
Newsletter
KTT G20 Dimulai! Semoga Trump-Xi Akur di Sana..
Taufan Adharsyah, Anthony Kevin, & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 June 2019 06:42

Tiga indeks utama Wall Street ditutup bervariasi dengan kecenderungan menguat pada perdagangan hari Kamis (27/6/2019).
Dow Jones Industrial Average (melemah tipis 0,04%, S&P 500 naik 0,38%, sementara Nasdaq Composite terangkat hingga 0.73%.
Kinerja saham Wall Street mendapat dorongan dari optimisme pelaku pasar akan damai dagang Amerika Serikat (AS)-China yang meningkat.
Wall Street Journal (WSJ) mengabarkan bahwa Presiden China, Xi Jinping berencana untuk mengajukan beberapa syarat yang harus dipenuhi pihak AS sebelum Beijing mengambil keputusan terkait damai dagang. Salah satu syaratnya adalah pencabutan pelarangan pembelian produk buatan Huawei oleh perusahaan-perusahaan asal AS.
Sebelumnya, South China Morning Post juga mengatakan AS dan China telah secara tentatif setuju untuk melakukan 'gencatan senjata' demi kembali melanjutkan proses negosiasi dagang. Keputusan tersebut juga dikatakan sebagai syarat dari Xi jika Trump ingin bertemu dengannya akhir pekan ini. Kabar tersebut mendorong harapan bahwa dua raksasa ekonomi dunia tidak akan memperparah perang dagang, setidaknya untuk sementara waktu.
Sekadar mengingatkan, kali terakhir Trump bertemu dengan Xi adalah juga di sela-sela KTT G-20, yakni pada bulan Desember lalu di Argentina. Hasilnya, kedua negara menyepakati gencatan senjata selama 3 bulan di mana keduanya tak akan mengerek bea masuk untuk importasi produk dari masing-masing negara. Gencatan senjata ini kemudian diperpanjang oleh Trump seiring dengan perkembangan negosiasi dagang yang positif.
Dengan mencermati perkembangan yang ada, hal serupa sangat mungkin kembali terjadi kala Xi dan Trump bertemu nanti.
Selain itu, rilis data ketenagakerjaan AS semakin mempertebal keyakinan pelaku pasar bahwa The Fed akan melakukan pelonggaran moneter dalam waktu dekat.
Pasalnya, angka klaim tunjangan pengangguran baru untuk minggu yang berakhir pada 21 Juni 2019 mencapai 227.000 atau naik 10.000 dari capaian pekan sebelumnya. Angka tersebut juga lebih besar ketimbang ekspektasi pelaku pasar yang berada di level 220.000, dan merupakan yang tertinggi sejak 4 Mei 2019.
Sebagaimana yang telah diketahui, kondisi tenaga kerja merupakan salah satu indikator yang digunakan oleh The Fed untuk menentukan arah kebijakan moneter. Dalam kondisi yang makin terpuruk, pelonggaran moneter, yang bisa dilakukan dengan memangkas suku bunga adalah langkah yang bijak.
Sebenarnya saat ini pelaku pasar sudah 100% yakin bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin bulan depan. Namun bila kondisi tenaga kerja semakin buruk, sikap (stance) The Fed berpotensi lebih dovish dan menggiring pada kelanjutan penurunan suku bunga yang lebih agresif hingga akhir tahun 2019.
Sementara indeks DJIA terkoreksi akibat saham Boeing yang anjlok hingga 2,9%. Ketidakpastian tentang kapan 737 MAX bisa kembali terbang telah menurunkan harapan akan kinerja saham Boeing ke depan.
BERLANJUT KE HALAMAN 3
(taa/prm)
Dow Jones Industrial Average (melemah tipis 0,04%, S&P 500 naik 0,38%, sementara Nasdaq Composite terangkat hingga 0.73%.
Kinerja saham Wall Street mendapat dorongan dari optimisme pelaku pasar akan damai dagang Amerika Serikat (AS)-China yang meningkat.
Wall Street Journal (WSJ) mengabarkan bahwa Presiden China, Xi Jinping berencana untuk mengajukan beberapa syarat yang harus dipenuhi pihak AS sebelum Beijing mengambil keputusan terkait damai dagang. Salah satu syaratnya adalah pencabutan pelarangan pembelian produk buatan Huawei oleh perusahaan-perusahaan asal AS.
Sebelumnya, South China Morning Post juga mengatakan AS dan China telah secara tentatif setuju untuk melakukan 'gencatan senjata' demi kembali melanjutkan proses negosiasi dagang. Keputusan tersebut juga dikatakan sebagai syarat dari Xi jika Trump ingin bertemu dengannya akhir pekan ini. Kabar tersebut mendorong harapan bahwa dua raksasa ekonomi dunia tidak akan memperparah perang dagang, setidaknya untuk sementara waktu.
Sekadar mengingatkan, kali terakhir Trump bertemu dengan Xi adalah juga di sela-sela KTT G-20, yakni pada bulan Desember lalu di Argentina. Hasilnya, kedua negara menyepakati gencatan senjata selama 3 bulan di mana keduanya tak akan mengerek bea masuk untuk importasi produk dari masing-masing negara. Gencatan senjata ini kemudian diperpanjang oleh Trump seiring dengan perkembangan negosiasi dagang yang positif.
Dengan mencermati perkembangan yang ada, hal serupa sangat mungkin kembali terjadi kala Xi dan Trump bertemu nanti.
Selain itu, rilis data ketenagakerjaan AS semakin mempertebal keyakinan pelaku pasar bahwa The Fed akan melakukan pelonggaran moneter dalam waktu dekat.
Pasalnya, angka klaim tunjangan pengangguran baru untuk minggu yang berakhir pada 21 Juni 2019 mencapai 227.000 atau naik 10.000 dari capaian pekan sebelumnya. Angka tersebut juga lebih besar ketimbang ekspektasi pelaku pasar yang berada di level 220.000, dan merupakan yang tertinggi sejak 4 Mei 2019.
Sebagaimana yang telah diketahui, kondisi tenaga kerja merupakan salah satu indikator yang digunakan oleh The Fed untuk menentukan arah kebijakan moneter. Dalam kondisi yang makin terpuruk, pelonggaran moneter, yang bisa dilakukan dengan memangkas suku bunga adalah langkah yang bijak.
Sebenarnya saat ini pelaku pasar sudah 100% yakin bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin bulan depan. Namun bila kondisi tenaga kerja semakin buruk, sikap (stance) The Fed berpotensi lebih dovish dan menggiring pada kelanjutan penurunan suku bunga yang lebih agresif hingga akhir tahun 2019.
Sementara indeks DJIA terkoreksi akibat saham Boeing yang anjlok hingga 2,9%. Ketidakpastian tentang kapan 737 MAX bisa kembali terbang telah menurunkan harapan akan kinerja saham Boeing ke depan.
BERLANJUT KE HALAMAN 3
(taa/prm)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular