Polling

Neraca Dagang April Diramal Tekor, Perang Dagang Meneror

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 May 2019 10:37
Neraca Dagang April Diramal Tekor, Perang Dagang Meneror
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC IndonesiaNeraca perdagangan Indonesia diperkirakan kembali ke teritori defisit pada April 2019. Jika terjadi, maka akan menjadi defisit yang pertama dalam tiga bulan terakhir.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode April pada esok hari. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias negatif 6,2% year-on-year (YoY), impor turun 11,36% YoY, dan neraca perdagangan defisit US$ 497 juta.

InstitusiPertumbuhan Ekspor (%YoY)Pertumbuhan Impor (%YoY)Neraca Perdagangan (US$ Juta)
ING-8-15-364
Citi-4.5-8.8-850
CIMB Niaga-10-7.8-1,820
ANZ-10.5-8-1,850
Barclays-6-14-235
BCA-6.7-13-509
Maybank Indonesia-4.79-11.36-485
Standard Chartered-6.2-15.4-31
Bank Danamon-7.19-11.02-888
Bank Permata-5.68-12.83-376
Bahana Sekuritas-5.77-6.44-1,420
Moody's Analytics--220
MEDIAN-6.2-11.36-497

Apabila neraca perdagangan April mencatat defisit, maka akan membalik tren positif yang terjadi dalam dua bulan sebelumnya. Pada Maret, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$ 540 juta dan bulan sebelumnya positif US$ 330 juta.



"Kami memperkirakan ekspor Indonesia akan turun pada April. Penurunan ini disebabkan oleh koreksi harga komoditas ekspor dan perlambatan ekonomi global," sebut Juniman, Kepala Ekonom Maybank Indonesia.

Mengutip data Refinitiv, harga minyak sawit mentah (CPO) anjlok 5,4% sepanjang April. Sementara harga karet turun nyaris 1%.

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Ke depan, kinerja perdagangan internasional Indonesia akan menghadapi tantangan yang semakin berat. Sebab perekonomian dunia dibayangi oleh perang dagang Amerika Serikat (AS) vs China yang kembali berkobar.

Akhir pekan lalu, AS resmi menaikkan tarif bea masuk untuk impor produk-produk China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%. Kemarin, China mengumumkan bakal membalas dengan mengenakan bea masuk terhadap impor produk AS senilai US$ 60 miliar dengan tarif bervariasi antara 5-25%.

Terdapat 5.140 produk made in the USA yang bakal terkena bea masuk. Kebijakan ini mulai berlaku pada 1 Juni.

"China terpada merespons kebijakan AS yang mengedepankan unilateralisme dan proteksi perdagangan. China tidak punya pilihan selain merespons dengan pengenaan bea masuk," tegas pernyataan tertulis Kementerian Keuangan China, mengutip Reuters.

Ini belum selesai. AS kembali menebar ancaman dengan berencana mengenakan bea masuk untuk importasi produk made in China senilai US$ 300 miliar dengan tarif bisa mencapai 25%.

Akan ada 3.805 produk yang rencananya dikenakan bea masuk seperti telepon seluler dan laptop. Proses dengar pendapat akan dimulai pada 17 Juni.

Bulan lalu, dunia berbunga-bunga karena AS dan China semakin dekat menuju damai dagang setelah serangkaian proses negosiasi. Namun kini semua berbalik 180 derajat. Washington dan Beijing kembali memasang mode perang dengan saling berbalas bea masuk.

Dunia patut waspada, karena kala dua kekuatan ekonomi terbesar saling hambat maka akan membuat arus perdagangan dan rantai pasok global terhambat. Kinerja ekspor berbagai negara (termasuk Indonesia) akan terkoreksi karena penurunan permintaan.

Pada kuartal I-2019, BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia defisit US$ 190 juta. Sepertinya neraca perdagangan akan menjalani start yang buruk pada kuartal II-2019, dan menjalani medan menantang pada bulan-bulan berikutnya karena perang dagang AS-China.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular