
Newsletter
Wall Street Boleh Melesat, Tapi Jangan Senang Dulu....
Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 May 2019 07:32

Sentimen keempat yang patut dicermati pelaku pasar datang dari dalam negeri. Pada hari ini pukul 11:00 WIB, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode April 2019.
Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan bahwa neraca dagang membukukan defisit senilai US$ 497 juta. Ekspor pada bulan lalu diproyeksikan jatuh 6,2% secara tahunan, sementara impor diramal jatuh hingga 11,36%.
"Kami memperkirakan ekspor Indonesia akan turun pada April. Penurunan ini disebabkan oleh koreksi harga komoditas ekspor dan perlambatan ekonomi global," sebut Juniman, Kepala Ekonom Maybank Indonesia.
Mengutip data Refinitiv, harga minyak sawit mentah (CPO) anjlok 5,4% sepanjang bulan April, sementara harga karet turun nyaris 1%.
Jika benar neraca dagang Indonesia membukukan defisit, maka akan mematahkan tren positif yang sudah dibukukan dalam dua bulan sebelumnya. Pada Maret, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$ 540 juta dan pada Februari positif US$ 330 juta.
Ketika neraca dagang membukukan defisit, maka defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan menjadi sulit untuk diredam. Sebagai informasi, CAD pada kuartal-I 2019 adalah senilai US$ 7 atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih lebar dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.
Pada akhirnya, rupiah yang sudah melemah sebanyak 5 kali dalam 7 hari perdagangan terakhir bisa kembali dilepas pelaku pasar. Ketika ini yang terjadi, minat investor untuk berburu saham dan obligasi di tanah air bisa surut sehingga koreksi rentan terjadi.
Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Jadi, walaupun Wall Street melesat pada perdagangan kemarin, perdagangan di pasar keuangan dalam negeri pada hari ini dipastikan tak akan berlangsung mudah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(ank/prm)
Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan bahwa neraca dagang membukukan defisit senilai US$ 497 juta. Ekspor pada bulan lalu diproyeksikan jatuh 6,2% secara tahunan, sementara impor diramal jatuh hingga 11,36%.
"Kami memperkirakan ekspor Indonesia akan turun pada April. Penurunan ini disebabkan oleh koreksi harga komoditas ekspor dan perlambatan ekonomi global," sebut Juniman, Kepala Ekonom Maybank Indonesia.
Mengutip data Refinitiv, harga minyak sawit mentah (CPO) anjlok 5,4% sepanjang bulan April, sementara harga karet turun nyaris 1%.
Jika benar neraca dagang Indonesia membukukan defisit, maka akan mematahkan tren positif yang sudah dibukukan dalam dua bulan sebelumnya. Pada Maret, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$ 540 juta dan pada Februari positif US$ 330 juta.
Ketika neraca dagang membukukan defisit, maka defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan menjadi sulit untuk diredam. Sebagai informasi, CAD pada kuartal-I 2019 adalah senilai US$ 7 atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih lebar dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.
Pada akhirnya, rupiah yang sudah melemah sebanyak 5 kali dalam 7 hari perdagangan terakhir bisa kembali dilepas pelaku pasar. Ketika ini yang terjadi, minat investor untuk berburu saham dan obligasi di tanah air bisa surut sehingga koreksi rentan terjadi.
Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Jadi, walaupun Wall Street melesat pada perdagangan kemarin, perdagangan di pasar keuangan dalam negeri pada hari ini dipastikan tak akan berlangsung mudah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(ank/prm)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular