
Pasar Kondusif, Minat Lelang Sukuk Negara Capai Rekor Rp 40 T
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
25 June 2019 18:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi pasar obligasi yang positif membuat pelaku pasar menyerbu instrumen efek pemerintah, salah satunya tercermin dari tingginya nilai penawaran lelang surat berharga syariah negara (SBSN, sukuk negara) Rp 40,19 triliun hari ini.
Nilai penawaran hari ini menjadi penawaran tertinggi sejak awal tahun ini, terutama karena sudah lebih tinggi daripada penawaran lelang sebelumnya Rp 13,48 triliun dan dari rata-rata penawaran lelang sukuk sejak awal tahun Rp 20,2 triliun.
Saat ini, pasar obligasi masih berada pada kondisi tren penguatan atau bullish, di mana penguatan dari akhir bulan lalu masih terasa, meskipun sudah tidak berturut-turut.
Dalam lelang rutin itu, pemerintah berhasil menerbitkan sukuk negara senilai Rp 8 triliun. Nilai penerbitan itu lebih tinggi lelang sukuk sebelumnya Rp 5,16 triliun dan masih lebih tinggi dari rata-rata penerbitan SBSN sejak awal tahun Rp 7,4 triliun.
Dalam lelang itu, pemerintah mendapatkan minat dari peserta lelang senilai Rp 40,19 triliun, lebih tinggi dari lelang sebelumnya Rp 20,2 triliun. Hari ini sendiri, harga obligasi rupiah pemerintah kembali menguat setelah kemarin koreksi sempat menghentikan reli sangat panjang yang terjadi sejak akhir Mei.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak sejalan seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat inverstor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 5,1 basis poin (bps) menjadi 6,87%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Nilai penawaran hari ini menjadi penawaran tertinggi sejak awal tahun ini, terutama karena sudah lebih tinggi daripada penawaran lelang sebelumnya Rp 13,48 triliun dan dari rata-rata penawaran lelang sukuk sejak awal tahun Rp 20,2 triliun.
Saat ini, pasar obligasi masih berada pada kondisi tren penguatan atau bullish, di mana penguatan dari akhir bulan lalu masih terasa, meskipun sudah tidak berturut-turut.
Dalam lelang itu, pemerintah mendapatkan minat dari peserta lelang senilai Rp 40,19 triliun, lebih tinggi dari lelang sebelumnya Rp 20,2 triliun. Hari ini sendiri, harga obligasi rupiah pemerintah kembali menguat setelah kemarin koreksi sempat menghentikan reli sangat panjang yang terjadi sejak akhir Mei.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak sejalan seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat inverstor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 5,1 basis poin (bps) menjadi 6,87%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 25 Jun'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 24 Jun'19 (%) | Yield 25 Jun'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 25 Jun'19 |
FR0077 | 5 tahun | 6.922 | 6.871 | -5.10 | 6.8654 |
FR0078 | 10 tahun | 7.485 | 7.448 | -3.70 | 7.3964 |
FR0068 | 15 tahun | 7.852 | 7.853 | 0.10 | 7.7403 |
FR0079 | 20 tahun | 8.042 | 8.026 | -1.60 | 7.9682 |
Avg movement | -2.57 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular