Newsletter

AS-China 'No Deal', Pasar Keuangan Indonesia Ambruk Lagi?

Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 May 2019 07:02
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Sentimen kedua yang perlu diperhatikan adalah respons pelaku pasar atas rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Pada hari Jumat, Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa NPI membukukan surplus senilai US$ 2,4 miliar pada 3 bulan pertama tahun ini.

Namun, transaksi berjalan (yang merupakan bagian dari NPI) membukukan defisit senilai US$ 7 miliar pada 3 bulan pertama tahun ini atau setara dengan 2,6% dari PDB. Memang lebih rendah dibandingkan defisit pada kuartal-IV 2018 yang sebesar 3,6% dari PDB, namun melebar dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.


Jika defisit di awal tahun saja sudah lebih lebar, maka ada potensi bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) untuk keseluruhan tahun 2019 juga akan melebar. Praktis, prospek dari pergerakan rupiah menjadi kelam.

Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.

Sepanjang pekan lalu, lesunya rupiah sudah membuat investor asing melepas kepemilikannya atas saham-saham dalam negeri. Sepanjang pekan lalu, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 3,04 triliun di pasar saham Indonesia.

Jika rupiah masih saja melemah pada perdagangan hari ini, maka investor asing bisa terus melego aset-aset berbasis mata uang Garuda seperti saham.


Beralih ke sentimen ketiga, ada sentimen positif yang bisa menolong kinerja rupiah. Hingga pukul 06:10 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman bulan Juni melemah 0,45% ke level US$ 61,38/barel, sementara brent kontrak pengiriman bulan Juli turun 0,25% ke level US$ 70,44/barel.

Defisit perdagangan migas selama ini menjadi faktor yang membebani transaksi berjalan, seiring dengan status Indonesia yang merupakan net importir minyak mentah. Kala harga minyak mentah terkendali bahkan cenderung melemah seperti yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir, ada harapan bahwa CAD akan bisa ditekan sehingga rupiah menjadi memiliki pijakan untuk menguat.

(BERLANJUT KE HALAMAN 5)

(ank/prm)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular