
Newsletter
The Moment of Truth, Benarkah Suku Bunga Acuan BI Turun?
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
18 July 2019 06:15

Perang Dagang Kembali Memakan Korban, Wall Street Pasrah
Sementara itu beralih ke Wall Street, bursa saham utama Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Rabu (17/7/2019) karena hasil yang lemah dari laporan keuangan perusahaan memicu kekhawatiran bahwa perang dagang yang berlarut-larut antara AS dan China kembali terbukti menekan kinerja perusahaan.
Data pasar menunjukkan Dow Jones Industrial Average (DJIA) terperosok 0,42% dan mengakhiri, S&P 500 anjlok 0,65%, lalu Nasdaq Composite ditutup melemah 0,46%.
Perusahaan rel kereta api, CSX mencatatkan laba kuartalan yang lebih rendah dari proyeksi pasar dan manajemen perusahaan memutuskan untuk memangkas proyeksi pendapatan tahun ini.
Tensi dagang yang berlangsung antara AS dan China telah berkontribusi menurunkan volume angkutan truk dan kereta api pada paruh pertama 2019, dilansir Reuters.
Alhasil, harga saham CSX terjun bebas dengan mencatatkan koreksi 10,3%, penurunan harian terbesar sejak 2008, dikutip dari Reuters. Koreksi harga saham yang dialami perusahaan menekan kinerja indeks S&P 500 kalo penutupan perdagangan kemarin.
"Ini membentuk kuartal yang kurang positif dan saya ragu manajemen akan sangat optimis tentang sisa tahun ini, meskipun kami memiliki angka yang lebih mudah untuk dipatahkan," kata Maris Ogg, Presiden di Tower Bridge Advisors, dikutip dari CNBC International.
Lebih lanjut, analis mengatakan bahwa hasil negatif atas dampak perang dagang merupakan faktor penting untuk mendorong Bank Sentral AS/The Fed agar mau memangkas suku bunga acuan pada akhir bulan ini.
"Salah satu hal yang dilakukan Trump (Presiden AS) dengan (perang) dagang adalah dia menggunakannya sebagai alat untuk melawan The Fed," ujar Ed Campbell, Managing Director QMA di New Jersey, dikutip dari Reuters.
"The Fed mengutip ketidakpastian terkait dengan (perang) dagang sebagai alasan mereka terbuka untuk memangkas suku bunga," tambah Campbell.
Di lain pihak, masih terdapat emiten yang membukukan laba yang mampu mengungguli proyeksi pasar.
Harga saham Bank of America ditutup naik 0,7% setelah perusahaan berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar. Namun, Direktur Keuangan (Chief Financial Officer/CFO) perusahaan memperingatkan bahwa suku bunga yang lebih rendah akan menekan pertumbuhan pendapatan bunga bersih.
(BERLANJUT KE HALAMAN TIGA) (dwa/dwa)
Sementara itu beralih ke Wall Street, bursa saham utama Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Rabu (17/7/2019) karena hasil yang lemah dari laporan keuangan perusahaan memicu kekhawatiran bahwa perang dagang yang berlarut-larut antara AS dan China kembali terbukti menekan kinerja perusahaan.
Data pasar menunjukkan Dow Jones Industrial Average (DJIA) terperosok 0,42% dan mengakhiri, S&P 500 anjlok 0,65%, lalu Nasdaq Composite ditutup melemah 0,46%.
Perusahaan rel kereta api, CSX mencatatkan laba kuartalan yang lebih rendah dari proyeksi pasar dan manajemen perusahaan memutuskan untuk memangkas proyeksi pendapatan tahun ini.
Tensi dagang yang berlangsung antara AS dan China telah berkontribusi menurunkan volume angkutan truk dan kereta api pada paruh pertama 2019, dilansir Reuters.
Alhasil, harga saham CSX terjun bebas dengan mencatatkan koreksi 10,3%, penurunan harian terbesar sejak 2008, dikutip dari Reuters. Koreksi harga saham yang dialami perusahaan menekan kinerja indeks S&P 500 kalo penutupan perdagangan kemarin.
"Ini membentuk kuartal yang kurang positif dan saya ragu manajemen akan sangat optimis tentang sisa tahun ini, meskipun kami memiliki angka yang lebih mudah untuk dipatahkan," kata Maris Ogg, Presiden di Tower Bridge Advisors, dikutip dari CNBC International.
Lebih lanjut, analis mengatakan bahwa hasil negatif atas dampak perang dagang merupakan faktor penting untuk mendorong Bank Sentral AS/The Fed agar mau memangkas suku bunga acuan pada akhir bulan ini.
"Salah satu hal yang dilakukan Trump (Presiden AS) dengan (perang) dagang adalah dia menggunakannya sebagai alat untuk melawan The Fed," ujar Ed Campbell, Managing Director QMA di New Jersey, dikutip dari Reuters.
"The Fed mengutip ketidakpastian terkait dengan (perang) dagang sebagai alasan mereka terbuka untuk memangkas suku bunga," tambah Campbell.
Di lain pihak, masih terdapat emiten yang membukukan laba yang mampu mengungguli proyeksi pasar.
Harga saham Bank of America ditutup naik 0,7% setelah perusahaan berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar. Namun, Direktur Keuangan (Chief Financial Officer/CFO) perusahaan memperingatkan bahwa suku bunga yang lebih rendah akan menekan pertumbuhan pendapatan bunga bersih.
(BERLANJUT KE HALAMAN TIGA) (dwa/dwa)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular