
Newsletter
Perang Dagang Saja Bikin Pusing, Apalagi Perang Sungguhan!
Hidayat Setiaji & M Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 March 2019 06:11

Untuk perdagangan hari ini, pelaku pasar patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentunya kinerja Wall Street yang memuaskan pada perdagangan akhir pekan maupun sepanjang pekan lalu. Kabar gembira dari seberang Samudera Atlantik ini diharapkan menjadi awal yang baik bagi pasar keuangan Asia menyambut pekan yang baru.
Sentimen kedua, investor patut waspada dengan perkembangan hubungan AS-Korea Utara. Selepas perundingan tanpa hasil di Vietnam, relasi Washington-Pyongyang terlihat agak memburuk.
Bahkan tersiar kabar bahwa Korea Utara mempertimbangkan untuk mengakhiri proses perundingan dengan AS. Mengutip Reuters, Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui menegaskan bahwa pihaknya tidak mau melanjutkan pembicaraan jika AS terus berperilaku seperti gangster.
"Kami tidak ingin menuruti kehendak AS atau terlibat dalam negosiasi jika situasinya seperti ini. Saya ingin menegaskan bahwa sikap AS yang seperti gangster akan membuat situasi menjadi berbahaya," kata Choe.
Bahkan, mengutip AP, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mempertimbangkan untuk mengkaji ulang kesepakatan penghentian uji coba misil. Artinya, putra Kim Jong Il itu sedang berpikir untuk kembali melakukan uji coba misil, sesuatu yang sangat dibenci oleh komunitas global terutama AS.
Dalam dialog di Vietnam akhir Februari lalu, Kim ingin agar seluruh sanksi terhadap negaranya dicabut. Sebagai gantinya, Korea Utara bersedia untuk melucuti sebagian fasilitas pengembangan nuklir di Yongbyon. Sebagian, bukan seluruhnya.
Tawaran Korea Utara tidak cukup memuaskan Trump, yang ingin denuklirisasi total di Negeri Juche. Akhirnya, tidak ada kesepakatan dan hubungan kedua negara justru agak memburuk.
Jika hubungan AS-Korea Utara semakin panas, maka prospek perdamaian di Semenanjung Korea menjadi buram. Investor terpaksa harus kembali memasukkan gesekan geopolitik di kawasan tersebut ke daftar risiko yang perlu diwaspadai.
Satu risiko bertambah, yang membuat pelaku pasar berpotensi memilih bermain aman. Tentu bukan kabar baik bagi pasar keuangan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Sentimen kedua, investor patut waspada dengan perkembangan hubungan AS-Korea Utara. Selepas perundingan tanpa hasil di Vietnam, relasi Washington-Pyongyang terlihat agak memburuk.
Bahkan tersiar kabar bahwa Korea Utara mempertimbangkan untuk mengakhiri proses perundingan dengan AS. Mengutip Reuters, Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui menegaskan bahwa pihaknya tidak mau melanjutkan pembicaraan jika AS terus berperilaku seperti gangster.
"Kami tidak ingin menuruti kehendak AS atau terlibat dalam negosiasi jika situasinya seperti ini. Saya ingin menegaskan bahwa sikap AS yang seperti gangster akan membuat situasi menjadi berbahaya," kata Choe.
Bahkan, mengutip AP, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mempertimbangkan untuk mengkaji ulang kesepakatan penghentian uji coba misil. Artinya, putra Kim Jong Il itu sedang berpikir untuk kembali melakukan uji coba misil, sesuatu yang sangat dibenci oleh komunitas global terutama AS.
Dalam dialog di Vietnam akhir Februari lalu, Kim ingin agar seluruh sanksi terhadap negaranya dicabut. Sebagai gantinya, Korea Utara bersedia untuk melucuti sebagian fasilitas pengembangan nuklir di Yongbyon. Sebagian, bukan seluruhnya.
Tawaran Korea Utara tidak cukup memuaskan Trump, yang ingin denuklirisasi total di Negeri Juche. Akhirnya, tidak ada kesepakatan dan hubungan kedua negara justru agak memburuk.
Jika hubungan AS-Korea Utara semakin panas, maka prospek perdamaian di Semenanjung Korea menjadi buram. Investor terpaksa harus kembali memasukkan gesekan geopolitik di kawasan tersebut ke daftar risiko yang perlu diwaspadai.
Satu risiko bertambah, yang membuat pelaku pasar berpotensi memilih bermain aman. Tentu bukan kabar baik bagi pasar keuangan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular