Newsletter

Semoga Pelaku Pasar Sudah 'Move On' dari Neraca Dagang

Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 May 2019 07:41
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Foto: Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Sentimen keempat yang perlu dicermati investor adalah dolar AS yang sepertinya akan berada dalam tekanan pada hari ini. Pada pukul 07:18 WIB, indeks dolar AS melemah sebesar 0,03%.

Rilis data ekonomi yang mengecewakan menempatkan dolar AS dalam posisi yang lemah. Kemarin, penjualan barang-barang ritel di AS periode April 2019 diumumkan terkontraksi sebesar 0,2% secara bulanan, jauh lebih buruk ketimbang konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,2%, seperti dilansir dari Forex Factory.


Lemahnya penjualan ritel mengindikasikan bahwa tekanan inflasi di masa depan juga akan terkendali, bahkan cenderung lemah. The Federal Reserve selaku bank sentral AS pun diyakini akan mengambil opsi pemangkasan tingkat suku bunga acuan.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 15 Mei 2019, probabilitas pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini berada di level 40,9%, lebih tinggi dari posisi minggu lalu yang sebesar 40,1%. Sementara itu, probabilitas tingkat suku bunga acuan dipangkas hingga 50 bps berada di level 26,1%, melonjak dari posisi minggu lalu yang sebesar 13,1% saja.

Praktis, dolar AS menjadi kehilangan pijakan untuk menguat.

Jika momentum ini mampu dimanfaatkan oleh rupiah (yang sudah melemah selama 3 hari beruntun), maka instrumen berbasis rupiah seperti saham dan obligasi bisa menjadi incaran investor, mendorong harganya naik.

Namun, itu semua akan tergantung dari apakah pelaku pasar sudah move on dari rilis data perdagangan internasional Indonesia yang menunjukkan defisit senilai US$ 2,5 miliar, defisit terparah atau terdalam sepanjang sejarah Indonesia.

Dengan defisit neraca dagang yang begitu lebar, maka defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan menjadi sangat sulit untuk diredam. Sebagai informasi, CAD pada kuartal-I 2019 adalah senilai US$ 7 miliar atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih lebar dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.


Prospek membengkaknya CAD berpotensi memantik aksi jual atas mata uang Garuda. Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa).

Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.

BERLANJUT KE HALAMAN 5

(ank/prm)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular