
Newsletter
Semoga Trump-Xi Jinping Jadi Bertemu Akhir Pekan Ini..
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
25 June 2019 06:58

Dari Wall Street, tiga indeks utama ditutup variatif dengan kecenderungan melemah secara terbatas. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,03%, S&P 500 turun 0,17%, dan Nasdaq Composite melemah 0,32%.
Tampaknya sentimen positif akibat aura penurunan suku bunga acuan The Fed (Federal Funds Rate/FFR) sudah tidak mampu mengangkat kinerja Wall Street. Pasalnya saat ini, sebagian besar pelaku pasar sudah price in bahwa FFR akan turun pada bulan depan.
Mengutip CME Fedwatch, kemungkinan FFR turun 25 basis poin mencapai 57,4%. Sementara ada pula peluang FFR turun 50 basis poin sebesar 42,6%. Sementara probabilitas suku bunga tetap ditahan di kisaran 2,25%-2,5% sudah tidak tersisa alias 0%.
Di sisi lain, investor masih dibuat harap-harap cemas menantikan pertemuan antara Presiden AS, Donald Trump dengan Presiden China, XI Jinping.
Pekan lalu, Trump dan Xi sama-sama telah mengonfirmasi rencananya untuk bertemu di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Osaka, Jepang pada 28-29 Juni mendatang.
Pertemuan tersebut akan menandakan babak baru perundingan dagang AS dengan China. Pasalnya sejak kesepakatan gagal dibuat bulan lalu, kedua negara tidak pernah lagi dikabarkan melakukan perundingan.
Sejauh ini auranya masih positif. Tapi siapa yang tau. Kemungkinan pertemuan Trump-Xi tidak berlangsung dengan baik juga masih ada. Bila kejadian, maka risiko eskalasi perang dagang akan semakin meningkat.
Pemerintahan Trump diketahui telah melakukan kajian atas dampak pengenaan tariff 25% pada produk China lain senilai US$ 325 miliar yang sebelumnya bukan merupakan obyek perang dagang.
Selain itu, ketegangan hubungan AS-Iran yang semakin tinggi juga turut membebani kinerja pasar saham AS.
Teranyar, Trump telah menandatangani surat keputusan terkait sanksi baru terhadap Iran. Sanksi baru tersebut akan membatasi Pemimpin Iran, Ayatollah Ali Khamenei dan jajarannya untuk akses finansial, mengutip Reuters.
"Kami akan terus menekan Teheran hingga rezim tersebut menghentikan aktivitas yang berbahaya," ujar Trump kepada wartawan di Oval Office.
Iran pun semakin panas. Duta Besar Iran untuk AS, Majid Takht Ravanchi mengatakan bahwa pihaknya tidak akan melakukan perundingan dengan AS di bawah ancaman sanksi.
Dengan begitu, hubungan kedua negara kemungkinan besar akan terus semakin buruk. Bukan tidak mungkin konflik berkembang menjadi adu senjata, dan membuat kondisi ekonomi global makin tak pasti.
BERLANJUT KE HALAMAN 3
(taa/prm)
Tampaknya sentimen positif akibat aura penurunan suku bunga acuan The Fed (Federal Funds Rate/FFR) sudah tidak mampu mengangkat kinerja Wall Street. Pasalnya saat ini, sebagian besar pelaku pasar sudah price in bahwa FFR akan turun pada bulan depan.
Mengutip CME Fedwatch, kemungkinan FFR turun 25 basis poin mencapai 57,4%. Sementara ada pula peluang FFR turun 50 basis poin sebesar 42,6%. Sementara probabilitas suku bunga tetap ditahan di kisaran 2,25%-2,5% sudah tidak tersisa alias 0%.
Di sisi lain, investor masih dibuat harap-harap cemas menantikan pertemuan antara Presiden AS, Donald Trump dengan Presiden China, XI Jinping.
Pekan lalu, Trump dan Xi sama-sama telah mengonfirmasi rencananya untuk bertemu di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Osaka, Jepang pada 28-29 Juni mendatang.
Pertemuan tersebut akan menandakan babak baru perundingan dagang AS dengan China. Pasalnya sejak kesepakatan gagal dibuat bulan lalu, kedua negara tidak pernah lagi dikabarkan melakukan perundingan.
Sejauh ini auranya masih positif. Tapi siapa yang tau. Kemungkinan pertemuan Trump-Xi tidak berlangsung dengan baik juga masih ada. Bila kejadian, maka risiko eskalasi perang dagang akan semakin meningkat.
Pemerintahan Trump diketahui telah melakukan kajian atas dampak pengenaan tariff 25% pada produk China lain senilai US$ 325 miliar yang sebelumnya bukan merupakan obyek perang dagang.
Selain itu, ketegangan hubungan AS-Iran yang semakin tinggi juga turut membebani kinerja pasar saham AS.
Teranyar, Trump telah menandatangani surat keputusan terkait sanksi baru terhadap Iran. Sanksi baru tersebut akan membatasi Pemimpin Iran, Ayatollah Ali Khamenei dan jajarannya untuk akses finansial, mengutip Reuters.
"Kami akan terus menekan Teheran hingga rezim tersebut menghentikan aktivitas yang berbahaya," ujar Trump kepada wartawan di Oval Office.
Iran pun semakin panas. Duta Besar Iran untuk AS, Majid Takht Ravanchi mengatakan bahwa pihaknya tidak akan melakukan perundingan dengan AS di bawah ancaman sanksi.
Dengan begitu, hubungan kedua negara kemungkinan besar akan terus semakin buruk. Bukan tidak mungkin konflik berkembang menjadi adu senjata, dan membuat kondisi ekonomi global makin tak pasti.
BERLANJUT KE HALAMAN 3
(taa/prm)
Pages
Most Popular