
Newsletter
Sudah Siap Hadapi Rilis Pertumbuhan Ekonomi RI Q2-2019?
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
05 August 2019 06:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia melemah pada perdagangan akhir pekan lalu (2/8/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,65% ke level 6.340,18, kurs rupiah terhadap dolar AS terkoreksi 0,46% menjadi Rp 14.175/US$, sementara imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) tenor acuan 10 tahun naik 6,4 basis poin (bps) menjadi 7,54%.
Sebagai informasi, pergerakan yield dan harga di pasar obligasi berbanding terbalik. Kala yield naik, artinya pasar sedang diterpa aksi jual akibat sepi peminat. Berlaku pula sebaliknya. Yield juga lebih sering digunakan sebagai acuan transaksi obligasi karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Penyebab utama pelemahan di pasar keuangan dalam negeri adalah eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China yang sudah di depan mata. Pada hari Kamis (1/8/2019) Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan bahwa AS akan mengenakan bea masuk sebesar 10% atas produk impor asal China senilai US$ 300 miliar. Produk-produk tersebut sebelumnya bukan objek dari perang dagang.
"AS akan mulai, pada tanggal 1 September, mengenakan bea masuk tambahan dengan besaran yang kecil yakni 10% terhadap sisa produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang masuk ke negara kita," tulis Trump melalui akun Twitter pribadinya.
Atas keputusan Trump tersebut, sebagian pelaku pasar agak terkejut. Pasalnya, tim negosiator kedua negara baru saja selesai melakukan diskusi tatap muka yang dimulai sejak awal pekan di Shanghai. Kedua belah pihak juga sempat mendeskripsikan bahwa negosiasi dagang yang berlangsung selama dua hari tersebut berlangsung konstruktif, meskipun sama-sama tidak mengumumkan langkah konkret apapun.
Namun ada pula pelaku pasar yang sudah mencium aroma tak sedap dari perundingan tersebut, ditandai dengan berakhirnya perundingan lebih cepat dari jadwal yang direncanakan. Selain itu ada pula pernyataan dari kedua pihak yang saling bertolak belakang.
Pihak AS sempat menyebut bahwa China kembali menyatakan komitmennya untuk membeli produk agrikultur asal AS dalam jumlah yang lebih besar, sementara pihak China hanya menyebut bahwa delegasi kedua negara mendiskusikan hal tersebut tanpa menyebut adanya komitmen apapun.
Namun tetap saja, cuitan Trump membuat pasar keuangan geger. Seluruh bursa saham utama kawasan Asia menutup perdagangan hari di zona merah pada hari Jumat (2/8/2019). Indeks Nikkei anjlok 2,11%, indeks Shanghai ambruk 1,41%, indeks Hang Seng jatuh 2,35%, indeks Straits Times turun 0,93%, dan indeks Kospi terkoreksi 0,95%.
Kini, China tengah bersiap untuk melakukan 'serangan balasan'. Beijing menyebut bahwa pihaknya tak akan tinggal diam menghadapi "pemerasan" yang dilakukan AS.
"Jika AS benar mengeksekusi bea masuk tersebut maka China harus meluncurkan kebijakan balasan yang diperlukan guna melindungi kepentingan-kepentingan kami yang mendasar," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying, dilansir dari Reuters.
Meski demikian, dalam sepekan IHSG masih mampu menguat 0,26%. Sementara nilai tukar rupiah melemah 1,26% dan yield SUN tenor acuan 10 tahun naik 32,8 basis poin.
BERLANJUT KE HALAMAN 2>>>
Sebagai informasi, pergerakan yield dan harga di pasar obligasi berbanding terbalik. Kala yield naik, artinya pasar sedang diterpa aksi jual akibat sepi peminat. Berlaku pula sebaliknya. Yield juga lebih sering digunakan sebagai acuan transaksi obligasi karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Penyebab utama pelemahan di pasar keuangan dalam negeri adalah eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China yang sudah di depan mata. Pada hari Kamis (1/8/2019) Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan bahwa AS akan mengenakan bea masuk sebesar 10% atas produk impor asal China senilai US$ 300 miliar. Produk-produk tersebut sebelumnya bukan objek dari perang dagang.
"AS akan mulai, pada tanggal 1 September, mengenakan bea masuk tambahan dengan besaran yang kecil yakni 10% terhadap sisa produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang masuk ke negara kita," tulis Trump melalui akun Twitter pribadinya.
Atas keputusan Trump tersebut, sebagian pelaku pasar agak terkejut. Pasalnya, tim negosiator kedua negara baru saja selesai melakukan diskusi tatap muka yang dimulai sejak awal pekan di Shanghai. Kedua belah pihak juga sempat mendeskripsikan bahwa negosiasi dagang yang berlangsung selama dua hari tersebut berlangsung konstruktif, meskipun sama-sama tidak mengumumkan langkah konkret apapun.
Namun ada pula pelaku pasar yang sudah mencium aroma tak sedap dari perundingan tersebut, ditandai dengan berakhirnya perundingan lebih cepat dari jadwal yang direncanakan. Selain itu ada pula pernyataan dari kedua pihak yang saling bertolak belakang.
Pihak AS sempat menyebut bahwa China kembali menyatakan komitmennya untuk membeli produk agrikultur asal AS dalam jumlah yang lebih besar, sementara pihak China hanya menyebut bahwa delegasi kedua negara mendiskusikan hal tersebut tanpa menyebut adanya komitmen apapun.
Namun tetap saja, cuitan Trump membuat pasar keuangan geger. Seluruh bursa saham utama kawasan Asia menutup perdagangan hari di zona merah pada hari Jumat (2/8/2019). Indeks Nikkei anjlok 2,11%, indeks Shanghai ambruk 1,41%, indeks Hang Seng jatuh 2,35%, indeks Straits Times turun 0,93%, dan indeks Kospi terkoreksi 0,95%.
Kini, China tengah bersiap untuk melakukan 'serangan balasan'. Beijing menyebut bahwa pihaknya tak akan tinggal diam menghadapi "pemerasan" yang dilakukan AS.
"Jika AS benar mengeksekusi bea masuk tersebut maka China harus meluncurkan kebijakan balasan yang diperlukan guna melindungi kepentingan-kepentingan kami yang mendasar," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying, dilansir dari Reuters.
Meski demikian, dalam sepekan IHSG masih mampu menguat 0,26%. Sementara nilai tukar rupiah melemah 1,26% dan yield SUN tenor acuan 10 tahun naik 32,8 basis poin.
BERLANJUT KE HALAMAN 2>>>
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular