Newsletter

Perang Dagang Saja Bikin Pusing, Apalagi Perang Sungguhan!

Hidayat Setiaji & M Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 March 2019 06:11
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Sentimen ketiga, masih terkait konflik geopolitik, adalah gesekan India-Pakistan. Sejak pertengahan Februari, hubungan New Delhi-Islamabad memburuk, dipicu oleh tragedi bom mobil di Kashmir yang menyebabkan korban jiwa 40 orang personel paramiliter India. 

Kelompok ekstremis Jaish-e-Mohammed (JeM) yang berbasis di Pakistan dituding menjadi dalang serangan ini. India pun sempat melakukan serangan udara ke wilayah Pakistan yang ditengarai menjadi basis pelatihan JeM. Tidak terima dengan serangan India, Pakistan membalas dengan menembak jatuh sejumlah pesawat tempur Negeri Anak Benua. 


Situasi bertambah runyam kala kedua negara semakin panas. Mengutip Reuters, India mengancam akan menembakkan setidaknya 6 misil ke Pakistan. Tidak mau kalah, Pakistan berjanji akan membalas serangan itu tiga kali lipat. 

"Jika Anda menembakkan 1 misil, maka kami akan menembakkan 3 misil. Apapun yang akan dilakukan India, kami akan membalasnya 3 kali lipat," tegas seorang menteri Pakistan. 

Seperti halnya di Semenanjung Korea, investor tentu cemas jika gontok-gontokan dua tetangga di Asia Selatan itu benar-benar berujung pada agresi militer. Perang dagang saja sudah bikin pusing, apalagi perang sungguhan... 

Namun, ada sentimen keempat yang bisa menjadi angin segar bagi rupiah dan aset-aset berbasis mata uang ini yaitu potensi pelemahan dolar AS. Rilis data ekonomi terbaru di Negeri Paman Sam sepertinya kurang menyokong penguatan greenback

Pada Februari, output industrial AS memang naik 0,1% dibandingkan bulan sebelumnya. Namun angka ini di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 0,4%, sebagaimana konsensus yang dihimpun Reuters. 

Data ini sepertinya akan mempertebal keyakinan The Federal Reserves/The Fed untuk menahan suku bunga acuan dalam rapat bulanan yang berlangsung pada Selasa-Rabu waktu setempat. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas Federal Funds Rate bertahan di 2,25-2,5% mencapai 98,7%. 

Tidak hanya itu, pelaku pasar juga memperkirakan Jerome 'Jay' Powell dan sejawat lagi-lagi akan mengeluarkan kata "sabar" seperti bulan sebelumnya. Peluang kenaikan suku bunga acuan dalam waktu dekat, atau bahkan hingga akhir tahun, semakin kecil apabila The Fed terus bersabar. 


Ini tentu tidak menguntungkan dolar AS. Cuan dalam investasi di aset-aset berbasis greenback (terutama di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) tidak lagi menarik, sehingga ada kemungkinan mengalami tekanan jual. Jika ini terjadi, maka rupiah berpeluang untuk melanjutkan penguatan seperti pekan lalu.  

(BERLANJUT KE HALAMAN 5)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular