Inflasi AS Makin Hot! JP Morgan: Kurangi Saham Banyakin Kas

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
14 September 2023 12:15
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
  • Inflasi AS untuk Agustus 2023 naik lagi, bahkan hasilnya lebih panas dari perkiraan
  • Walau inflasi memanas, tetapi efek ke sejumlah risk aset tak terlalu negatif seperti kripto, saham, hingga ke aset yang lebih rendah risiko seperti emas dan nilai tukar.
  • Akan tetapi, pelaku pasar tetap harus mewaspadai gejolak yang mungkin bisa terasa mengingat data tenaga kerja AS akan rilis nanti malam yang bisa menambah pertimbangan the Fed pada pertemuan pekan depan.

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi Amerika Serikat (AS) periode Agustus 2023 hasilnya semakin panas dibandingkan perkiraan biasanya akan berdampak pada pergerakan pasar, mulai dari aset yang penuh risiko seperti kripto dan saham, kemudian nilai tukar dan surat utang negara.

JPMorgan yang merilis strategi tetap defensive pada 11 September 2023 lalu, pada risetnya JPMorgan menyatakan mengurangi aset alokasi pada saham dan obligasi korporasi, kemudian mengalihkan sedikit porsi ke komoditas untuk mendulang keuntungan dalam jangka pendek atau menyimpan dalam aset yang lebih low risk seperti obligasi negara atau malah disimpan dalam kas saja.

Inflasi AS terpantau tumbuh 3,7% yoy pada Agustus 2023, lebih panas dibandingkan ekspektasi pasar yang proyeksi tumbuh 3,6% yoy dan bulan sebelumnya sebesar 3,2% yoy.

Kenaikan inflasi umum tersebut menjadi yang kedua kali terjadi setelah 12 bulan melandai. Sementara itu, inflasi inti turun sesuai perkiraan ke 4,3% yoy dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 4,7%. Kendati begitu, nilainya masih jauh di atas target the Fed di level 2%.

Kendati, Inflasi naik tinggi tampaknya pelaku pasar tak terlalu merespon negatif, karena sudah cenderung priced-in.

Mulai dari risk asset kripto, tiga koin dengan kapitalisasi pasar malah menghijau, dalam pergerakan 24 jam hingga hari ini (14/9/2023) pukul 09.45 WIB Bitcoin (BTC) sudah naik 1,24% ke posisi US$ 26,255,59, kemudian disusul Ethereum (ETH) menguat 1,56% menuju US$ 1621,82, serta Binance (BNB) naik 0,64% menjadi US$ 212,28.

Beralih ke bursa Wall Street semalam mengakhiri perdagangan dengan beragam pada Rabu (13/9/203). Indeks Dow Jones melemah 0,2% atau 70,46 poin ke 34.575,53. Sementara itu, indeks Nasdaq menguat 0,29% atau 39,97 poin ke 13.813,59 dan indeks S&P 500 menanjak 0,12% atau 5,54 poin ke 4.467,44.

Penutupan pada perdagangan kemarin masih lebih baik dibandingkan hari sebelumnya di mana tiga indeks semuanya anjlok. Hal tersebut menunjukkan efek inflasi ke bursa saham AS tak terlalu volatil dari yang diperkirakan.

Kemudian ke bursa Asia bergerak beragam, sejak awal perdagangan hingga pukul 09.51 WIB hari ini, Nikkei 225 Index (Tokyo) terpantau menguat 1,05% ke posisi 33049 dan Straits Times Index (STI) Singapura naik 0,45% menjadi 3244,66. Sementara Hang Seng Index (HSI) Hongkong dan Shanghai Composite Index (SSEC) sama-sama masih turun, masing-masing 0,41% dan 0,08%.

Sementara dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga pukul 09.55 WIB masih bergerak dalam zona hijau, sebesar 0,19% ke posisi 6950,06, walau pada pembukaan sempat koreksi ke titik terendah di 6926,35. Penguatan IHSG hari ini malah didorong sejumlah saham teknologi, seperti GOTO yang naik 2,30% dan BUKA menguat 3,45%, kemudian penguatan beberapa saham batubara besar mulai dari ITMG 3,34%, PTBA 2,12%, BUMI 1,54%, ADRO 1,40% dan BYAN 1,80%.

Beralih ke komoditas emas juga tampaknya inflasi tak terlalu membuat harga-nya bergerak fluktuatif. Pada perdagangan Kamis (14/9/2023) pukul 07.12 WIB harga emas spot berada di US$ 1.909,84 per troy ons, menguat 0,09% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.

Harga emas yang menguat menunjukkan komoditas ini tak terlalu kena dampak inflasi. Ekspektasi pelaku pasar terhadap kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga sudah lebih dominan dibandingkan menaikkannya.

Mengutip dari Reuters, Chris Gaffney, presiden EverBank World Markets mengatakan "Data IHK sebagian besar sesuai dengan ekspektasi, mengisyaratkan bahkan FOMC diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil, memberikan landasan bagi emas"

Lebih lanjut Gaffney menyatakan "Investor logam mulia tidak terlalu khawatir terhadap inflasi yang lebih tinggi dan lebih fokus pada biaya peluang yang terkait dengan kepemilikan aset tanpa bunga di kondisi kenaikan suku bunga".

Sementara untuk nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, pergerakan pada hari ini (14/9/2023) hingga pukul 10.03 WIB mulai menguat tipis sebesar 0,03% ke posisi Rp15.360.US$. Rupiah yang mulai menguat sejalan dengan indeks dolar AS (DXY) yang sudah mulai melemah, per hari ini hingga waktu yang sama DXY melemah -0,08% ke 104,67. Kini fokus pelaku pasar akan beralih pada sejumlah data yang masih akan rilis dari AS nanti malam seperti data inflasi untuk produsen, klaim pengangguran, dan juga penjualan ritel.

Data penjualan ritel diproyeksi akan turun ke 0,4% dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 1%. Kemudian data klaim pengangguran AS yang berakhir pada 9 September 2023. Klaim pengangguran diperkirakan naik ke 225.000 dibandingkan minggu sebelumnya sebesar 216.000.

Apabila data penjualan ritel terkontraksi disertai klaim pengangguran meningkat, hal ini akan menjadi pertimbangan the Fed untuk melunakkan kebijakan-nya dan bisa menjadi pemanis pasar saat inflasi yang semakin memanas. 

Selain itu, ada inflasi AS dari sisi produsen untuk periode Agustus 2023 atau Producer Price Index (PPI) yang diperkirakan akan meningkat ke 1,2% yoy, dibandingkan bulan sebelumnya 0,8% yoy. Sementara Core PPI diperkirakan melandai ke 2,2% yoy dari sebelumnya 2,4%

Kendati pasar mulai price in data inflasi, investor tetap perlu mewaspadai gejolak yang mungkin masih akan dihadapi. Pasalnya, sejumlah data nanti malam akan semakin memberikan gambaran bagaimana keputusan the Fed pada pertemuan pekan depan, artinya ketidakpastian eksternal masih bisa berlanjut. 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected] 

(tsn/ras)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation