Harga Minyak Sudah Anjlok Nyaris 30%, Ke Depan Bagaimana?

Tirta Widi Gilang Citradi, CNBC Indonesia
01 October 2019 16:50
Nestapa harga si emas hitam sepertinya belum akan berakhir...
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak turun sangat dalam sejak April. Ke depan, nestapa harga si emas hitam sepertinya belum akan berakhir...

Sejak pekan ketiga April, harga minyak amblas seamblas-amblasnya. Harga minyak jenis brent turun lebih dari 27,68% sementara light sweet terkoreksi nyaris 30%.



Sepertinya tren koreksi harga minyak kemungkinan belum akan berakhir. Pasalnya, Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) memperkirakan permintaan minyak masih akan melambat sampai 2020.

Menurut laporan yang dirilis 11 September lalu, permintaan minyak mentah global tahun depan diperkirakan 100,92 juta barel/hari. Hanya naik tidak sampai 1% dibandingkan tahun ini yang sebesar 99,84 juta barel/hari.

Jika permintaan global dikurangi dengan pasokan dari negara non-OPEC dan gas cair OPEC , maka kebutuhan minyak mentah OPEC mencapai masing-masing 30,6 juta barel/hari dan 29,4 juta barel/hari untuk 2019 dan 2020.



Dalam periode dua kuartal terakhir, produksi minyak mentah OPEC rata-rata mencapai 30,225 juta barel/hari. Pada kuartal I-2019, produksi minyak mentah OPEC mencapai 30,48 juta barel/hari sedangkan permintaan minyak mentah OPEC hanya 30,19 juta barel/hari. Artinya terjadi kelebihan pasokan sebesar 290.000 barel/hari.

Pada kuartal II-2019, permintaan minyak mentah OPEC mencapai 30,46 juta barel/hari sedangkan produksi minyak mentah OPEC hanya 29,97 juta barel/hari. Artinya kekurangan suplai sebesar 490.000 barel/hari.

Pada kuartal III-2019, serangan ke fasilitas kilang minyak mentah Arab Saudi menyebabkan produksi minyak mentah Arab Saudi terpangkas hampir setengahnya yaitu 5,7 juta barel/hari. Namun pekan lalu produksi minyak Arab Saudi kembali pulih ke 11,7 juta barel/hari.

Jika kapasitas produksi tetap dipertahankan seperti pada kuartal II, maka akan terjadi kelebihan pasokan minyak mentah. Dampaknya, harga bakal turun.

Oleh karena itu, kunci untuk menjaga stabilitas harga minyak agar tidak anjlok terlalu dalam adalah pengurangan produksi. Sejak tahun lalu, OPEC dan negara-negara produsen lainnya yang tergabung dalam OPEC+ sudah melakukan langkah tersebut.

Tahun ini, OPEC+ sepakat untuk mengurangi produksi sebanyak 1,2 juta barel/hari. Masalahnya adalah seberapa besar tingkat kepatuhannya.

Tidak semua negara yang tergabung dalam aliansi mematuhi keputusan bersama tersebut. Sejak awal Januari-Agustus ada tiga negara OPEC yang paling berkomitmen terhadap kesepakatan yaitu Arab Saudi, Guyana, dan Angola. Sedangkan tiga negara non-OPEC yang juga memegang penuh komitmen pemangkasan produksi minyak adalah Bahrain, Kazakhstan dan Mexico.

Sementara itu, negara OPEC seperti Nigeria, Irak, Gabon, Ekuador, dan Kongo merupakan negara yang tidak berhasil memangkas produksi minyak mentah sesuai target. Sedangkan negara non-OPEC yang paling tidak patuh terhadap kesepakatan adalah Sudan Selatan dan Brunei Darussalam.





Jika memang OPEC+ ingin harga tetap stabil tahun depan, maka tingkat compliance anggota terhadap kesepakatan pemangkasan produksi perlu ditingkatkan. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg) Next Article Naik-Turunnya Kebangetan, Kenapa sih dengan Harga Minyak?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular