
Polling CNBC Indonesia
Konsensus: Neraca Dagang Juli Diramal Defisit U$ 384,5 Juta
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 August 2019 09:21

Oleh karena itu, sepertinya akan sulit menjadikan ekspor sebagai tumpuan harapan pertumbuhan ekonomi. Pada kuartal II-2019, ekspor terkontraksi 1,81%, sedikit membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu minus 1,86%.
Jadi, sumber pertumbuhan ekonomi akan murni mengandalkan konsumsi domestik, baik rumah tangga maupun pemerintah. Salah satu stimulus untuk mengangkat konsumsi adalah melalui suku bunga.
Bank Indonesia (BI) sepertinya sudah berganti peran, dari penjaga stabilitas menjadi agen pendorong pertumbuhan ekonomi. Ini bisa dilihat dari penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada bulan lalu.
Gubernur Perry Warjiyo pernah berjanji bahwa ruang pelonggaran kebijakan moneter masih terbuka. Artinya, penurunan BI 7 Day Reverse Repo Rate bisa berlanjut.
"Kami memperkirakan suku bunga acuan masih bisa turun 75 bps lagi. Namun waktu pelaksanaannya akan tergantung pada perkiraan neraca pembayaran ke depan. Data neraca perdagangan dan eskalasi AS-China serta penurunan risk appetite di pasar keuangan tentu menjadi bahan pertimbangan para pengambil kebijakan," sebut Helmi Arman, Ekonom Citi.
Dari sisi fiskal, ini yang agak rumit karena implementasinya butuh proses. Misalnya wacana pemerintah yang ingin menurunkan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Badan. Kebijakan ini akan berdampak besar kepada investasi dan pada akhirnya mendongkrak daya beli.
Namun prosesnya agak berliku. Pemerintah harus membahas perubahan ini bersama DPR, yang tentu memakan waktu. Tidak seperti penurunan suku bunga acuan yang bisa langsung dieksekusi, kebijakan fiskal butuh tahapan-tahapan yang harus dilalui.
Oleh sebab itu, BI boleh dibilang menjadi tumpuan harapan pengerek pertumbuhan ekonomi. Sulit berharap kepada pemerintah untuk memberi solusi dalam jangka pendek.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Jadi, sumber pertumbuhan ekonomi akan murni mengandalkan konsumsi domestik, baik rumah tangga maupun pemerintah. Salah satu stimulus untuk mengangkat konsumsi adalah melalui suku bunga.
Bank Indonesia (BI) sepertinya sudah berganti peran, dari penjaga stabilitas menjadi agen pendorong pertumbuhan ekonomi. Ini bisa dilihat dari penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada bulan lalu.
Gubernur Perry Warjiyo pernah berjanji bahwa ruang pelonggaran kebijakan moneter masih terbuka. Artinya, penurunan BI 7 Day Reverse Repo Rate bisa berlanjut.
"Kami memperkirakan suku bunga acuan masih bisa turun 75 bps lagi. Namun waktu pelaksanaannya akan tergantung pada perkiraan neraca pembayaran ke depan. Data neraca perdagangan dan eskalasi AS-China serta penurunan risk appetite di pasar keuangan tentu menjadi bahan pertimbangan para pengambil kebijakan," sebut Helmi Arman, Ekonom Citi.
Dari sisi fiskal, ini yang agak rumit karena implementasinya butuh proses. Misalnya wacana pemerintah yang ingin menurunkan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Badan. Kebijakan ini akan berdampak besar kepada investasi dan pada akhirnya mendongkrak daya beli.
Namun prosesnya agak berliku. Pemerintah harus membahas perubahan ini bersama DPR, yang tentu memakan waktu. Tidak seperti penurunan suku bunga acuan yang bisa langsung dieksekusi, kebijakan fiskal butuh tahapan-tahapan yang harus dilalui.
Oleh sebab itu, BI boleh dibilang menjadi tumpuan harapan pengerek pertumbuhan ekonomi. Sulit berharap kepada pemerintah untuk memberi solusi dalam jangka pendek.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular