Sinyal Tegas BI: Pelonggaran Moneter Terus Berlanjut

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
23 July 2019 18:48
Bank Indonesia (BI) menyatakan tetap akan melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter.
Foto: BI Bank Indonesia (CNBC Indonesia/Lidya Kembaren)
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah memutuskan menurunkan suku bunga acuan 25 bps pada Rapat Dewan Gubernur bulan ini,

Bank Indonesia (BI) menyatakan tetap akan melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter."BI berikan guidance, ini cukup cetho elo-elo (jelas dan terang) bahwa pelonggaran kebijakan moneter masih akan berlanjut. Bisa ditangkap nuansa kalimat yang mencerminkan pelonggaran kebijakan moneter masih akan berlanjut," ujar Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara, di Gedung BI, Jakarta, Selasa (23/7/2019).

Lebih lanjut Mirza menjelaskan, ruang pelonggaran moneter tersebut ada karena bank sentral Amerika Serikat (AS), yaitu Federal Reserve (The Fed) memberian sinyal kuat pelonggaran kebijakan moneter ke depan atau dovish.



"Periode 2019 karena ekonomi AS mulai lambat, perang dagang menimbulkan pesimisme di dunia, kita lihat ekonomi dunia melambat, Eropa dan China juga terdampak, sehingga amerika putar haluan, yang tadinya menaikkan suku bunga terus, kemudian mulai berikan aba-aba suku bunga acuan AS akan turun. Memang belum turun, tapi pernyataan-pernyataan The Fed sudah tunjukkan suku bunga akan turun," jelas Mirza.

Ditambah lagi, respons negara-negara tetangga yang juga menurunkan suku bunga acuannya. Pelonggaran moneter dilakukan BI untuk mencegah terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi yang lebih dalam.

"Kalau kami lihat, harusnya di semester dua ini optimisme terhadap ekonomi sudah lebih baik, kita sudah selesai pemilu, suku bunga sudah turun, biasanya itu akan bangkitkan optimisme untuk meningkatkan aktivitas ekonomi," imbuhnya.

"Memang tidak mudah menawar tren (pertumbuhan ekonomi) global yang turun, tapi kami berupaya secara efektif agar bisa lebih aktif dan baik," pungkas Mirza.

Mirza menuturkan, pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut, bisa dilakukan BI dari sisi Giro Wajib Minimum (GWM), bisa juga relaksasi suku bunga acuan, kemudian kebijakan makroprudensial yang akomodatif.

"Ya bisa macamnya tentang kebijakan dorong kredit produktif, KPR, kredit consumer, nah itu biasanya kebijakan makro yang seperti itu," tutur Mirza.

Simak video arah rupiah pasca penurunan bunga acuan BI:

[Gambas:Video CNBC]



(wed/wed) Next Article Segenap Alasan BI Tahan Lagi Suku Bunga Acuan di Level 3,5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular