
Polling CNBC Indonesia
Konsensus: Neraca Dagang Juli Diramal Defisit U$ 384,5 Juta
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 August 2019 09:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Neraca perdagangan Indonesia diperkirakan mengalami defisit pada Juli. Jika terwujud, maka rantai surplus perdagangan selama dua bulan beruntun terputus.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data perdagangan internasional pada esok hari. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor pada Juli terkontraksi alias turun 11,59% year-on-year (YoY) dan impor negatif 19,38% YoY. Sementara neraca perdagangan diperkirakan defisit US$ 384,5 juta.
Sedangkan konsensus yang dihimpun Reuters memperkirakan ekspor dan impor mengalami kontraksi masing-masing 11,4% YoY dan 18,1% YoY. Neraca perdagangan juga diramal defisit, tetapi lebih agak dalam yaitu 420 juta.
Defisit neraca perdagangan kali terakhir terjadi pada April, bahkan kala itu sangat dalam mencapai US$ 2,29 miliar. Kemudian pada Mei, neraca perdagangan mampu berbalik surplus US$ 210 juta dan sebulan kemudian kembali surplus US$ 200 juta.
Faktor eksternal seperti ekspor memang sedang menghadapi tantangan tahun ini. Bara perang dagang Amerika Serikat (AS) vs China yang membara sejak tahun lalu belum kunjung menemui jalan keluar. Kedua negara sudah bolak-balik berunding, memberi harapan, tetapi ujungnya belum ada kesepakatan.
"Perdagangan dunia melemah seiring perlambatan investasi dan ketidapastian kebijakan. Kenaikan tarif bea masuk dari AS yang kemudian dibalas oleh China dan negara-negara lain telah berdampak kepada arus perdagangan dunia. Secara umum, kami memperkirakan pertumbuhan perdagangan dunia tahun ini adalah 2,6%, melambat dibandingkan 2018 yang sebesar 4,1%. Pertumbuhan pada 2019 adalah yang terlemah sejak krisis keuangan global," papar Bank Dunia dalam Global Economic Prospects keluaran Juni 2019.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data perdagangan internasional pada esok hari. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor pada Juli terkontraksi alias turun 11,59% year-on-year (YoY) dan impor negatif 19,38% YoY. Sementara neraca perdagangan diperkirakan defisit US$ 384,5 juta.
Institusi | Pertumbuhan Ekspor (%YoY) | Pertumbuhan Impor (%YoY) | Neraca Perdagangan (US$ Juta) |
ING | -7.1 | -16.2 | -205 |
Moody's Analytics | - | - | -1,200 |
DBS | -12.1 | -22.3 | 102 |
Standard Chartered | -12.3 | -20.9 | -185 |
CIMB Niaga | -6 | -14 | -420 |
Bahana Sekuritas | -11.4 | -20.76 | -66 |
Maybank Indonesia | -11.59 | -19.38 | -349 |
Bank Danamon | -11.6 | 18.1 | -582 |
Barclays | -11 | -15 | -1,000 |
Bank Permata | -15.74 | -22.14 | -520 |
MEDIAN | -11.59 | -19.38 | -384.5 |
Sedangkan konsensus yang dihimpun Reuters memperkirakan ekspor dan impor mengalami kontraksi masing-masing 11,4% YoY dan 18,1% YoY. Neraca perdagangan juga diramal defisit, tetapi lebih agak dalam yaitu 420 juta.
Defisit neraca perdagangan kali terakhir terjadi pada April, bahkan kala itu sangat dalam mencapai US$ 2,29 miliar. Kemudian pada Mei, neraca perdagangan mampu berbalik surplus US$ 210 juta dan sebulan kemudian kembali surplus US$ 200 juta.
Faktor eksternal seperti ekspor memang sedang menghadapi tantangan tahun ini. Bara perang dagang Amerika Serikat (AS) vs China yang membara sejak tahun lalu belum kunjung menemui jalan keluar. Kedua negara sudah bolak-balik berunding, memberi harapan, tetapi ujungnya belum ada kesepakatan.
"Perdagangan dunia melemah seiring perlambatan investasi dan ketidapastian kebijakan. Kenaikan tarif bea masuk dari AS yang kemudian dibalas oleh China dan negara-negara lain telah berdampak kepada arus perdagangan dunia. Secara umum, kami memperkirakan pertumbuhan perdagangan dunia tahun ini adalah 2,6%, melambat dibandingkan 2018 yang sebesar 4,1%. Pertumbuhan pada 2019 adalah yang terlemah sejak krisis keuangan global," papar Bank Dunia dalam Global Economic Prospects keluaran Juni 2019.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Permintaan Domestik Jadi Kunci
Pages
Most Popular