
Newsletter
Wall Street Galau Nih, IHSG Bagaimana?
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
26 April 2019 05:50

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu kinerja Wall Street yang variatif. Kegalauan di Wall Street bisa jadi menular ke Asia, sehingga perlu mendapat perhatian.
Sentimen kedua, investor sepertinya masih harus waspada dengan tren penguatan dolar AS. Data-data ekonomi di Negeri Paman Sam terus positif, sementara tidak demikian dengan negara-negara lainnya. Perkembangan ini memicu preferensi pasar untuk terus memihak kepada greenback.
Pada pukul 05:08 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS secara relatif di hadapan enam mata uang utama dunia) masih menguat 0,02%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini sudah melesat 1,2%.
Meski kenaikannya sudah tinggi, tetapi kemungkinan belum akan berhenti apabila data-data ekonomi di negara selain AS masih lemah. Jika tidak ada sentimen domestik yang membantu, bisa-bisa rupiah akan kembali terjebak di zona merah.
Namun, rupiah bisa terbantu oleh sentimen ketiga yaitu harga minyak. Pada pukul 05:13 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,38% sementara light sweet amblas 1,17%.
Harga si emas hitam terkena ambil untung (profit taking) setelah naik cukup lama. Bahkan kemarin harga brent sempat menembus level US$ 75/barel, tertinggi dalam 6 bulan terakhir.
Koreksi harga minyak menjadi berkah bagi rupiah. Sebab, Indonesia adalah negara net importir minyak yang suka tidak suka harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Saat harga minyak turun, biaya importasi komoditas ini akan menjadi lebih murah. Tekanan di neraca perdagangan dan kemudian transaksi berjalan bisa diminimalkan, sehingga rupiah punya lebih banyak ruang untuk menguat.
Sentimen keempat adalah seputar dialog dagang AS-China. Mengutip Reuters, Trump mengungkapkan bahwa Xi akan mendatangi Gedung Putih dalam waktu dekat. Trump menyebutkan finalisasi kesepakatan tersebut akan dilakukan dalam pertemuan dengan Xi.
Kabar ini bisa menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan Asia, termasuk IHSG dkk. Damai dagang AS-China yang sudah di depan mata tentu sebuah kabar gembira, karena bisa membuat arus perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global kembali bergeliat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Sentimen kedua, investor sepertinya masih harus waspada dengan tren penguatan dolar AS. Data-data ekonomi di Negeri Paman Sam terus positif, sementara tidak demikian dengan negara-negara lainnya. Perkembangan ini memicu preferensi pasar untuk terus memihak kepada greenback.
Pada pukul 05:08 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS secara relatif di hadapan enam mata uang utama dunia) masih menguat 0,02%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini sudah melesat 1,2%.
Meski kenaikannya sudah tinggi, tetapi kemungkinan belum akan berhenti apabila data-data ekonomi di negara selain AS masih lemah. Jika tidak ada sentimen domestik yang membantu, bisa-bisa rupiah akan kembali terjebak di zona merah.
Namun, rupiah bisa terbantu oleh sentimen ketiga yaitu harga minyak. Pada pukul 05:13 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,38% sementara light sweet amblas 1,17%.
Harga si emas hitam terkena ambil untung (profit taking) setelah naik cukup lama. Bahkan kemarin harga brent sempat menembus level US$ 75/barel, tertinggi dalam 6 bulan terakhir.
Koreksi harga minyak menjadi berkah bagi rupiah. Sebab, Indonesia adalah negara net importir minyak yang suka tidak suka harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Saat harga minyak turun, biaya importasi komoditas ini akan menjadi lebih murah. Tekanan di neraca perdagangan dan kemudian transaksi berjalan bisa diminimalkan, sehingga rupiah punya lebih banyak ruang untuk menguat.
Sentimen keempat adalah seputar dialog dagang AS-China. Mengutip Reuters, Trump mengungkapkan bahwa Xi akan mendatangi Gedung Putih dalam waktu dekat. Trump menyebutkan finalisasi kesepakatan tersebut akan dilakukan dalam pertemuan dengan Xi.
Kabar ini bisa menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan Asia, termasuk IHSG dkk. Damai dagang AS-China yang sudah di depan mata tentu sebuah kabar gembira, karena bisa membuat arus perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global kembali bergeliat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular