Newsletter

Ada Kabar Gembira Dari China, Masa Gak Direspons?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 July 2019 06:31
Cermati Sentimen Penggerak Hari Ini
Foto: Gedung Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Tidak bisa dimungkiri Wall Street adalah benchmark bagi bursa saham global. Jika bursa AS tersebut menguat maka sering kali akan diikuti oleh bursa saham Benua Kuning, hal ini menjadi sentimen pertama yang perlu diperhatikan.

Penguatan Wall Street (meski tidak banyak) pada perdagangan Senin bisa membantu bursa Asia termasuk IHSG untuk menguat pada perdagangan Selasa.

Sentimen kedua adalah harapan akan segera ada perundingan dagang AS-China. Pada pertemuan kedua negara di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 akhir bulan lalu, Presiden Donald Trump mengatakan kedua negara setuju untuk memulai kembali perundingan dagang, dan China berjanji akan membeli lebih banyak produk pertanian Paman Sam.

Namun, pada 11 Juli lalu Trump mengatakan China tidak memenuhi janjinya tersebut yang membuat pelaku pasar cemas akan kemungkinan kembali membesarnya perang dagang kedua negara.

Berita yang dilansir Xinhua tentunya menunjukkan niat baik China untuk segera memulai negosiasi dagang. Harapan akan berakhirnya perang dagang AS-China kembali muncul. Perang dagang dua negara dengan nilai ekonomi dunia terbesar di dunia ini menjadi biang kerok pelambatan ekonomi global.

Konfirmasi dari Pemerintah China akan kabar yang diberitakan Xinhua tentunya akan menguatkan harapan damai dagang dan berdampak positif bagi pasar finansial global. Belum lagi jika AS juga merespon dengan baik sikap China, ada peluang besar aset-aset berisiko akan kembali menjadi primadona di pasar pada hari ini.

Hari kedua perdagangan pekan ini masih minim data ekonomi penting yang dirilis, tetapi data inflasi inti (Core CPI) yang dirilis Bank of Japan (BoJ) pukul 12:00 WIB patut dicermati. Inflasi inti bulan Juni diprediksi hanya tumbuh 0,5% year-on-year (YoY) berdasarkan data dari Forex Factory. Pertumbuhan tersebut lebih rendah dari bulan Mei sebesar 0,7%.

Inflasi yang semakin melemah tentunya menambah tekanan bagi BoJ untuk menggelontorkan stimulus guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi sehingga inflasi akan meningkat.

BoJ menjadi salah satu bank sentral utama dunia yang diprediksi akan menambah stimulus moneternya di tahun ini, bersama dengan The Fed dan European Central Bank (ECB) yang diprediksi memangkas suku bunga.

Berkaca bagi pelonggaran moneter yang dilakukan bank sentral global sebelumnya, bursa saham di berbagai benua mengalami kenaikan. Inflasi yang rendah dari Jepang akan menguatkan spekulasi stimulus dan bisa jadi menguatkan kembali aset-aset berisiko.



Jika bursa saham Asia mengikuti pergerakan Wall Street, berarti sentimen pelaku pasar sedang bagus, dan rupiah juga bisa mendapat “rezeki”. Apalagi melihat pergerakan indeks dolar yang tidak lagi menguat tajam. Pada perdagangan Senin indeks yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang ini naik 0,15% ke level 97,29.

Sementara pada perdagangan Jumat, indeks ini melesat naik 0,39%, rupiah merespon hal tersebut dengan melemah tipis 0,07% kemarin. Ini berarti sentimen terhadap rupiah masih cukup bagus, dan membuka peluang rupiah menguat hari ini.

Halaman Selanjutnya >>> (pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular