betul-betul naik, maka bisa menjadi sentimen negatif bagi Indonesia. Sebagai negara net importir minyak, kenaikan harga akan membuat neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) tertekan. Ini tentu membuat posisi rupiah menjadi rawan.
Namun rupiah masih punya harapan, karena sentimen ketiga yaitu koreksi dolar AS. Setelah kemarin mengamuk, greenback sepertinya mulai tenang.
Pada pukul 04:45 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,21%. Bisa jadi akibat investor mulai mencairkan keuntungan atau ciut karena cuitan Trump.
Amukan dolar AS yang mereda membuat rupiah dkk di Asia punya ruang untuk menguat. Semoga sentimen ini cukup kuat untuk menopang penguatan rupiah.
Sentimen keempat, kali ini dari dalam negeri, adalah gelombang aksi massa yang kemungkinan masih akan terjadi. Rencananya massa buruh yang akan berdemonstrasi menolak kenaikan iuran BPJS Kesehatan dan revisi UU Ketenagakerjaan serta mendesak pemerintah mencabut PP No 78/2015 tentang Pengupahan.
Well, aksi demonstrasi yang tidak kunjung usai membuat situasi keamanan belum 100% kondusif. Ini bisa membuat investor merasa tidak nyaman, sehingga arus modal asing menjauh dari pasar keuangan Indonesia.
Ditambah dengan 'hantu' resesi yang kembali bergentayangan, kondisi politik-sosial-keamanan domestik yang belum kondusif bisa memperparah situasi...
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular