Newsletter

Semoga Trump-Xi Jinping Jadi Bertemu Akhir Pekan Ini..

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
25 June 2019 06:58
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Untuk perdagangan hari ini, ada baiknya investor memperhatikan beberapa sentimen yang bisa mempengaruhi arah gerak pasar.

Pertama, tentu saja perkembangan nasib pertemuan Trump-Jinping yang rencananya berlangsung tiga hari lagi.

Kemarin, Wakil Menteri Perdagangan China, Wang Shouwen telah kembali menegaskan bahwa kedua pihak siap berkompromi untuk mencapai kesepakatan. Dialog akan berlangsung dengan prinsip saling menghormati demi kepentingan bersama.

"Saling menghormati artinya semua pihak akan menjunjung tinggi kedaulatan masing-masing negara. Kedua pihak akan berkompromi untuk mencapai kesepakatan demi kepentingan bersama, tidak hanya satu pihak," kata Wang, mengutip Reuters


Seorang pejabat senior pemerintahan AS pada dini hari tadi mengatakan bahwa pertemuan dua pimpinan negara akan berlangsung pada hari kedua KTT G20, atau Sabtu (29/6/2019), mengutip Reuters. Namun detail pertemuan masih belum diketahui.

Namun demikian, pejabat tersebut juga mengatakan bahwa Trump tetap akan senang, apapun keputusan yang dihasilkan dari pertemuan tersebut. Ini mengindikasikan bahwa tidak ada tekanan dari pihak AS untuk segera meneken kesepakatan.

Sentimen kedua yang yang perlu diperhatikan adalah hubungan AS dengan Iran. Ada kemungkinan hubungan kedua negara akan semakin memanas.

Setelah Trump memberlakukan sanksi baru, tampaknya akan sulit bagi Iran untuk membuka ruang dialog. Bila gesekan antara kedua negara tak kunjung diakhiri, kemungkinan berkembang menjadi konflik bersenjata pun meningkat. Kondisi yang tidak ideal bagi pasar keuangan global karena menyebabkan ketidakpastian ekonomi bergentayangan.

Selain akan menyebabkan kondisi perekonomian global tak menentu, ketegangan AS dan Iran berpotensi menyebabkan harga minyak melonjak.


Pasalnya, konflik yang berkembang di kawasan Timur Tengah bisa membuat aliran pasokan minyak global terganggu. Terlebih Timur Tengah merupakan wilayah penghasil minyak terbesar di dunia yang bisa mempengaruhi keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) secara signifikan.

Kenaikan harga minyak bukan hal yang bagus bagi Indonesia. Sebagai negara net-importir minyak, lonjakan harga akan semakin membebani neraca transaksi berjalan.

Bahayanya, hingga kini defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) kerap kali terjadi. Bahkan di kuartal I-2019, CAD tercatat sebesar US$ 6,69 miliar atau setara 2,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka defisit tersebut jauh lebih dalam dibandingkan kuartal I-2018 yang sebesar US$ 5,19 miliar atau 2,01% PDB.


Tanpa pasokan valas yang memadai, rupiah akan semakin rentan terdepresiasi akibat tekanan mata uang lain. Di pasar saham, pelemahan rupiah juga merupakan petaka karena investor berisiko mengalami kerugian akibat selisih kurs.

BERLANJUT KE HALAMAN 4

(taa/prm)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular