Newsletter

Hati-Hati, Euforia Suku Bunga The Fed Mulai Pudar..

Taufan Adharsyah, Anthony Kevin, & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 June 2019 06:33
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Foto: CNBC
Untuk perdagangan hari ini, ada baiknya investor mencermati beberapa sentimen yang bisa menjadi penentu arah gerak pasar.

Pertama tentu saja euforia penurunan suku bunga acuan The Fed (FFR) yang agak sedikit pudar.

Dampak dari sentimen tersebut sudah terbukti mampu membuat Wall Street merah merona. Sebuah indikasi bahwa investor dibuat tidak bergairah untuk masuk ke instrumen berisiko.

Sebenarnya, bukan hanya The Fed saja yang membuat investor menahan diri. Rilis sejumlah data indikator ekonomi AS juga turut bermain peran.

Contohnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) AS periode Juni yang dibacakan hanya sebesar 121,5. Jauh lebih kecil ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar 131,3 dan berada di bawah ekspektasi konsensus sebesar 131,1. Bahkan angka tersebut merupakan yang paling kecil sejak September 2017.

Ada pula angka penjualan rumah baru AS bulan Mei yang ternyata terkontraksi hingga 7,8% dibanding bulan sebelumnya. Padalah konsensus memperkirakan ada kenaikan 1,9%.

Data-data tersebut membuat pelaku pasar semakin enggan untuk masuk ke instrumen berisiko. Yah, kondisi ekonomi yang buruk memang acap kali membuat risiko investasi meningkat. Wajar bila investor ketakutan.

Kemungkinan besar sentimen tersebut juga akan merebak ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Pasalnya, investor asing memiliki peranan penting di pasar keuangan dalam negeri, dengan porsi kepemilikan di pasar saham lebih dari 50%.

Saat investor asing sedang tidak bergairah, maka ada kemungkinan pasar saham dalam negeri akan diterpa gelombang aksi jual yang cukup besar. Itu juga akan menjadi pemicu investor domestik untuk melakukan hal serupa.



Di sisi lain, aroma dovish The Fed yang agak sedikit berkurang juga bisa menjadi alasan bagi Bank Indonesia (BI) untukĀ terus mengambil modeĀ wait and see. Penurunan suku bunga acuan BI (7-Day Reverse Repo Rate/7-DRRR) terasa semakin jauh.

Semoga saja tidak terjadi.

Hal lain yang masih perlu dipantau adalah ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran.

Kemarin, AS telah menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran. Namun berbeda dengan sanksi-sanksi sebelumnya, kali ini yang disasar adalah Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khameini dan jajarannya.

Dikatakan bahwa sanksi tersebut akan membatasi akses Khameini dan jajarannya pada sumber finansial yang penting.

Terbaru, ketegangan sedang memasuki babak adu mulut antara pimpinan negara.

Dalam sebuah siaran televisi pada hari Selasa (26/6/2019) waktu setempat, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan langkah yang diambil oleh Gedung Putih merupakan aksi 'keterbelakangan mental'.

"Strategi sabar Teheran bukan berarti kami takut," tegas Rouhani.

Membalas, Trump mengatakan bahwa serangan apapun terhadap Amerika akan mendapat ganjaran. Bahkan ia menyebutkan kata 'pemusnahan'.

"Segala serangan oleh Iran kepada Amerika akan mendapat serangan balasan yang luar biasa. Dalam beberapa area, luar biasa akan berarti pemusnahan," tulis Trump di Twitter.

Kadangkala, hanya diperlukan sedikit adu mulut untuk menyulut konflik yang lebih besar. Risiko perang terbuka antara kedua pihak masih bergentayangan.


Meskipun demikian, AS masih membuka diri untuk melakukan negosiasi. "Apapun yang mau mereka [Iran] lalukan, saya siap," ujar Trump.

Namun sebelumnya Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi mengatakan bahwa sanksi telah menutup pintu diplomasi.

Nasib hubungan AS-Iran masih gamang. Perkembangan yang negatif akan membuat ketidakpastian politik dan ekonomi global membuncah.

BERLANJUT KE HALAMAN 4

(taa/prm)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular