Newsletter

Harap-harap Cemas: Jangan Sampai Rupiah Tembus 14.000/$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 July 2019 06:46
Cermati Sentimen Penggerak Hari Ini
Foto: REUTERS/Toru Hanai
Wall Street yang menghijau tentunya mengirim hawa positif ke bursa Asia pada perdagangan hari ini Rabu (24/7/19). Mesranya hubungan AS-China, dan perundingan dagang kedua negara yang akan segera dimulai tentunya membuat risk appetite atau sentimen terhadap aset berisiko para investor meningkat.

Mayoritas bursa saham Asia juga menguat pada Selasa kemarin, begitu juga dengan IHSG di awal perdagangan. Padahal pada perdagangan Senin, Wall Street berakhir di zona merah, sehingga menghijau pasar saham terbesar di dunia tersebut bisa jadi memberikan dorongan tambahan bagi bursa Asia hari ini, ada peluang besar IHSG akan ke zona hijau setelah melemah dua hari berturut-turut.

Isu pelonggaran moneter juga akan menjadi penggerak pasar pada hari ini, mengingat semakin dekatnya dengan pengumuman kebijakan moneter ECB. Dalam waktu sepekan terakhir, spekulasi bank sentral zona euro tersebut akan memangkas suku bunga semakin menguat.

Pemangkasan suku bunga oleh ECB tentunya akan disambut baik oleh pelaku pasar, bursa saham biasanya akan menguat jika hal tersebut terjadi.

Berbeda dengan IHSG, rupiah kemungkinan akan menghadapi tantangan yang agak berat pada hari ini. Indeks dolar melesat naik 0,45% ke 97,69 pada perdagangan Selasa. Level indeks dolar tersebut merupakan yang tertinggi sejak 18 Juni.



Dolar bisa jadi tambah perkasa melihat rilis data aktivitas bisnis (sektor manufaktur dan jasa) zona euro mulai pukul 14:15 WIB. Aktivitas sektor manufaktur blok 19 negara ini akan menjadi perhatian utama. Kontraksi sektor ini menjadi salah satu alasan memburuknya kondisi ekonomi.

Sektor manufaktur zona euro sudah mengalami kontraksi dalam lima bulan berturut-turut. Jerman, negara dengan nilai ekonomi terbesar di Eropa bahkan lebih parah, kontraksi yang terjadi sudah enam bulan beruntun.

Perang dagang AS-China menjadi penyebab utama merosotnya sektor pengolahan ini, dan Jerman terkena dampak yang paling buruk di Benua Biru.

Data aktivitas manufaktur dan jasa dirilis oleh institusi Markit melalui survei terhadap manajer pembelian sehingga disebut juga purchasing manager index (PMI). Indeks ini menggunakan angka 50 sebagai ambang batas antara kontraksi dan ekspansi. Angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi atau penyusutan aktivitas, sementara di atas 50 menunjukkan ekspansi atau aktivitas yang berkembang.

Jika data-data tersebut dirilis menunjukkan penurunan atau kontraksi yang semakin dalam, spekulasi pemangkasan suku bunga ECB akan semakin menguat-euro akan jeblok-dolar menguat-rupiah kembali terancam.

Sebelum data dari zona euro, Markit juga akan melaporkan data aktivitas sektor manfaktur Jepang pukul 7:30 WIB. Kemudian pada malam hari, pukul 20:45 WIB giliran AS melaporkan data yang sama.

Sama dengan zona euro, sektor pengolahan Negeri Matahari Terbit sudah mengalami kontraksi dalam lima bulan berturut-turut. Hal ini yang membuat bank sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) juga diprediksi akan melonggarkan kebijakan atau menggelontorkan stimulus moneter.

Ya, isu pelonggaran moneter akan terus mewarnai pasar finansial hingga pekan depan. BOJ akan mengumumkan kebijakannya pada 30 Juli, kemudian disusul oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia).

Apakah rupiah akan melemah hari ini?

Melihat perkasanya dolar AS, serta pergerakan rupiah di pasar Non-Deliverable Market (NDF) bisa jadi rupiah akan melemah lagi hari ini. NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu. Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.



Kurs dolar AS terhadap rupiah di pasar NDF untuk periode satu pekan sudah mendekati level Rp 14.000/US$, tepatnya di Rp 13.988/US$ pada pukul 5:54 WIB, atau melemah 0,04% dibandingkan penutupan perdagangan Selasa, melansir data dari Refinitiv.

Namun, jangan berkecil hati dulu, peluang penguatan rupiah masih terbuka seandainya risk appetite investor semakin membaik pada hari ini. Dan potensi tersebut ada melihat hubungan mesra AS-China, serta kemungkinan pelonggaran moneter di zona euro, Jepang, dan AS, sehingga pelaku pasar pasti akan menburu aset-aset yang lebih berisiko namun memiliki imbal hasil tinggi, seperti saham.

Instrumen rupiah juga merupakan aset yang memberikan imbal hasil tinggi, sehingga membaikknya risk appetite bisa membuat Mata Uang Garuda menjadi incaran investor, dan peluang penguatan menjadi terbuka.

Halaman Selanjutnya >>> (pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular