
Newsletter
Demo 22 Mei Ricuh, Apa Kabar Pasar Keuangan Indonesia?
Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 May 2019 07:39

Untuk perdagangan hari ini, ada sejumlah sentimen yang perlu diperhatikan oleh pelaku pasar. Pertama, tentu kinerja Wall Street pada perdagangan kemarin yang tak menggembirakan. Dikhawatirkan, pelaku pasar keuangan Asia sudah lemas sebelum memulai hari pasetelahsca melihat kinerja Wall Street.
Kedua, perkembangan perang dagang AS-China yang masih panas.
Seperti yang diketahui, pada pekan lalu Presiden AS Donald Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional di sektor teknologi melalui sebuah perintah eksekutif. Dengan aturan itu, Menteri Perdagangan Wilbur Ross menjadi memiliki wewenang untuk memblokir transaksi dalam bidang teknologi informasi atau komunikasi yang menimbulkan risiko bagi keamanan nasional AS.
Bersamaan kebijakan ini, Huawei Technologies dan 70 entitas terafiliasi dimasukkan ke dalam daftar perusahaan yang dilarang membeli perangkat dan komponen dari perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah.
Perkembangan terbaru, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengungkapkan bahwa hingga saat ini, AS belum memiliki rencana untuk bertandang ke Beijing guna menggelar negosiasi dagang, dilansir dari CNBC International. Komentar tersebut diberikannya menjelang dengar pendapat dengan para anggota legislatif di AS.
Di sisi lain, Mnuchin memang memberikan pernyataan yang cukup melegakan. Dirinya tetap optimistis kedua negara bisa kembali ke meja negosiasi.
“Saya masih berharap bahwa kami dapat kembali ke meja negosiasi. Kedua presiden (Donald Trump dan Xi Jinping) kemungkinan besar akan bertemu pada akhir Juni (di sela-sela KTT G20),” kata Mnuchin dalam dengar pendapat dengan para anggota legislatif, dilansir dari CNBC International.
Namun, hal tersebut nampaknya belum akan bisa meredakan kekhawatiran pelaku pasar. Pasalnya, hingga saat ini belum ada rencana konkret dari AS untuk berkunjung ke China. Selain itu, China sudah mempertimbangkan kebijakan balasan yang akan diluncurkan terhadap AS.
Menurut sebuah laporan dari South China Morning Post, restriksi yang diberikan AS kepada Huawei telah mendorong China untuk memikirkan ulang seluruh hubungan ekonomi yang dijalin dengan AS, dilansir dari CNBC International.
Laporan tersebut kemudian menyebut bahwa China sedang mempertimbangkan untuk menghentikan pembelian gas alam dari AS. Pada tahun 2017, China diketahui membeli minyak mentah dan gas alam cair senilai US$ 6,3 miliar dari AS.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4) (ank/prm)
Kedua, perkembangan perang dagang AS-China yang masih panas.
Seperti yang diketahui, pada pekan lalu Presiden AS Donald Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional di sektor teknologi melalui sebuah perintah eksekutif. Dengan aturan itu, Menteri Perdagangan Wilbur Ross menjadi memiliki wewenang untuk memblokir transaksi dalam bidang teknologi informasi atau komunikasi yang menimbulkan risiko bagi keamanan nasional AS.
Bersamaan kebijakan ini, Huawei Technologies dan 70 entitas terafiliasi dimasukkan ke dalam daftar perusahaan yang dilarang membeli perangkat dan komponen dari perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah.
Perkembangan terbaru, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengungkapkan bahwa hingga saat ini, AS belum memiliki rencana untuk bertandang ke Beijing guna menggelar negosiasi dagang, dilansir dari CNBC International. Komentar tersebut diberikannya menjelang dengar pendapat dengan para anggota legislatif di AS.
Di sisi lain, Mnuchin memang memberikan pernyataan yang cukup melegakan. Dirinya tetap optimistis kedua negara bisa kembali ke meja negosiasi.
“Saya masih berharap bahwa kami dapat kembali ke meja negosiasi. Kedua presiden (Donald Trump dan Xi Jinping) kemungkinan besar akan bertemu pada akhir Juni (di sela-sela KTT G20),” kata Mnuchin dalam dengar pendapat dengan para anggota legislatif, dilansir dari CNBC International.
Namun, hal tersebut nampaknya belum akan bisa meredakan kekhawatiran pelaku pasar. Pasalnya, hingga saat ini belum ada rencana konkret dari AS untuk berkunjung ke China. Selain itu, China sudah mempertimbangkan kebijakan balasan yang akan diluncurkan terhadap AS.
Menurut sebuah laporan dari South China Morning Post, restriksi yang diberikan AS kepada Huawei telah mendorong China untuk memikirkan ulang seluruh hubungan ekonomi yang dijalin dengan AS, dilansir dari CNBC International.
Laporan tersebut kemudian menyebut bahwa China sedang mempertimbangkan untuk menghentikan pembelian gas alam dari AS. Pada tahun 2017, China diketahui membeli minyak mentah dan gas alam cair senilai US$ 6,3 miliar dari AS.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4) (ank/prm)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular