Newsletter

Waduh! IMF Gloomy, AS-Eropa di Ambang Perang Dagang...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 April 2019 05:50
Proyeksi IMF dan Perang Dagang Merahkan Wall Street
Ilustrasi Bursa Saham New York (AP Photo/Richard Drew))
Dari Wall Street, tiga indeks utama berakhir dengan koreksi. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,72%, S&P 500 minus 0,61%, dan Nasdaq Composite berkurang 0,56%. 

Ada dua faktor yang menyebabkan bursa saham New York gloomy. Pertama adalah rilis terbaru Dana Moneter Internasional (IMF) yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global.  

Untuk 2019, Christine Lagarde dan kolega memperkirakan ekonomi dunia tumbuh 3,3%, laju terlemah sejak 2016. Melambat dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 3,5%. Sementara untuk 2020, proyeksi pertumbuhan ekonomi global masih di 3,6%. 

Sedangkan pertumbuhan ekonomi AS tahun ini diperkirakan 2,3%, melambat dibandingkan pencapaian 2018 yang sebesar 2,9%. Angka 2,3% berarti proyeksi pertumbuhan ekonomi AS turun dari pembacaan sebelumnya yaitu 2,5%. Dampak stimulus pemotongan tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang sudah mereda menjadi penyebab perlambatan ekonomi Negeri Paman Sam.


"Dengan rilis dari IMF Ini, ada indikasi bahwa situasi akan melambat dalam beberapa bulan ke depan. Ini menjadi alasan investor untuk mengambil uangnya," kata Peter Tuz, Presiden Chase Investment Counsel yang berbasis di Virginia, mengutip Reuters. 

Hawa perlambatan ekonomi di AS kian terasa dengan dirilisnya data ekonomi terbaru. Pembukaan lapangan kerja (job openings) di Negeri Adidaya pada Februari turun menjadi 7,09 juta dari bulan sebelumnya yang sebanyak 7,62 juta. Angka Februari menjadi yang terendah dalam 11 bulan. 

Faktor kedua adalah risiko perang dagang AS-Uni Eropa. Presiden AS Donald Trump mengancam bakal mengenakan bea masuk kepada importasi produk-produk Benua Biru senilai US$ 11 miliar. Trump murka karena Uni Eropa dituding memberikan subsidi yang besar kepada Airbus, yang dinilainya sebagai praktik persaingan tidak sehat. 

"Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menemukan bahwa Uni Eropa memberikan subsidi kepada Airbus yang kemudian mempengaruhi AS. Kami akan menerapkan bea masuk kepada (impor) produk Uni Eropa senilai US$ 11 miliar. Uni Eropa sudah mengambil keuntungan dari perdagangan dengan AS selama bertahun-tahun. Ini akan segera berakhir!" tegas Trump melalui cuitan di Twitter. 


Sebelumnya, Kantor Perwakilan Dagang AS telah mengajukan daftar produk-produk asal Uni Eropa yang bisa dikenakan bea masuk sebagai pembalasan atas subsidi kepada Airbus. Daftar tersebut antara lain berisi pesawat penumpang dan suku cadangnya, produk turunan susu, sampai anggur (wine). 

Uni Eropa tidak tinggal diam. Maragaritis Schinas, Juru Bicara Komisi Uni Eropa, menegaskan Brussel akan menyiapkan langkah pembalasan jika AS jadi menerapkan bea masuk. 

"Komisi akan memulai persiapan sehingga Uni Eropa bisa mengambil langkah balasan. Uni Eropa tetap terbuka untuk berdiskusi dengan AS, tanpa syarat dan bertujuan untuk mencapai keadilan," kata Schinas, dikutip dari Reuters. 

Sejumlah pihak menyesalkan tensi yang meninggi antara AS dan Uni Eropa. Bruno Le Maire, Menteri Keuangan Prancis, menyatakan perang dagang adalah hal terakhir yang seharusnya terjadi di tengah aura perlambatan ekonomi global. 

"Saat saya melihat situasi pertumbuhan ekonomi dunia, sepertinya kita semua tidak sanggup menerima konflik dagang. Bahkan untuk hal yang spesifik seperti isu di industri penerbangan," tegas Le Maire, dikutip dari Reuters. 

Setelah AS-China hampir mencapai damai dagang, kini pelaku pasar dibuat cemas akan potensi friksi selanjutnya. Ditambah dengan ancaman perlambatan ekonomi global, perang dagang tentu menjadi sebuah ancaman yang menakutkan sehingga investor memilih mundur. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular