Wahai Para Investor, Cermati Sentimen Ini Pekan Depan

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
12 November 2023 20:15
Infografis, Grafik Pergerakan IHSG Sepekan
Foto: Infografis/ Pergerakan IHSG Sepekan/ Edward Ricardo Sianturi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Indonesia ditutup melemah pada perdagangan yang berakhir Jumat (10/11/2023), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi 0,42% di level 6.809,26. Namun, dalam sepekan masih mencatatkan positif dengan naik 0,30%.

Sementara rupiah ditutup melemah pada perdagangan Jumat (10/11/2023) di level Rp15.690/US$ atau turun 0,26%. Namun, dalam sepekan masih mencatatkan pergerakan positif dengan menguat 0,22%.

Sentimen dalam dan luar negeri mempengaruhi pergerakan pasar keuangan dan mata uang Indonesia dalam sepekan ini.

Dari dalam negeri, Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,94% secara tahunan (yoy) pada kuartal III 2023. Angka pertumbuhan dari produk domestik bruto (PDB) itu hanya tumbuh 1,60% secara kuartalan( qtq) bila dibandingkan kuartal II 2023 sebesar 5,17% secara tahunannya (yoy). Dan angka ini lebih rendah dibandingkan dengan kuartal III 2022 yang sempat mencapai 5,73% (yoy).

Secara perhitungan kumulatifnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,05% (c-to-c). Selain itu pada pekan ini, BI mencatatkan posisi cadangan devisa Indonesia pada Oktober 2023 turun menjadi sebesar US$133,1 miliar, dari US$134,9 miliar pada September 2023.

Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai langkah antisipasi dampak rambatan sehubungan dengan semakin meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

Dari Amerika Serikat, pidato dari ketua The Fed Jerome Powell masih menjadi pemberat rupiah. Jerome Powell memberikan kode bahwa inflasi cukup sulit mencapai target yang ditentukan, sehingga memungkinkan adanya pengetatan kembali. Pernyataan ini mematahkan harapan pelaku pasar yang telah menyaksikan pelemahan data tenaga kerja AS sebagai indikator melunaknya The Fed.

Hal ini memberikan kekhawatiran bagi pelaku pasar khususnya di Indonesia karena jika The Fed menaikkan suku bunganya, maka selisih suku bunga acuan The Fed dengan Bank Indonesia (BI) akan semakin sempit yang berujung pada capital outflow dan semakin menekan pasar keuangan domestik termasuk rupiah.

Kemudian dari mitra dagang terbesar Indonesia, China menyumbang kabar buruk pada pekan ini. Melansir data Biro Statistik Nasional China, neraca dagang per Oktober 2023 sebesar US$ 56,53 miliar. Nilai tersebut turun lebih dalam dari perkiraan pasar sebesar US$ 82 miliar dan dibandingkan bulan sebelumnya sebesar US$ 82,35 miliar, bahkan menjadi yang terendah sejak Februari tahun ini.

Ambruknya neraca dagang China terjadi akibat ekspor yang terkontraksi sebesar 6,4% secara tahunan (yoy), lebih dalam dari perkiraan pasar yang proyeksi hanya berkontraksi sekitar 3,3% (yoy). Padahal, impor sudah mulai membaik untuk pertama kalinya bisa tumbuh 3% (yoy), berbanding terbalik dari konsensus pasar yang diproyeksi kontraksi 4,8% (yoy).

Pada pekan depan, pasar keuangan Indonesia kembali dihiasi oleh data-data penting baik dalam negeri maupun luar negeri.

Pada pekan depan, Bank Indonesia akan mengumumkan hasil neraca perdagangan Indonesia periode Oktober 2023 beserta pertumbuhan ekspor dan impor pada Rabu (15/11/2023).

Diketahui, neraca perdagangan Indonesia periode September 2023 kembali surplus sebesar US$ 3,42 miliar. Surplus ini lebih tinggi dibandingkan Agustus 2023 yang sebesar US$ 3,12 miliar.

Secara kumulatif, pada periode Januari-September 2023, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$ 27,75 miliar. Nilai ini berasal dari sektor nonmigas US$ 41,73 miliar dan defisit sektor migas sebesar US$ 13,97 miliar. Angka surplus ini lebih rendah US$ 12,10 miliar jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Ekspor September 2023 tercatat sebesar US$ 20,76 miliar, mengalami kontraksi 16,17% (yoy) dari basis angka yang tinggi (high base) tahun lalu, utamanya pada sektor industri dan pertambangan. Secara kumulatif, ekspor periode Januari-September 2023 mencapai USD192,27 miliar.

Sementara impor Indonesia mencatatkan nilai sebesar US$ 17,34 miliar atau turun 12,45% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan nilai impor terjadi pada bahan baku atau penolong dan barang modal, sementara impor barang konsumsi masih tumbuh sebesar 4,74% (yoy). Secara kumulatif impor periode Januari-September 2023 tercatat US$ 164,52 miliar.

Para analis dan ekonom memperkirakan neraca perdagangan Indonesia masih memungkinkan untuk mencatat surplus pada periode Oktober 2023. Namun, surplus akan lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya.

Sementara dari Amerika Serikat (AS), pada Senin (13/11/2023) akan ada laporan bulanan OPEC, pidato Gubernur The Fed, data produksi minyak, volume konsumsi minyak mentah, data impor minyak mentah dan persediaan bahan bakar miyak.

Ekspor minyak mentah AS pada semester pertama tahun 2023 rata-rata mencapai 3,99 juta barel per hari (b/d), yang merupakan rekor tertinggi untuk semester pertama tahun ini sejak tahun 2015, ketika AS melarang sebagian besar ekspor minyak mentah dari AS. telah dicabut. Pada semester pertama tahun 2023, ekspor minyak mentah naik 650.000 b/d (19%) dibandingkan paruh pertama tahun 2022.

Eropa merupakan tujuan regional terbesar untuk ekspor minyak mentah AS berdasarkan volume, sebesar 1,75 juta b/d, dipimpin oleh ekspor ke Belanda dan Inggris. Asia merupakan tujuan regional dengan volume tertinggi berikutnya, sebesar 1,68 juta b/d, dipimpin oleh ekspor ke China dan Korea Selatan. AS juga mengekspor minyak mentah dalam jumlah yang jauh lebih kecil ke Kanada, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Meskipun ekspor meningkat pada semester pertama tahun 2023, Amerika Serikat masih mengimpor lebih banyak minyak mentah dibandingkan ekspornya, yang berarti Amerika masih menjadi pengimpor minyak mentah bersih.

Selain itu, pada pekan depan AS juga akan merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) periode Oktober 2023, penjualan ritel periode Oktober 2023, pidato Gubernur The Fed, dan klaim pengangguran.

Kemudian dari mitra dagang terbesar Indonesia, dari China pada Senin (13/11/2023) akan ada rilis pinjaman baru dan pertumbuhan utang kumulatif. Pada pekan depan, China juga akan merilis penjualan ritel, tingkat pengangguran dan harga rumah China periode Oktober 2023.

Diketahui, tingkat pengangguran China turun menjadi 5.00% pada September 2023, dibandingkan dengan laporan sebelumnya sebesar 5.20% pada Agustus 2023.

Sementara harga rumah di China tumbuh 7,4% secara tahunan (yoy) di bulan September 2023, menyusul kenaikan sebesar 8,3% secara tahunan (yoy) di bulan sebelumnya.

Namun, diketahui pasar properti China masih dalam kondisi krisis lebih dari dua tahun lalu setelah pemerintah melakukan tindakan keras terhadap pinjaman pengembang. Pasar properti China menyumbang 30% perekonomian negara tersebut.

Investasi di bidang real estat turun tahun lalu untuk pertama kalinya dalam satu dekade, dan tanpa adanya dana talangan dari Beijing, penurunan properti kemungkinan akan berlanjut, sehingga menimbulkan ancaman besar terhadap prospek pertumbuhan China selama tiga hingga lima tahun ke depan.

Bank Dunia memangkas perkiraan produk domestik bruto (PDB) China untuk tahun 2024 menjadi 4,4% dari 4,8%, dengan alasan kesulitan domestik yang terus-menerus seperti meningkatnya utang, kelemahan properti, dan populasi yang menua.

Begitu juga dengan Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi China akan melambat menjadi sekitar 3,5% dalam jangka menengah dari sekitar 5% tahun ini karena tantangan demografi dan melambatnya pertumbuhan produktivitas.

CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation