Newsletter

Cermati Brexit, Damai Dagang AS-China, Sampai Harga Minyak

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 March 2019 06:10
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Ilustrasi Perdagangan Saham (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Sentimen keempat adalah nilai tukar dolar AS, yang kemungkinan bakal melemah. Pada pukul 05:42 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah sampai 0,4%. 

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, laju inflasi AS yang 'santai' akan membuat The Fed belum melihat ada kebutuhan untuk menaikkan suku bunga acuan. Berbeda dengan pasar saham, mata uang sangat diuntungkan dengan kenaikan suku bunga. Sebab, kenaikan suku bunga pada dasarnya dapat menjangkar ekspektasi inflasi sehingga nilai mata uang tidak tergerus. 

Rupiah dkk di Asia bisa memanfaatkan tekanan yang dialami dolar AS dengan mencetak apresiasi. Apalagi setelah koreksi yang melanda sebagian besar mata uang Asia pada perdagangan kemarin, peluang untuk rebound menjadi lebih terbuka. 

Namun rupiah perlu hati-hati dengan sentimen kelima yaitu kenaikan harga minyak. Pada pukul 05:46 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet melonjak masing-masing 1,48% dan 2,66%. 

Harga si emas hitam melesat setelah datang laporan dari US Energy Information Adminstration. Pekan lalu, cadangan minyak AS turun 3,9 juta barel, jauh dari perkiraan pasar yaitu naik 2,7 juta barel. 

Kemudian, investor juga mencemaskan situasi di Venezuela. Pasokan listrik yang semakin langka membuat proses produksi dan ekspor minyak negara itu terpukul. 


Kendala pasokan ini membuat harga minyak dunia bergerak ke utara alias menguat. Kenaikan harga minyak bukan berita baik buat rupiah.

Indonesia adalah negara net importir minyak, mau tidak mau harus mengimpor karena produksi dalam negeri yang belum memadai. Saat harga minyak naik, maka biaya impornya semakin mahal. Semakin banyak devisa yang 'terbakar' untuk mengimpor minyak, sehingga membuat defisit transaksi berjalan (current account) berpotensi melebar atau semakin dalam. 

Transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi stabilitas nilai tukar. Tanpa transaksi berjalan yang kuat, rupiah akan rawan terdepresiasi. 

Investor bisa saja menjadi enggan untuk mengoleksi aset berbasis rupiah, karena khawatir nilainya akan turun pada kemudian hari. Risiko aksi jual akan terus membayangi rupiah jika masalah di transaksi berjalan tidak kunjung dipecahkan.


(BERLANJUT KE HALAMAN 5)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular