Newsletter

Senin yang Sibuk: Ada Dialog Dagang, Brexit, dan Inflasi

Hidayat Setiaji & Dwi Ayuningtyas & M Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 April 2019 05:51
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Sentimen ketiga adalah investor rasanya masih perlu memantau sengkarut Brexit. Untuk kali ketiga, proposal Brexit yang diusung Perdana Menteri Inggris Theresa May kandas di parlemen. Kali ini voting parlemen memutuskan untuk kembali menolak proposal pemerintah dengan perbandingan suara 344-286. 

Nasib Brexit menjadi semakin tidak jelas. Tanpa kesepakatan di parlemen, Uni Eropa hanya memberi waktu sampai 12 April kepada Inggris untuk bersiap-siap pergi.  

Beberapa opsi yang tersedia adalah tetap mencoba bernegosiasi dengan Uni Eropa untuk setidaknya minta extra time lagi, keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apa-apa (No-Deal Brexit), atau referendum Brexit jilid II. Masalahnya adalah, Inggris sendiri seperti tidak tahu apa yang mereka mau. 

Pada Senin waktu setempat, parlemen Inggris akan kembali lagi-lagi melakukan voting (voting terus) untuk menentukan opsi terbaik bagi Inggris. Perdana Menteri Theresa May pun bisa kembali mengajukan proposal paling cepat pada Selasa. 

"Tidak ada pilihan ideal yang tersedia untuk saat ini. Seluruh hasil yang keluar bisa dimentahkan dengan argumen yang bagus. Namun kita harus melakukan sesuatu," tegas Menteri Kehakiman Inggris David Gauke, mengutip Reuters. 

Penantian terhadap masa depan Brexit bisa membuat investor kembali memasang mode main aman. Keengganan investor mengambil risiko adalah alamat buruk bagi IHSG dkk. 

Sentimen keempat, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data inflasi Maret. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulanan (month-on-month/MoM) sebesar 0,12%. Sementara laju inflasi year-on-year (YoY) adalah 2,5%, dan inflasi inti YoY di 3,055%. 


Meski secara umum laju inflasi masih santai, bukan berarti konsumsi dan daya beli masyarakat terganggu. Sebab inflasi inti (yang menggambarkan komponen persisten yang sulit bergerak) masih stabil di kisaran 3%. Setelah terpuruk pada 2017 akibat kenaikan tarif listrik, konsumsi masyarakat berangsur pulih mulai awal 2018. 



Lagipula bagi negara berkembang seperti Indonesia, inflasi bukan sesuatu yang didamba (tidak seperti di Jepang atau Eropa). Inflasi adalah khittah bagi negara seperti Indonesia, yang industrinya masih berkembang sehingga belum sanggup memenuhi permintaan yang terus tumbuh. Oleh karena itu, menjaga inflasi tetap rendah dan stabil adalah tujuan utama yang dalam beberapa tahun terakhir berhasil dilakukan. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 5)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular