
Newsletter
Kepada Yth AS dan China, Make Peace Not War!
Hidayat Setiaji & M Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 May 2019 05:10

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu 'kebakaran' di Wall Street. Dikhawatirkan kejadian di Wall Street menular ke Asia, menciptakan kepanikan.
Sentimen kedua adalah perkembangan friksi dagang AS-China. Setelah kemarin sempat terpancing emosi, kini China mulai sabar lagi dan berusaha mendinginkan situasi.
"Bea masuk bukan solusi. Pembicaraan adalah proses dalam sebuah perundingan, normal saja kedua pihak punya perbedaan. Namun China akan tetap tulus melanjutkan negosiasi," kata Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeru China, dikutip dari Reuters.
Semoga sikap sabar China berbuah hasil. Semoga Liu dan kolega berhasil meyakinkan Washington dalam dialog pekan ini dan menghasilkan sebuah kesepakatan.
Semoga damai dagang yang tercipta, bukan perang dagang. Make peace not war...
Sentimen ketiga yang perlu diperhatikan adalah harga minyak. Pada pukul 04:42 WIB, harga minyak jenis brent anjlok 2,18% dan light sweet jatuh 1,32%.
Persepsi terhadap melimpahnya pasokan membuat harga si emas hitam terkoreksi dalam. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan investori minyak AS pekan lalu naik 1,2 juta barel. Sementara US Energy Information Administration memperkirakan produksi minyak Negeri Paman Sam tahun ini bisa mencapai 12,5 juta barel/hari, naik dibandingkan 2018 yaitu 11 juta barel/hari.
Penurunan harga minyak bisa berdampak positif buat rupiah. Ketika harga minyak turun, maka biaya impor komoditas ini akan lebih murah. Tentu akan meringankan beban neraca pembayaran dan transaksi berjalan (current account).
Akhir pekan ini, BI akan merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang salah satu komponennya adalah transaksi berjalan. Pelaku pasar tentu akan mencermati data ini untuk melihat bagaimana kondisi keseimbangan eksternal Indonesia.
Jika hasilnya membaik, maka akan menjadi sentimen positif buat rupiah. Sebab, rupiah akan ditopang oleh devisa yang lebih banyak.
Sentimen keempat, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis cadangan devisa periode April. Sejak turun pada Januari, cadangan devisa Indonesia terus meningkat sampai Maret menjadi US$ 124,5 miliar.
Apabila cadangan devisa kembali naik, maka akan menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan Indonesia. Sebab akan terbentuk persepsi bahwa BI memiliki amunisi yang memadai untuk stabilisasi nilai tukar. Rupiah tidak akan terlalu volatil dengan adanya pengawalan BI, yang ditunjang oleh cadangan devisa mumpuni.
Stabilitas nilai tukar adalah hal yang sangat penting bagi pelaku pasar dan dunia usaha. Untuk menjaga stabilitas itu perlu modal, dan cadangan devisa adalah salah satu sumbernya.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Sentimen kedua adalah perkembangan friksi dagang AS-China. Setelah kemarin sempat terpancing emosi, kini China mulai sabar lagi dan berusaha mendinginkan situasi.
"Bea masuk bukan solusi. Pembicaraan adalah proses dalam sebuah perundingan, normal saja kedua pihak punya perbedaan. Namun China akan tetap tulus melanjutkan negosiasi," kata Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeru China, dikutip dari Reuters.
Semoga sikap sabar China berbuah hasil. Semoga Liu dan kolega berhasil meyakinkan Washington dalam dialog pekan ini dan menghasilkan sebuah kesepakatan.
Semoga damai dagang yang tercipta, bukan perang dagang. Make peace not war...
Sentimen ketiga yang perlu diperhatikan adalah harga minyak. Pada pukul 04:42 WIB, harga minyak jenis brent anjlok 2,18% dan light sweet jatuh 1,32%.
Persepsi terhadap melimpahnya pasokan membuat harga si emas hitam terkoreksi dalam. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan investori minyak AS pekan lalu naik 1,2 juta barel. Sementara US Energy Information Administration memperkirakan produksi minyak Negeri Paman Sam tahun ini bisa mencapai 12,5 juta barel/hari, naik dibandingkan 2018 yaitu 11 juta barel/hari.
Penurunan harga minyak bisa berdampak positif buat rupiah. Ketika harga minyak turun, maka biaya impor komoditas ini akan lebih murah. Tentu akan meringankan beban neraca pembayaran dan transaksi berjalan (current account).
Akhir pekan ini, BI akan merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang salah satu komponennya adalah transaksi berjalan. Pelaku pasar tentu akan mencermati data ini untuk melihat bagaimana kondisi keseimbangan eksternal Indonesia.
Jika hasilnya membaik, maka akan menjadi sentimen positif buat rupiah. Sebab, rupiah akan ditopang oleh devisa yang lebih banyak.
Sentimen keempat, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis cadangan devisa periode April. Sejak turun pada Januari, cadangan devisa Indonesia terus meningkat sampai Maret menjadi US$ 124,5 miliar.
Apabila cadangan devisa kembali naik, maka akan menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan Indonesia. Sebab akan terbentuk persepsi bahwa BI memiliki amunisi yang memadai untuk stabilisasi nilai tukar. Rupiah tidak akan terlalu volatil dengan adanya pengawalan BI, yang ditunjang oleh cadangan devisa mumpuni.
Stabilitas nilai tukar adalah hal yang sangat penting bagi pelaku pasar dan dunia usaha. Untuk menjaga stabilitas itu perlu modal, dan cadangan devisa adalah salah satu sumbernya.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular