
Newsletter
The Moment of Truth, Benarkah Suku Bunga Acuan BI Turun?
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
18 July 2019 06:15

Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu dinamika di Wall Street yang kurang impresif. Semoga sentimen negatif akibat rilis performa keuangan yang buruk pada perusahaan AS tidak menekan risk appetite investor untuk berburu instrumen keuangan di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Sentimen kedua adalah investor perlu terus memantau perkembangan friksi dagang antara Beijing dan Washington.
Usai sidang kabinet di Gedung Putih, Presiden AS Donald Trump menyampaikan bahwa negosiasi dagang antara AS dan China masih membutuhkan waktu yang lama, "it's still a long way to go," dikutip dari CNBC International.
Selain itu, Trump cukup geram karena hingga saat ini Negeri Tiongkok masih belum menepati janji mereka untuk membeli lebih banyak produk pertanian AS.
Pasalnya, ini merupakan isu yang penting bagi Trump karena kesejahteraan petani merupakan salah satu janji kampanye-nya, dimana jika gagal terpenuhi, Trump akan kekurangan senjata untuk pemilu tahun depan.
Alhasil, Trump kembali memperingatkan Beijing bahwa Negeri Paman Sam masih dapat mengenakan tarif tambahan atas produk impor asal China senilai US$ 325 miliar.
Patut dicatat, bea masuk merupakan hal yang paling ditakuti pihak China, karena berulang kali mereka meminta AS untuk mencabut tarif tersebut sebagai syarat kesepakatan dagang.
Semoga saja, ancaman Trump tidak membuat hubungan kedua negara semakin memanas.
Kemudian sentimen ketiga, yang bisa positif bagi rupiah, adalah perkembangan harga minyak. Pada pukul 05:04 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet yang masing-masing anjlok 1,07% dan 1,46%.
Biro administrasi informasi energi AS mencatat adanya pertambahan persediaan produk olahan, yaitu bensin, menekan kenaikan harga minyak.
Total persediaan bensin milik AS naik 3,57 juta barel pekan lalu, jauh mengungguli konsensus pasar yang memproyeksi defisit persediaan mencapai 0,93 juta barel, dilansir Trading Economics. Perlu diketahui, sebelumnya selama 4 minggu berturut-turut Negeri Paman Sam selalu mencatatkan defisit persediaan, dilansir Trading Economics.
Namun, rasanya pelaku pasar akan menantikan sentimen keempat, yaitu pengumuman suku bunga acuan oleh Bank Indonesia. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia meyakini bahwa RDG edis juli akan memutuskan pemangkasan BI Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%. Meskipun begitu masih ada dua analis yang memperkirakan suku bunga acuan tetap bertahan di 6%.
Pelaku pasar akan mencari petunjuk mengenai arah kebijakan moneter BI ke depan.
Apakah BI masih galau? Apakah BI masih memilih posisi bertahan daripada pertumbuhan? Atau apakah BI sudah memutuskan untuk mengikuti langkah bank sentral lain yang pro pertumbuhan dan melonggarkan kebijakan moneter?
(BERLANJUT KE HALAMAN EMPAT) (dwa/dwa)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu dinamika di Wall Street yang kurang impresif. Semoga sentimen negatif akibat rilis performa keuangan yang buruk pada perusahaan AS tidak menekan risk appetite investor untuk berburu instrumen keuangan di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Sentimen kedua adalah investor perlu terus memantau perkembangan friksi dagang antara Beijing dan Washington.
Usai sidang kabinet di Gedung Putih, Presiden AS Donald Trump menyampaikan bahwa negosiasi dagang antara AS dan China masih membutuhkan waktu yang lama, "it's still a long way to go," dikutip dari CNBC International.
Selain itu, Trump cukup geram karena hingga saat ini Negeri Tiongkok masih belum menepati janji mereka untuk membeli lebih banyak produk pertanian AS.
Pasalnya, ini merupakan isu yang penting bagi Trump karena kesejahteraan petani merupakan salah satu janji kampanye-nya, dimana jika gagal terpenuhi, Trump akan kekurangan senjata untuk pemilu tahun depan.
Alhasil, Trump kembali memperingatkan Beijing bahwa Negeri Paman Sam masih dapat mengenakan tarif tambahan atas produk impor asal China senilai US$ 325 miliar.
Patut dicatat, bea masuk merupakan hal yang paling ditakuti pihak China, karena berulang kali mereka meminta AS untuk mencabut tarif tersebut sebagai syarat kesepakatan dagang.
Semoga saja, ancaman Trump tidak membuat hubungan kedua negara semakin memanas.
Kemudian sentimen ketiga, yang bisa positif bagi rupiah, adalah perkembangan harga minyak. Pada pukul 05:04 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet yang masing-masing anjlok 1,07% dan 1,46%.
Biro administrasi informasi energi AS mencatat adanya pertambahan persediaan produk olahan, yaitu bensin, menekan kenaikan harga minyak.
Total persediaan bensin milik AS naik 3,57 juta barel pekan lalu, jauh mengungguli konsensus pasar yang memproyeksi defisit persediaan mencapai 0,93 juta barel, dilansir Trading Economics. Perlu diketahui, sebelumnya selama 4 minggu berturut-turut Negeri Paman Sam selalu mencatatkan defisit persediaan, dilansir Trading Economics.
Namun, rasanya pelaku pasar akan menantikan sentimen keempat, yaitu pengumuman suku bunga acuan oleh Bank Indonesia. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia meyakini bahwa RDG edis juli akan memutuskan pemangkasan BI Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%. Meskipun begitu masih ada dua analis yang memperkirakan suku bunga acuan tetap bertahan di 6%.
Pelaku pasar akan mencari petunjuk mengenai arah kebijakan moneter BI ke depan.
Apakah BI masih galau? Apakah BI masih memilih posisi bertahan daripada pertumbuhan? Atau apakah BI sudah memutuskan untuk mengikuti langkah bank sentral lain yang pro pertumbuhan dan melonggarkan kebijakan moneter?
(BERLANJUT KE HALAMAN EMPAT) (dwa/dwa)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular